Happiness In An Unfair World. Chapter 30 - Special One

Diposting oleh Label: di
Malam yang mendung di sebuah apartemen. Raka sedang sibuk mengerjakan laporan atas pekerjaan
yang telah di selesaikan untuk mendapat bayaran serta mengakhiri kontraknya kliennya. Akan tetapi,
dia tidak bisa fokus pada pekerjaan karena terus memikirkan sebuah kabar demi kabar yang
membicarakan tentang adikknya. Riki yang saat ini sedang belajar di luar negeri.
Meski begitu, Raka tetap memilih mengerjakan tugasnya di banding terus diam dan tidak melakukan
apapun. Baik pada adiknya ataupun pekerjaannya. Seluruh ruangannya di penuhi oleh poster game
dan komputer yang berbagai macam. Dia terpaksa membuang mimipinya ketika kontraknya di
perusahaan game di akhiri, dan tidak bisa menjadi karyawan di manapun karena latar pendidikannya
di anggap tidak memenuhi.
Pada akhirnya. Raka memilih untuk membuang semua impiannya dan berpindah menjadi pekerja
bayaran yang tidak terikat pada perusahaan apapun, dan mengubur dalam dalam impiannya untuk
membuat game ataupun membuat software dengan namanya sendiri.
Apa yang terjadi padanya bermula dari Tergodanya dia atas pekerjaan sambilan saat masih kuliah
dan membuatnya di keluarkan karena terlalu sering bolos. Karena itu, dia sangat menentang Riki
untuk mendapat pekerjaan sambilan saat dia mulai sekolah. Bahkan, dia menganggap Adiknya sudah
ada di tahap yang lebih parah darinya karena sudah pernah ada dalam organisasi yang di anggap
penentang.
“Papa.. Paman Riki tidak akan di marahi lagi kan?” tanya anak perempuannya di ikuti oleh adik
lelakinya yang memandang ayahnya yang sedang mengerjakan tugasnya
“Jika dia tidak berbuat kesalahan. Dia tidak akan di marahi kok,” Jawab Ayahnya sambil mengelus
kepala kedua anakknya
“Sekarang kembalilah ke kamar dan tidurlah,”
“Baik!!”
Kedua anaknya itu pergi ke kamarnya dengan bersemangat. Akhir akhir ini, apa yang terjadi
mengenai adiknya memang cukup merepotkan. Hingga itu terdengar di telinga anak anak yang
seharusnya tidak di biarkan tahu mengenai hal ini. Setelah menyelesaikan tugasnya. Tiba tiba, ponsel
Milik Raka bergetar yang menandakan ada panggilan masuk.
“Kak,” Suara perempuan terdengar dari ponsel Raka
“Ada apa?” tanya Raka tenang
“Tentang Riki, Apa kau benar akan membawanya kembali?”
“Jika kabar yang ku terima benar. Dia sudah melakukan 2 kesalahan sekaligus, secara diam diam dia
bekerja di perusahaan besar. Dan juga, Dia berkelahi hingga bolos sekolah. Ini sudah keterlaluan,”
Jawab Raka sambil keluar ke beranda apartemennya dan menyalakan Rokok
“Aku sebenarnya tidak suka juga dia belajar di luar negeri. Karena dia sejak saat itu tidak memiliki
tujuan dan motivasi. Terlebih dengan jauhnya pandangan kita, dia bisa mudah di pengaruhi,” Sang
adik perempuan mulai menyuarakan kesempedapatannya pada perkataan Raka.
“Ada di dalam jarak pandang kita saja, dia bisa menyembunyikannya selama hampir 2 tahun,”
Tambah sang adik perempuan.
“Tapi, Aku tetap berharap kabar yang datang hanya bohong,”
“Aku tahu, Riki saat ini benci pada kita berdua. Karena dia mempunyai pikiran bahwa jika kita tidak
melakukan operasi, ibu bisa selamat. Aku juga tahu dia benar, Dia sudah bisa menilai dokter itu dari
memperhatikannya pada percakapan kita dengannya,”
“Kupikir kau tidak dia benci Nita, Yang dia benci hanya aku. Karena akulah yang pertama
menyetujuinya, Sikap cuek ayah saat itu juga membuatku tidak berpikir jernih,”
Saat sedang berbicara. Komputer dalam ruang kerja Raka berbunyi, sebuah email pemastian dari
penyedia informasinya sudah datang.
“Nita, sebentar,”
Raka meletakkan teleponnya di lantai dan melihat komputernya. Hasilnya mengatakan bahwa
semua itu benar, dan bahkan menyerahkan bebrapa foto mengenai perjalanannya ke Osaka dan juga
pesan seseorang pada sebuah forum.
‘Kuroyama Jun. Aku minta kejelasan atas gambar ini, Dan hari senin. Aku akan membawa Riki
pulang,’ Tulis Raka pada emailnya dan mengirimnya. Setelah mendapat notifikasi pesan terkirim, Dia
kembali mengambil ponselnya
“Kabarnya benar. Bahkan mereka mempunya bukti,”
Lawan bicaranya. Nita tidak mengeluarkan suara, sepertinya dia sudah berfikir tidak ada cara untuk
mempertahankannya.
“Aku akan terbang ke sana Hari senin. Akan ku bawa dia pulang apapun yang terjadi!”
‘Maafkan aku, Aku yang menyeretnya pada masalah ini. Walau sebenarnya semua berawal pada
turnamen itu. Dan juga aku minta maaf telah mempekerjakan Rikuto. Sebenarnya itu adalah
keinginannya sendiri untuk menambah kontrak saat sekretarisku telah kembali dari sakitnya,’ Tulis
Jun pada balasan pesan dari Raka.
.
Setelah mempersiapkan semuanya pada hari minggu, Raka sudah siap berangkat siang ini. Tepat
sebelum keberangkatannya dia menerima pesan dari Jun
‘Rikuto bilang, Dia akan pulang sedikit lebih sore. Tapi, dia tidak menentang untuk kembali. Hanya
saja, jangan membuat keributan seperti waktu itu. Karena tetangganya sudah mengenalnya,’
Tulisnya
‘Baiklah, Asal dia mau kembali dengan damai. Aku juga tidak akan membuat keributan,’ Balas Raka.
Setelah terkirim dia mengganti mode pada ponselnya menjad mode penerbangan dan mulai menaiki
pesawat.
---
Setelah Rikuto mengatakan hal yang tidak terlalu di mengerti pada Misaki. Selama empat hari
berturut turut, dia tidak masuk tanpa memberikan kabar apapun. Dan juga, sesuai yang dikatakan
olehnya. Para siswa yang ada di kelas tidak menyadari kosongnya tempat duduk Rikuto sampai
Takaki menanyakannya pada siswa lainnya di hari ke dua.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Ucap Misaki heran sambil terus mencari arti dari perkataan Rikuto
dan juga senyumannya di akhir pembicaraan.
“Misaki, Apa kau tahu sesuatu?” tanya Takaki saat pelajaran telah berakhir.
“Dia sempat menanyakan hal aneh padaku. Seperti, bagaimana jika dia tidak terlihat lagi,” Jawab
Misaki sejujurnya. Mendengarnya, Takaki sangat terkejut. Setelah mengecek bawah Meja Rikuto,
Keterkejutannya berubah menjadi kepanikan.
“di bawah mejanya sudah tidak lagi buku yang biasa dia tinggalkan. Ini gawat, untuk takaran orang
sepertinya,”
“Aku akan pergi ke rumahnya, Kau juga ikut,” Tambah Takaki sambil memakai mantelnya dengan
cepat. Akan tetapi, Miskaki tidak melakukan apapaun dan hanya terdiam di tempat duduknya.
“Aku tidak ikut, Aku masih tidak ingin melihat wajah Ri-kun setelah dia menunjukkan padaku sesuatu yang tidak pernah di tunjukaknya pada orang lain,”
“Itu juga kalau kau dapat melihat wajahnya kan?” tanya Takaki.
“Aku tidak akan bertanya. Apapun yang dia tunjukkan padamu, Itu menandakan bahwa kau adalah
orang yang spesial di matanya!” Lanjutnya dengan tegas
“Spesial? Itu tidak mungkin kan?” Tanya Misaki sambil membuang wajahnya, menutupi keterkejutan
dan Rasa malunya.
“Hm, Segala yang dia keluarkan itu selalu terasa hampa. Bahkan sesuatu yang di mata orang lain
bagus. Entah kenapa, Aku merasa tidak adanya penjiwaan dari apa yang dia kelaurkan. Seperti
hatinya ada di tempat yang jauh. Tapi, Dia sudah memperlihatkan padamu apa yang tidak akan dia
perlihatkan pada orang lain kan? Mungkin itu adalah sesuatu yang dia lakukan sepenuh hatinya. Jika
sudah begitu, Itu artinya dia sudah mengaggapmu spesial!!” Tegasnya. Takaki terus mempengaruhi
Misaki agar mau pergi bersamanya. Setelah beberapa lama, Misaki akhirnya setuju dan mereka
berdua segera menuju rumah Rikuto dengan berlari.
“Jika kau mengetahui sesuatu tentang Rikuto lebih dalam. Kenapa kau tidak mengatakannya
padanya?” tanya Misaki di perjalanan
“Aku tidak ingin keadaan menjadi buruk dengan mengatakannya. Aku tidak masalah di angap rekan
selamanya olehnya. Karena, Anggota Osis tidak boleh memihak kan?” jawab Takaki.
“Saat ini yang tergambar di kepalaku, hanya gambaran bahwa dia kembali ke negaranya Atau pindah
sekolah. Tapi, masih ada keraguan di dalam dirinya. Karena itulah sekolah tidak memberi tahukan
apapun. Dan juga, Rikuto bukan orang yang selalu lapor ketikan akan melakukan sesuatu. Dia akan
memendamnya dan membiarkan dirinya menghilang tanpa di ketahui,” Tambahnya.
“Tunggu. Dia juga bilang bahwa orang yang tidak memberikan kesan selama hidupnya. Kehadirannya tidak akan memiliki arti, dan kepergianya tidak akan di sadari,” Ucap Misaki mengingat apa yang pernah Rikuto ucapkan
“Dia bilang begitu!? Ini beneran gawat kalau begitu!!”
Setelah sampai di depan rumah Rikuto, Takaki terus menekan bel rumahnya. Akan tetapi tidak ada
yang keluar dari Rumah tersebut. Hingga tas misaki tidak sengaja menyenggol kotak surat hingga
bergetar dan mengeluarkan bunyi.
“Bunyi ini,” Gumam Takaki sambil menggoyangkan kotak surat itu beberapa kali
*Clingg
“Jangan jangan kunci rumah ini ada di dalam kotak surat!? Artinya, dia mengembalikan rumah ini
pada pemiliknya!?”
“Pada ayah!!?” Misaki yang mendengarnya juga tidak kalah kaget dengan Takaki yang menyadari apa yang telah terjadi.
“Apa kalian mencari Rikuto-kun?” tanya Seorang lelaki yang berada tepat di sebelah rumah Rikuto.
“um.. Iya,” Jawab Takaki
“Kalau tidak salah. Hari senin, dia pergi dengan orang yang berumur 30an dan berwajah mirip
sepertinya naik taksi. Dan itu tepat saat dia pulang sekolah, bahkan dia belum mengganti
seragamnya,”
“Seorang yang mirip?” Tanya Takaki
“Benar, Apa dia tidak masuk sekolah?” Pria tadi balas bertanya pada Takaki
Takaki dan Misaki tidak langsung menjawab pertanyaan dari pria itu. Mereka berpikir apa harus
memberitakan tentang ketidak hadirannya atau tidak dan mempertimbangkan apa yang membuat
Rikuto tidak tersinggung.
“Dia masuk kok. Aku hanya ingin mampir, Dia juga sudah bilang kalau sedang bersama seseorang
untuk beberapa lama. Sepertinya dia tidak pulang,” Jawab Takaki setelah memikirkan jawaban apa
yang harus di berikan.
“Kalau begitu aku ke dalam dulu, Tetap jadi temannya. Rikuto itu anak yang Ramah,” Ucap pria itu
sambil pergi kedalam Rumahnya.
“Sepertinya, Paman itu juga tertipu oleh permainan sikap Rikuto,” Gumam Takaki sambil berjalan
kembali pulang.
“Takaki-kun! Aku mohon, jangan katakan siapapun tentang apa yang terjadi hari ini,”
“Serahkan padaku,”
Misaki kembali berjalan pulang meski belum memasuki waktunya untuk pulang. Kepalanya penuh
oleh perkataan Rikuto dan per andaian jika dia berani mendesak Rikuto agar mengatakan maksud
perkataannya yang belum di mengertinya sama sekali.
Setelah pulang ke rumah, Misaki berniat untuk menghubungi Jun dan menanyakan segalanya
tentang apa yang terjadi pada hari senin. dan apa itu berhubungan dengan apa yang Rikuto lakukan
untuk menyelamatkannya.
“Tunggu, Orang yang mirip dengannya.. Berumur 30 tahunan?”
Misaki baru menyadari apa yang di katakan oleh tetangga Rikuto. Dan merasa dia mengenal sosok
yang di katakan oleh pria itu.
“Itu.. kakaknya!!”
-----
“Kau mau istirahat dulu di hotel? Ini masih terlalu pagi untuk kereta” tanya Raka pada adiknya yang
masih menggunakan mantel tebal dan tas sekolahnya.
“Tidak perlu. Itu akan membuat uangmu terbuang dengan percuma,” Jawab Rikuto tenang.
“Aku sudah membuang banyak uang sejak kau membuat masalah!!” Tegas Raka.
Sudah 1 jam semenjak mereka sampai di bandara, sedangkan jam masih menunjukkan pukul 4.
Masih terlalu pagi untuk naik kereta pertama. Hari ini, Raka merasakan ada yang aneh dari Rikuto.
sebenarnya, itu terasa dari saat dia pulang sekolah. Dari saat itu, Rikuto hanya terus menuruti
perkataan Raka. Walau dia masih menyindirnya beberapa kali.
“Jadi, Apa yang mau kau lakukan?” tanya Raka yang sepertinya sudah tidak mengetahui apa yang di
inginkan adiknya.
“Pergi ke stasiun saja. Jika Istirahat di hotel, itu akan membuatmu ketinggalan kereta pagi ini. Aku
bisa berganti pakaian di kamar mandi stasiun,” Jawab Rikuto. Tanpa mereka duga, setelah keluar
dari stasiun. Sebuah mobil hitam menunggu di parkiran bersama seseorang yang bersandar di
atasnya.
“Ayah?” gumam Rikuto
“Kenapa ayah di sini?” tanya Raka heran.
“Aku mendapat kabar kalau kalian sudah sampai di bandara. Jadi, aku meminjam mobil untuk
menjemput kalian berdua,” Jawab Ayahnya.
“Ayah. Kau setuju untuk membicarakannya sebelum memutuskan apa yang akan terjadi padaku
kan?” Tanya Rikuto
“Kau ini!. Sudah di bilang kesempatan akan di terima itu sedikit, menging__”
“Aku tahu. Tapi, jika kau bilang ada kata ‘kesempatan’ Walau itu cuman 1 persen. Bahkan 0,1 persen.
Itu sudah cukup,” Rikuto memotong perkataan kakaknya dengan tenang. Ayahnya sedikit terkejut
melihat anaknya yang sedikit berubah sejak awal dia akan di kirim untuk pertukaran pelajar.
“Oke. Kali ini, Aku akan membicarakan tentang ini dengan semuanya,” ucap ayahnya memberi
persetujuan. Mendengarnya, Rikuto tersenyum sambil melihat ke arah kakaknya. Seakan berkata,
Kali ini aku menang.
“Oh ya, Satu hal lagi. Aku tidak ingin orang itu ikut serta dalam pembicaraan ini,” Tambah Rikuto
membuat kakaknya dan ayahnya berhenti melakukan kegiatannya. Mereka sudah tahu siapa yang di
sebut dengan orang itu, adalah orang yang bisa di bilang menggantikan posisi ibu Rikuto setelah
kematian ibunya. Orang yang sangat Rikuto benci.
“Kenapa kau sangat egois!! Apa alasanmu? Dia juga sudah masuk dalam anggota keluarga ini!”
Dengan tegas. Raka menentang apa yang Rikuto bicarakan.
“Keluarga.. memang benar. Tapi, jika dia ada hubungannya. kIta harus mengundang ke 6 paman
bersama istrinya yang merupakan adik dari ibu. Dan ke 8 paman bersama istrinya yang merupakan
kakak dan adik dari ayah,”
“Mereka tidak hubungannya dengan pembicaraan kita!!. Alasan dia harus ikut serta__”
“Adalah untuk menggantikan posisi ibu, Kan?” Rikuto memotong pembicaraan kakakknya dengan
tenang.
“Aku ada pertanyaan, Apa yang bisa di lakukan oleh seorang pengganti? Dalam sebuah kegiatan
ataupun pekerjaan, walau pekerjaan pengganti sama dengan orang yang di gantikannya. Tapi,
pengganti tidak mempunyai hak suara pada sebuah rapat. Sekalinya di mintai pendapat, Itu hanyalah hal yang bersifat umum,”
“Tapi, ini bukan rapat. Melainkan diskusi, Aku tidak ingin ada orang yang tidak bisa berpikir dengan
kepala dingin untuk ikut serta. Terlebih yang sudah memandangku dengan kebencian. Yang aku
butuhkan untuk ikut hanyalah 4 atau 6 orang denganku. Aku, Ayah, Kau dan istrimu, Kak Nita dengan Suaminya,”
Mendengar semua yang di katakannya, Reaksi yang di berikan oleh Raka dan Ayahnya berbeda. Raka
memandang Rikuto dengan kesal sedangkan ayahnya tetap tenang dan bersandar pada mobil yang
di pinjamnya.
“Apa kau pernah merasakan bekerja di perusahaan!?” Tanya Raka dengan keras. Sebelum
menjawab, Rikuto kembali tersenyum dengan senyuman yang merendahkan kakaknya sendiir
“Kau membawaku kesini karena 2 kesalahan? Di antaranya ada kesalahan karena kerja sambilan.
Sepertinya kau tidak tahu tentang tempatku melakukan kerja sambilan. Aku sudah 3 bulan bekerja
sebagai pengganti Sekretaris dan 2 kali ikut rapat. Aku tahu dengan baik kalau pengganti sepertiku di
rapat itu hanya sebagai pengisi bangku kosong dan tidak di perlukan pendapatnya,” Jawab Rikuto
tenang.
“Saat ini, Yang memegang kendali atas ini adalah aku sebagai topik pembicaraan dan ayah sebagai
kepala keluarga. Bukan Raka Farlan. Kau tidak memiliki hak untuk mengubah sesuatu tanpa
persetujuan dari orang yang memengang kendali, Ayah. Sedangkan Aku berhak mengajukan siapa
yang aku inginkan atau tidak aku inginkan datang. Sudah cukup merepotkan memiliki kau yang tidak
bisa berpikir dengan kepala dingin. Aku tidak ingin ada orang lain yang akan memperlambat
prosesnya,” Tambah Rikuto
“Ayah, bagaimana? Jika kau bisa memenuhinya, Aku akan serahkan sisanya padamu. Aku hanya
membtuhkan hal itu,” Tanya Rikuto meminta kepastian dari ayahnya yang tidak bersuara.
“Oke. Sampai semuanya di tentukan, Aku dan Riki akan tinggal di rumah lain,” sang ayah memberi
persetujuannya kembali
“Ayah!! Bukankah sudah ku bilang jangan memanjakannya!!”
“Raka, semua yang di katakannya benar. Aku juga berpikiran bahwa dia tidak ada hubungannya
dengan apa yang harus di bicarakan. Karena sudah jam 5, Kita akan langsung pulang dan
memulainya ketika kau sudah ber istirahat,”
“Baik,”
“Aku pernah bilang kan, Jika aku sudah serius akan sesuatu. Aku akan melakukan segala macam cara
untuk mendapatkannya walau harus menipu atau membodohi orang lain, Aku adalah orang yang licik,” Gumam Rikuto dengan suara yang cukup besar. Sepertinya itu di tujukan untuk menyindir Raka yang saat ini sedang menahan kekesalannya.
“Setidaknya untuk saat ini, Sudah kutemukan apa yang ingin ku lakukan. Dan apa yang harus ku
lakukan. Meski begitu, Aku juga sudah bersiap untuk kegagalan yang akan datang,” gumam Rikuto
sambil memutar sebuah Lagu ketika mobilnya mulai berjalan menuju rumah.
Posting Komentar

Back to Top