“Bagi seluruh peserta yang telah hadir. Saya ucapkan terima kasih dan selamat menikmati Festival
budaya ini dari awal hingga akhir,” Ucap kepala sekolah pada pidatonya yang mengawali Festival
budaya Akademi Akisu tahun ini. Seluruh siswa yang menjadi panitia menanggapi Pidato ini dengan
sangat semangat dan mulai melakukan aktifitas mereka untuk menyiapkan Acara.
“Kalau Kuroyama masih tidak masuk juga, Tujuan dia adanya kafe cosplay ini akan berakhir sia sia,”
Sudah 2 minggu dari ketidak hadiran Rikuto yang di kabarkan bahwa dia sedang ada urusan di
negaranya oleh Takaki. Seluruh siswa tampak kehilangan sedikit semangat mereka untuk menjalani
kafe ini. Karena, menurut pandangan mereka, Rikuto adalah kunci dari Kemenangan kafe cosplay
pada Festival budaya mereka di sekolah ini.
“Jangan terlalu mengkhawatirkannya. Aku yakin dia juga tidak mau kafe ini jadi terhambat oleh
ketidak hadirannya. Aku akui, apa yang kalian pikirkan itu benar. Tapi, Aku juga tidak ingin itu
menjadi alasan bagi kalian tidak semangat,”
Takuaki menyemangati mereka dengan segenap kemampuannya. Walau dia sendiri adalah orang
yang cukup sering berpikir apa yang terjadi pada Rikuto. tapi, Itu bukanlah alasan baginya untuk
berhenti bekerja keras. Terlebih Takaki sendiri adalah anggota dari Osis. Setelah mendengar
perkataan Takaki, seluruh murid mulai mempersiapkan kafe mereka dengan sebaik mungkin dan
semenarik mungkin untuk di pandang.
Setelah selesai dengan pengaturan kelas 1-5 Takaki melanjutkan pekerjaannya dengan kelas kelas
lainnya yang masuk dalam daftar kelas yang harus di ikuti proses awal hingga Festival budaya
berlangsung. Seperti biasanya, Takaki bisa mengatasi beberapa kelas dengan baik walaupun ada
beberapa kelas yang bahkan bisa di bilang belum siap sama sekali untuk menampilkan sesuatu pada
hari ini.
“Takaki!!”
Takaki menoleh dengan tenang saat mendengar namanya di panggil oleh seseorang yang suaranya
sudah sangat di kenal di telinganya. Tadashi Nana, Teman masa kecilnya sampai dia berumur 7 tahun
dan di pertemukan kembali saat mereka ada di SMP hingga memasuki sekolah yang sama kembali.
“Bagaimana kelasmu?” tanya Nana Sambil merangkul Takaki dengan tangannya. Jika di lihat oleh
orang yang tidak mengenal mereka. Apa yang di lakukan oleh Nana terlihat seolah hubungan mereka
adalah kekasih. Akan tetapi,
“Nana, Jangan bersikap seperti itu saat di sekolah. Kau bisa belajar dari seseorang yang mengira kita
adalah kekasih, Walau kenyataannya hanya sebagai teman masa kecil. Terlebih, Bagaimana kondisi
kelas 1-1?” tanya Takaki sambil berusaha melepaskan dirinya dari Rangkulan Nana. Akan tetapi,
Nana menahannya dan menarik kerah baju Takaki.
“Apa seorang yang ingin mengunjungi teman masa kecilnya yang jarang di temuinya karena
kesibukan mereka itu salah? Kelasku sudah siap untuk melakukan Drama pada pukul 1 siang nanti.
Dan juga, Apa ada yang memberatkanmu? Aku tidak pernah melihatmu protes seperti ini?” tanya
Nana.
Tanpa menjawabnya, Takaki beranjak pergi menuju taman untuk istirahat sebelum ikut bersama
ketua osis dalam sambutan pertama untuk Festival budaya yang akan berjalan hingga 2 hari
kedepan. Akan tetapi, Di belakangnya Nana terus mengikutinya hingga mereka sampai di taman.
Bahkan Dia juga memilih duduk di sebelah Takaki.
“Aku jarang melihatmu seperti ini,” Gumam Nana pelan
“Jika ada yang memberatkanmu, Ceritakanlah. Aku akan mendengar semuanya,” Tambahnya.
Takaki terus tidak menjawab dan hanya membaca lembaran yang di berikan oleh ketua osis. Yang
berisi tentang apa yang merupakan tugas Takaki untuk 3 hari kedepan. Atau bisa di bilang hingga
Festival budaya berakhir.
Merasa Takaki sengaja mengabaikannya, Nana melakukan hal yang sangat tidak terduga untuk di
lakukan di sekolah.
“Hoi!!”
Dia menarik bahu Takaki dan membiarkannya berbaring pada paha Nana. Setelah menyadari bahwa
mereka ada di tempat umum. Takaki mencoba untuk meloloskan diri. Tapi,
“Aku tidak akan membiarkanmu pergi hingga kau menceritakannya. Aku tidak perduli dengan kabar
yang akan tersebar,”
Takaki kembali terdiam. Di matanya, Nana memang merupakan orang paling keras kepala yang dia
kenal. Tapi, Dia juga merupakan orang yang pertama kali bisa menarik hati Takaki. Setelah
melihatnya bekerja sangat keras untuk sesuatu yang dia inignkan saat mereka berada di kelas yang
sama saat SMP. Sejak saat itu, pandangan Takaki berubah total tentang Nana yang sejak dulu selalu
di sebut sebagai Pembawa Masalah.
“Baiklah,”
“Di kelasku. Siswa bernama Kuroyama Rikuto sudah tidak masuk 2 minggu. Sedangkan tujuan di
adakan cosplay Kafe adalah untuk membuatnya mau menggunakan serangam sekolah yang dia pakai
di sekolah asalya. Atau baju yang sangat khas di negaranya. Seperti kimono atau yukata di jepang,”
Takaki mulai bercerita pada Nana.
“Lalu? Apa yang membuatmu terganggu? Memang benar, Akhir akhir ini, Misaki jadi sedikit sulit di
ajak bicara. Karena terlalau banyak melamun,”
“Dia pergi tanpa mengatakan apapun. Di rumahnya, dia meletakkan kunci rumah pada kotak surat.
Itu bisa ber arti dia mengembalikan rumah tersebut pada Kuroyama Jun. Pemiliknya,”
“Yang terpikirkan olehku adalah dia kembali ke negaranya untuk pindah sekolah kembali. Akan
tetapi, di luar dugaan, sekolah tidak mengatakan apapun tentang nya dan terus menanyainya selama
dua minggu ini. Walau kehadirannya sudah ada di batas ter aman. Tapi, Jika dia tidak masuk lebih
dari 25%, dia tetap tidak akan naik kelas. Sepintar apapun dia,”
Nana tidak mengatakan apapun setelah mendengar cerita dari Takaki. Mereka saling terdiam untuk
beberapa saat. Hingga tiba tiba, Nana berteriak. Itu sudah biasa terjadi ketika dia berhasil
memikirkan sesuatu yang akan di katakan setelah berpikir cukup lama.
“Aku tidak menyangka kau adalah seorang yang sangat baik. Kau harusnya tidak perlu terlalu
memperhatikannya. Percaya saja padanya, Kau bilang pada kelasmu seperti ini kan? ‘Aku yakin dia
tidak ingin kafe yang sudah kalian buat itu gagal karena ketidak hadirannya’. Aku akan katakan ini
juga padamu,”
“Aku yakin dia tidak akan menginginkan kau menghancurkan pekerjaanmu hanya karena dia tidak
masuk. Dan juga, Aku tidak akan mengampunimu jika kau tidak berjuang sebaik mungkin pada
pekerjaanmu,” Tambahnya. Takaki terdiam, seolah telah mendapat jawaban untuk meringankan
pikirannya selama Festival budanya, Setelah berpikir cukup lama, Takaki kembali duduk dan Nana
pun membiarkannya untuk duduk.
“Aku harus membantu temanku dari klub yang akan tampil jam 11 nanti, Aku pecaya padamu.
Percaya bahwa Takaki tidak akan mengecewakan siapapun yang bekerja bersamanya. Dan aku
bangga melihat teman Masa kecilku menjadi orang yang bisa di andalkan oleh siapapun. Aku tidak
ingin kau merusaknya,” Ucap Nana semangat sambil menepuk pundak Takaki cukup keras dan pergi
kedalam sekolah. Setelah kepergiannya, Takaki terdiam dan terus memandangi kertas yang telah di
berikan untuknya dan bergumam.
“Aku tidak sebaik itu. Dan juga, hanya sebagai teman Masa kecil ya? Aku yakin tidak akan lebih.
Tapi,”
“Aku tidak akan menghancurkan apa yang mereka percayakan padaku. Setidaknya, Untuk
kepercayaan yang Nana berikan padaku!”
-----
Di kediaman lain Rangga Farlan, seluruh anggota keluarga berkumpul dengan sempurna. Kecuali
sang ibu yang sudah meninggal dan tidak di gantikan oleh siapapun. Mereka membicarakan tentang
apa yang harus di lakukan oleh Riki setelah melakukan kesalahan cukup besar. Dengan bukti yang
cukup besar. Yaitu beberapa sayatan pisau di lengan dan telapak tangannya.
Semuanya berjalan dengan sangat tenang. Kecuali Raka yang bersikeras ingin memindahkan
sekolahnya ke tempat yang bisa di awasi. Tapi, Nita membantahnya dengan mengatakan bahwa
mereka harus memberi kesempatan satu kali lagi. Selama 9 hari, tidak ada kesimpulan yang bisa di
jadikan panutan sama sekali. Dua hari yang di lakukan itu hanya di habiskan dengan debat dari Riki
dan Raka mengenai apa yang telah dia lakukan.
Sang ayah hanya diam se akan mengawasi jalannya pembicaraan. Seperti pemutus perkara untuk
apa yang harus di lakukan. Antara pindah sekolah, Memberikan pengawas di sana, Atau
membiarkan Riki bersekolah dengan bebas.
Hasil dari pengambilan pendapat itu adalah sama. Raka menginginkan Riki pindah sekolah, Nita
menginginkan pengawas untuk Riki dan menawarkan keluarganya untuk menjadi pengawas. Hal itu
di setujui oleh Istri dari Raka sendiri. Sedangkan Ayahnya memberikan Riki bersekolah dengan bebas.
“Dari pada kita terus berdebat, Lebih baik kita tanya pada Riki apa yang dia inginkan dan tentukan
keputusannya,”
Saran dari suami Nita membuat seluruh orang yang berdebat terdiam, mereka memikirkan yang di
sarankan selama beberapa lama dan menentukan apa yang harus di tanyakan pada Riki yang sedari
tadi terdiam dan hanya memperhatikan apa yang di katakan oleh para kakaknya.
“Riki, Aku yang akan bertanya padamu,”
Yang terpilih sebagai orang yang akan bertanya adalah Nita, Karena dia adalah orang yang paling
dekat dengannya sebelum maupun sesudah ibunya meninggal. Riki hanya menanggapinya dengan
anggukan karena tidak ada yang bisa di lakukan.
“Apa kau ingin tetap melanjutkan sekolahmu di sana? Atau ku ganti, Apa alasan yang membuatmu
ingin melanjutkan sekolah di sana?” tanya Nita langsung pada intinya
“Alasanku adalah. Karena aku telah menemukan hal apa yang bisa ku lakukan,”
“Apa itu berkaitan dengan perasaan suka pada seorang gadis?” tanya Nita.
“Jika benar. Aku tidak akan menganggap jawabanmu, Karena aku tidak ingin mempercayai laki laki
yang menginginkan atau melakukan sesuatu atas dasar perasaan suka pada orang lain yang bisa
berubah kapanpun,”
“Hal itu benar. Tapi, bukan hanya itu. DI sana aku merasa lebih tenang dan aku sudah menemukan
sesuatu hal yang ingin aku lakukan,” Ucap Rikuto atau sekarang bisa di sebut Riki.
“Kau hanya ingin bisa bebas membawa gadis ke rumah kan? Aku tidak bisa menerima alasan itu,”
Nita menentang lagi pernyataan Riki, memang dia adalah tipe orang yang baik namun keras jika itu
menyangkut apa yang tidak boleh di lakukan oleh anggota keluarganya.
“Bukan, Ketenangan yang ku dapat di sana itu. Adalah ke tidak tergangguanku saat belajar di kelas.
Kemudian, Aku telah menemukan hal yang menarik di sana. Setelah sekian banyak hal yang tidak
bisa menarik di mataku bagaimanapun mereka mengatakan hal itu menarik,”
“Kemudian, Alasanku untuk bekerja adalah. Untuk membalas budi pada paman jun. Kedua,Ingin
membuang waktu, Itu adalah tujuan awal dan aku tidak akan menyangkalnya. Tapi, semakin lama
aku bekerja, entah kenapa aku jadi tertarik pada apa yang ku kerjakan,” Tambah Riki tenang
“Jika alasanmu hanya itu, Keputusan terbaik hanyalah mengirimkan pengawas untukmu,”
“Aku tidak punya masalah atas hal itu. Namun, Itu mungkin akan membuatku sedikit kerepotan
untuk mengatur jadwal. Aku tidak akan menolak keputusan yang telah di putuskan secara matang,”
Beberapa orang termasuk Raka terkejut melihat rasa tenang yang keluar dari diri Riki walau dia
sudah di tempatkan pada apa yang tidak dia inginkan. Biasanya, jika meleset sedikit saja. Dia akan
membalas dengan keras. Itulah yang terjadi di musim panas saat itu. Tapi, sekarang dia terlihat
sangat tenang dan mengikuti alur seperti air yang terus mengalir tidak perduli apa yang ada di
depannya.
“Aku tanya sekali lagi. Berikan secara cukup rinci tentang alasanmu ingin melanjutkan sekolah di
sana?”
“Jika kau ingin aku jujur. Awalnya aku sama sekali tidak berniat sekolah di sana dan dengan senang
hati menerima saat aku akan di pulangkan. Tapi, setelah beberapa lama aku sekolah di sana. Aku
Melihat, Mengetahui dan mempelajari hal yang tidak pernah aku lihat di sini,”
“Aku ingin lebih mengenal diriku sendiri dan mengerti tentang apa itu mimpi dan apa yang ku
mimpikan dan bisa ku wujudkan. Bukan sekedar cita cita yang bahkan bisa di katakan dengan mudah
oleh anak anak. Aku akan menentukan mimpiku dengan mengukur kemampuanku. Salah satu cara
yang ku lakukan adalah Dengan mengetahui hal yang menarik bagiku. Saat sudah mengetahuinya,
Aku bisa mengukur kemampuanku untuk hal tersebut. Tentunya jika itu jauh dari kemampuanku,
Aku akan meninggalkan itu dan menacari hal lain yang ku angagap menarik,” Jelas Riki panjang.
Setelah mendengarnya, Seluruh orang yang ada di sana berkumpul untuk mengumpulkan suara atas
plihan yang akan di berikan pada Riki.
Setelah menunggu selama 20 menit, seluruh anggota keluarga memutuskan untuk mengakhiri
pertemuan hari ini, dan di lanjutkan di esok hari. Tepatnya pada hari ke 10 pembicaraan mereka
untuk memutuskan apa yang harus di lakukan oleh Riki.
----
Festifal sekolah berlangsung sangat baik. Kafe kelas 1-5 berjalan dengan baik tanpa kehadiran
Rikuto, Bahkan Misaki yang di jauhi lebih memiliki semangat untuk menyapa setiap tamu yang
datang. Tidak hanya mereka, Takaki juga menjalankan tugasnya dengan baik selama Festival budaya
berjalan.
Hari tanpa terasa sudah berlalu hingga Festival budaya ini harus di Akhiri. Pada akhirnya, Rikuto
sama sekali tidak masuk sekolah selama Festival berlangsung. Jika itu terus berlangsung hingga
musim dingin. Hal yang pasti terjadi adalah tidak menaikkannya ke kelas 2 saat rapat pemutusan.
“Takaki! Bantu aku untuk membawa meja ini kembali ke kelas 3-2,”
“Baik!!”
Aktifitas setelah penutupan berjalan seperti biasa. Para siswa merapihkan kembali stan yang di buat
dengan bantuan osis. Dengan memakan 2 jam, seluruh stan sudah di rapihkan. Yang tersisa hanya
membuang sampah yang berserakan oleh kegiatan Stan selama 5 hari ini.
“Akari-Chan!! Bantu aku mencari kayu bakar. Kazu-kun. Gantikan akari-chan dalam Penyusunan
batang kayu.”
“Baik!!”
Komite yang di bentuk khusus untuk Festival budaya juga melanjutkan kegiatan terakhir dari Festival
budaya sekolah. Yaitu Tari bon yang selalu di lakukan pada malam hari, Salah satu hal yang memicu
semangat para murid untuk berdansa dengan orang yang di inginkannya.
Walaupun Festival sudah di nyatakan selesai oleh kepala sekolah. Suasana senang dan tenang masih
terus ada pada para murid, Mereka menikmati seluruh kegiatan yang merupakan bagian dari Festival
budaya.
“Jika Ri-kun ada di sini, Aku yakin dia akan mengatakan bahwa ini merupakan suasana ternyaman.
Walau pasti dia juga akan bilang kalau mereka sangat berisik,” gumam Misaki pada dirinya sendiri.
Saat ini dia duduk di taman yang cukup sepi, tidak tergabung dalam rombongan yang sudah siap
memeriahkan kegiatan terakhir malam ini. Selama beberapa pekan ketidak hadiran Rikuto, Misaki
terus berusaha untuk selalu berpikiran positif dan yakin Rikuto akan kembali walau itu memakan
waktu yang lama. Akan tetapi, semakin dia mengingatnya. Maka dia semakin menginginkan Sosok itu ada di sekitarnya.
“Jika dia ada di sini, Apa dia akan mengajakku berdansa?” tanya Misaki dalam hati, Hingga tidak
sadar bahwa dia membayangkan itu terjadi dan membuatnya tertawa sendiri. Kemudian bergumam
kembali
“Itu tidak mungkin terjadi kan?”
“Misaki!”
Dengan setengah terkejut. Misaki menoleh pada suara laki laki yang memanggilnya cukup keras.
Setelah dia menoleh. Jirou tersenyum kemudian berjalan mendekatinya.
“Apa kau sendirian?” tanya Jirou
“Begitulah,” Jawab Misaki tenang sambil terus menatap langit yang menunjukkan bintang dengan
cerianya.
“Kau tidak ingin berdansa?” tanya Jirou
“Tidak akan ada yang mengajakku berdansa kan?”
“Aku akan berdansa bersamamu!! Walau akan banyak orang yang menentangku. Tapi, Aku akan
mengatakan kalau aku berdansa denganmu atas kemauanku sendiri!”
Mendengar perkataannya. Wajah Misaki memerah, dia tidak pernah mendengar perkataan seperti
itu. Sekilas, pikirannya tentang Rikuto menghilang dan menyutujui Untuk berdansa bersama Jirou.
Akan tetapi, baru beberapa menit melakukan dansa. Misaki kembali teringat pada Apa yang sedang
dia pikrikan sebelumnya, walaupun tubuhnya sedang berdansa. Pikirannya sedang saling
bertentangan, untuk mencoba mengedepankan apa yang sedang dia lakukan dan menghilangkan
apa yang dia pikirkan mengenai Rikuto. setidaknya untuk membalas semua yang telah Jirou lakukan
untukknya.
“Apa kau akan melakukan hal yang serupa dalam keadaan ini?” tanya Misaki pada dirinya sendiri
Di sisi lain, Takaki melihat dari lantai 3 apa yang sedang Misaki lakukan. Entah apa yang dia pikirkan, saat menyadari bahwa orang yang berdansa di taman adalah Misaki dan Jirou, dia menendang pintu kelas 3-2 denan keras sambil berkata.
“Apa yang dia lakukan? Apa dia sama sekali tidak memikirkan apa yang di pikirkan Riku saat melihat kalian berdua!?”