Happiness In An Unfair World. Chapter 27 - Taking Risk

Diposting oleh Label: di
+++Rikuto’s POV+++
‘Rikuto. Kumohon! Pergilah untuk unuk membawa Misaki kembali!’
Kenapa aku? Aku kan bukan orang yang dekat dengannya. Ada yang lebih harus pergi, yaitu
kiromaru-senpai. Tapi, Semua orang terus memintaku untuk melakukannya se akan aku adalah
orang terdekatnya.
‘Aku tidak Punya hak untuk melakukannya,’ Balasku.
Apa yang ku pikirkan saat itu sudah sangat matang. Untuk melupakan perasaanku dan membiarkan
semua terjadi begitu saja. Menutup mata terhadap apa yang terjadi pada siapapun. Aku tidak ingin
melanggar sesuatu yang telah ku pikirkan dengan sangat matang.
Aku akui, Apa yang di lakukan pengirim pesan itu sangat ke kanak kanakan dan sangat konyol.
Menggunakan orang lain untuk memancing seseorang. Walaupun aku juga pernah melakukannya.
Tapi, aku sama sekali tidak menganggap apa yang ku lakukan itu benar.
‘Aku akui aku membenci apa yang telah dia lakukan. Tapi, Aku juga tidak berhak untuk datang,’
Setelah mengirim tambahan, Aku mencari pesan dari akun yang telah ku blacklist sehingga pesannya
tidak akan menjadi notifikasi dan hanya bertumpuk pada arsip.
‘Jika kau berniat datang. Jangan datang sebagai sosok lain. Tapi, datanglah sebagai No 4 dan kita
selesaikan apa yang terjadi di turnamen musim panas,’
‘Atau Kau ingin gadis itu tetap tidak datang ke sekolah?’
Jadi aku yang di inginkannya. Dia ingin aku mengakui bahwa aku adalah dia. Dan pengirimnya bisa di pastikan adalah orang yang melawanku di turnamen. Dengan itu, Orang ini telah menutup
kemungkinan bahwa yang datang adalah orang lain. Akan tetapi, bila aku datang. Itu sama saja
dengan aku melanggar perkataanku sendiri, dan membuatku lebih mengutamakan Perasaanku dari
pada akalku,
Apa ada alasan bagiku untuk datang? Apa ada kenagan berarti antara aku dan Misaki? Pertemuan
kami sangat normal. Tidak lama kami langsung bertengkar, setelah berbaikan, itu hanya beberapa
hari sampai dia mendadak menjauhiku.
Aku terus berpikir sepanjang perjalanan pulang menuju rumahku. Tentang kejadian yang tidak
masuk di akal ini. Dan menemukan sebuah jawaban sederhana bahwa Aku mungkin tidak
menemukan alasan untuk datang bila itu untuk Misaki. Tapi, Aku punya satu alasan untuk balas budi
atas bantuan dan dukungan yang Jun-san berikan padaku. Saat ini. Alasan itu sudah cukup.
‘Jun-san. Aku mungkin akan datang. Sebagai balas budi atas kebaikanmu. Karena, Aku tidak bisa
menemukan alasan kenapa aku harus melakukannya karena Misaki,’
Aku mengirim pesan perstujuanku pada Jun-san. Aku mungkin akan kembali menjadi seorang yang
seperti dulu. Melakukan berbagai pekerjaan kotor yang di minta tanpa meminta alasan yang jelas.
Seperti menguntit hingga melukai orang lain.
Saat sedang berpikir di atas tempat tidurku. Teleponku berdering, Jun-san menghubungiku.
“Kau Kuroyama Rikuto ya?”
Aku terdiam sejenak saat mendengar suara perempuan yang keluar dari ponsel Jun-san. Mungkin ini
adalah ibu Misaki
“Ya,” Jawabku singkat setelah terdiam beberapa lama
“Kau sangat tidak sopan sekali ya. Menjawab pertanyaan orang yang lebih tua dengan se singkat
itu,”
“Maaf,”
“Apa yang telah kau lakukan hingga menyeret Misaki kedalam Masalahmu!? Itu semua karena kau
terlalu dekat dengan Misaki!”
Sepertinya ibu Misaki tidak suka padaku. Walau aku sudah tahu alasannya. Tapi, kenapa dia bilang
seolah aku sangat dekat dengan Misaki?
“Aku tidak terlalu dekat dengannya,” Jawabku
“Jangan berbohong. Misaki sampai berani membantah cukup banyak perkataanku itu karena dia
terlalu dekat denganmu!”
“Jika memang itu yang terjadi. Maafkan Aku,” Ucapku
“Apa kau bisa dengan tenang meminta maaf!? Itulah kenapa aku tidak setuju dia berteman dengan
Preman sepertimu. Dan kau lihat, Inilah yang terjadi padanya sekarang kan!”
Aku terdiam. Sepertinya aku memang sudah layak di sandingkan dengan seorang preman. Itu semua
benar. Mengingat apa yang telah yang terjadi di masa lalu. Tapi, bukan ini yang harusnya ku pikirkan
“Maafkan Aku,”
“Harusnya perintahku padanya sejak awal adalah melarangnya berbicara denganmu. Bukan hanya
jangan dekat denganmu,” ucap Ibunya menyindirku.
“Aku Minta maaf. Aku bisa menjamin Misaki tidak akan berbicara denganku lagi, Aku sendiri tidak
ingin membuatnya kesulitan hanya karena terlibat denganku,”
“Itulah yang ku inginkan,”
Hari sudah semakin sore. Ibu Misaki terus berbicara dan menyalahkanku, ini memang kesalahanku.
Tapi, Jika dia terus berbicara. Maka langkah awal pun akan sulit ku lakukan karena waktu yang terus
berjalan.
“Tapi, Aku mohon kau membiarkanku membawa Misaki kembali untuk menebus kesalahanku. Dan
untuk itu, aku membutuhkan waktu yang cukup besar untuk mempersiapkannya,”
“Kau memang harus melakukannya. Karena itu kesalahanmu! Dan, Jika Misaki sampai Terluka__,”
“Aku menjamin dia tidak akan terluka!. Aku bisa bertaruh 100%,”
“Hah? Apa Aku bisa mempercayaimu!?” tanya Ibu Misaki heran.
“Kau bisa percaya denganku. 100% Aku akan membawa Misaki tanpa membiarkannya tergores
sedikitpun. Maka dari itu, Berikan aku waktu dan sudahi perbincangan ini,”
“Apa yang membuatmu berkata begitu? Jirou-kun saja yang terlatih dalam karate ragu untuk
memberi jaminan 100 persen,”
“Aku dan senpai berbeda. Kau sendiri yang bilang aku adalah preman dan juga, Levelku dan Senpai
jauh berbeda. Selain itu, Aku adalah Juara 1 Turnamen Aikido saat Musim panas,”
Aku tidak suka menyombongkan diri. Akan tetapi, jika tidak ku lakukan dia akan terus berbicara dan
membuat waktu yang ku perlukan semakin berkurang
“Dasar preman. Baiklah, Aku akan membiarkanmu, Walaupun sebenarnya aku tidak ingin dia di
selamatkan oleh orang sepertimu,”
“Terima Kasih,” Ucapku sambil menutup telepon dan mengambil laptopku. Karena harus melakukan
panggilan Internasional. Walaupun itu juga berarti aku memberi tahu lokasiku pada orang Organisasi
lama yang mencariku.
+++Rikuto’s POV End+++
“Halo?” ucap seorang dari telepon Rikuto
“Jo, Loadspeaker panggilanku ini jika kalian ber 5 sedang berkumpul,” Ucap Rikuto setelah telpon
tersambung
“Riki!!”
“Ini aku. Aku punya permitaan untuk kalian,”
“Itu pun jika kalian masih mau menjadi penyedia informasi untukku,” Tambah Rikuto
“Aku memang informan untukmu! Walau kau sudah keluar dan menghilang, Aku tidak akan
menyerahkan informasi yang ku berikan untukkmu pada siapapun,” Jawab Jo. Walau sebenarnya itu
adalah nama samaran yang di berikan Rikuto padanya saat meminta mereka ber 5 menjadi Informan
pribadinya.
“Tugas ini untuk mencari tahu tentang seseorang dan apa tujuannya memintaku datang. Lakukan
sebaik mungkin walau itu akan membuat lokasiku di ketahui oleh anggota lainnya,”
“Karena mungkin aku akan kembali ke jakarta setelah menyelesaikan hal ini,” tambah Rikuto
---
Di sebuah toko baju. Akari sedang bersama temannya mencari sebuah gaun untuk pesta. Tepatnya,
undangan untuk menghadiri acara pemerintah.
“Akari-chan! Ini cocok untukmu,” Kata temannya sambil menunjukkan sebuah gaun berwarna biru
cerah. Akari tersenyum dan membawa gaun itu untuk di coba. Saat berjalan menuju fiting room.
Akari merasakan ponselnya bergetar.
‘Aku minta informasi tentang 2 orang ini. Dan juga tujuannya telah mengincar seorang bernama
Kuroyama Rikuto. Jika ada di antara kalian yang juga mengenal klienku, Aku harap kalian tetap
memberi informasinya padaku terlebih dahulu,’ Tulis Akun joe pada Forum Informan seluruh dunia
yang di masuki oleh Akari dan banyak informan lainnya.
“Rikuto itu mulai bergerak ya?”
“Aku akui jaringan informasinya menakutkan,” Gumam Akari sambil menulis balasan
“Berdasarkan data yang ku terima 2 hari lalu, Orang itu ada di lokasi yang akan ku kirimkan.
Tujuannya adalah ingin membawa Klien anda kehadapannya dan mungkin akan menantangnya
berduel. Itu saja yang ku tahu,” Tulis Akari dari akunnya Aka-san.
---
‘Maafkan aku. Informasi baru datang padaku 2 jam yang lalu, Lokasinya telah ku lampirkan.
Tujuannya adalah mengembalikan diri lamamu sebagai No 4’
DI hari Jumat pagi. Tepat ketika Rikuto bangun tidur, Informasi yang di inginkannya telah sampai
sekitar 1 jam sebelumnya di baca olehnya.
‘Ini sudah cukup. Terima kasih ya, Sampai jumpa jika aku memang akan di pulangkan,’ Tulis Rikuto
dan kemudian mengirimnya. Rikuto telah memilih, untuk mengambil tindakan dengan langsung
menemui orang yang bersama Misaki. Dengan menanggung Resiko yang mungkin dia terima. Dari
yang ringan hingga yang berat
‘Kau memang tidak pernah berubah. Selalu memiliki pikiran hingga ke resiko terburuknya. Selamat
berjuang,’ Balas Jo mengakhiri perpesanan internasional mereka berdua. Rikuto pergi ke kamar
mandi untuk membersihkan badan.
“Tempatnya cukup jauh hingga harus naik shinkansen, Aku akan bolos hari ini,” Gumam Rikuto
(Shinkansen = Kereta cepat untuk berpergian ke luar kota)
sambil mengenakan baju selain seragam sekolahnya. Setelah mengenakan topi dan juga mantelnya,
Dia telah siap untuk pergi ke luar kota dengan tujuan menyelamatkan Misaki.
“Akari?”
Di depan Rumahnya, Akari bersandar di depan pagar sambil melempar senyum pada Rikuto.
“Kau tidak masuk kan hari ini?” tanya Akari
“Kenapa kau tahu?” Rikuto balas bertanya
“Jangan Remehkan Jaringan informasiku,”Jawab Akari dengan bangga. Rikuto terdiam sudah
mengerti apa yang akan di katakan oleh Akari,
“Kebetulan. Maukah kau mengantarkan ini ke tempat dudukku?”
Rikuto menyerahkan selembar kertas berisi jawaban untuk latihan di hari ini. Dia telah
memperhitungkan kemungkinan bahwa dia tidak masuk hari ini.
“Seperti yang ku harapkan. Kau sudah mempersiapkan untuk hal seperti ini,”
“Aku sudah mendengarnya 2 kali hari ini,” Gumam Rikuto sambil menutup pintu rumahnya dan
berjalan keluar rumahnya
“Rikuto. Aku akui, Jaringan informasimu mengerikan. Dengan akun berbeda menanyakan informasi
berbeda tetapi mengarah pada satu permasalahan. Bahkan menanyakan hal yang sama dalam 3
forum yang berbeda,” Gumam Akari saat Rikuto melewatinya
“Aku yakin kau adalah orang yang mengerikan sebelum ini. Oh ya, Aku akan bilang pada Ketua kelas 1-5 bahwa kau sakit. Jadi, kalau kau memang sakit sepulang ini, itu tidak akan membuatku jadi
berbohong,” tambahnya. Rikuto menghentikan langkahnya dan berbalik
“Terima Kasih. Kau benar, aku pengecut. Tapi, Setidaknya aku tetap harus menyelesaikan apa yang
telah aku mulai,” Ucap Rikuto sambil kembali berjalan ke arah yang berkebalikan dari arah sekolah.
Ke arah stasiun untuk pergi ke kota Osaka. Sangat jauh dari tokyo, Tapi. Saat ini dia telah mendapat
bantuan yang cukup dari Jun dan Jo.
“Aku melakukan ini sebagai penebusan atas kesalahanku. Setelah ini, Aku tidak akan ikut campur lagi dengan Misaki,” Gumam Rikuto
“Karena aku tahu, Ini pasti akan sampai ke telinga kakakku dan aku akan di kembalikan ke indonesia
karena apa yang telah aku lakukan,”
“Osaka,” Ucap Rikuto menyebutkan tujuannya di loket. Setelah beberapa detik, sebuah tiket yang
berbentuk kertas keluar dari mesin otomatis.
“Kereta akan datang sekitar pukul 7. Dan akan berangkan 15 menit setelah sampai, Sekarang kau
bisa menunggu di dalam untuk menghangatkan badan,” Ucap Pegawai yang bertugas di loket setelah
melihat Rikuto yang tidak terlihat seperti penduduk asli. Rikuto harus menunggu sekitar setengah
jam lagi. Hari ini, dia sengaja berangkat pagi, karena perjalanan yang cukup panjang dan waktu yang
di butuhkan untuk mencari tempat yang di sebutkan itu cukup lama
“Terima Kasih,” ucap Rikuto dengan Ramah sambil mengambil tiket yang di berikan dan pergi
kedalam stasiun untuk menunggu kereta yang masih dalam perjalanan. Daripada masuk kedalam
super market, Rikuto memilih duduk di bangku tunggu dan memakan Onigiri yang di belinya di super market. Setelah beberapa kali makan bersama Takaki, Dia telah terbiasa memakan makanan seperti Yakisoba, Shushi atau makanan lainnya yang sebelumnya belum bisa dia makan karena belum
terbiasa.
(Onigiri = Nasi kepal dengan Rumput laut. Mirip lemper tapi ga di bungkus daun pisang. Yakisoba = semacem Mie goreng.)
Di pagi yang dingin ini. Stasiun masih cukup sepi, Hanya ada Rikuto dan beberapa lelaki paruh baya
yang sedang setengah tertidur di bangku tunggu. Situasi yang berbeda jika di bandingkan di
tempatnya dulu.
Kicawan burung hingga suara embun yang menetes ke kolam buatan terdengar sangat merdu.
Menggambarkan suasana tenangnya pag ini, Sayangnya, Rikuto tidak bisa menikmati suasana tenang
ini karena terus terpikirkan oleh Apa yang akan terjadi.
“Permisi, Aku baru pertama kali naik Shinkansen. Apa kereta akan penuh saat sampai?” tanya Rikuto
dengan sopan pada orang yang duduk di sebelahnya
“Hmm, Biasanya saat kereta datang, Itu akan sangat penuh sehingga kita harus menunggu seluruh
penumpang keluar,” Jawab orang yang di sebelahnya ramah.
“Terima Kasih,”
Setelah Rikuo berterimakasih pada orang itu, Kereta pun datang. Seperti yang dikatakannya, Ada
cukup banyak orang yang keluar dari kereta. Jika dia tidak bertanya terlebih dahulu. Pasti dia akan
terdorong. Terlebih tubuhnya tidak terlihat berotot.
“Aku berangkat,” Gumam Rikuto pelan sambil memasuki gerbong kereta.
---
“Aargh aku bosan!!,” Ucap Takuya kesal. Di sebelahnya, Misaki sedang meminum secangkir teh
hangat. Di sebuah gudang yang ada di bawah apartemen yang sudah tidak di kunjungi karena suatu
hal
“Hei, Kapan aku boleh pulang?” tanya Misaki,
“Kalau sampai besok dia tidak datang. Kau akan ku antar pulang. Tapi, aku akan langsung
menyerangnya tanpa mengundangnya,” Jawab Takuya sambil mengambil roti yang tersedia di meja
yang terbuat dari tumpukan besi.
“Ri-kun tidak mudah terprovokasi,” Ucam Misaki pelan. Ucapannya itu di tanggapi oleh tawa dari
Takuya.
“Aku tahu ada orang yang menyelidiki tentang aku. Untungnya kau berhasil mengolahnya menjadi
kabar bahwa kau telah ku tahan,” Balas Takuya di sela tawanya. Jika di lihat, mereka seperti sedang
mengobrol biasa. Tidak seperti apa yang di pikirkan oleh Rikuto dan Orang lain.
“Aku memang sedang kau tahan,”
“Kau juga yang setuju kan!?” tanya Takuya kesal.
“Aku Cuma ingin tahu tentang nya lebih dalam,” Jawab Misaki
“Lagipula, Aku baru tahu ada orang yang mengundang orang lain untuk jadi tahannannya,” Tambah
Misaki
“Aku memang menikmati penderitaan orang. Tapi, Aku tidak suka melibatkan orang yang tidak ada
hubungannya denganku di saat aku punya target. Tapi, untuk hal ini aku terpaksa untuk memintamu
bekerja sama denganku. Dengan bayaran kau akan lihat sisi Kuroyama Rikuto yang belum kau lihat,”
Ucap Takuya berbelit belit sambil memainkan pisau lipat yang ada di tangannya
“Biasanya aku pakai cutter. Tapi, jika itu kau. Pasti aku akan rugi karena pisaunya selalu patah. Jadi,
aku akan menggunakan pisau lipat,” Gumam Takuya sambil tersenyum sadis
“Kau tidak berniat membunhnya kan?” tanya Misaki sambil melempar pandangan jijik pada Takuya
“Aku hanya membuatnya serba merah saja. Sampai dia mengakui dan tidak lagi melarikan diri,”
Jawab Takuya tenang.
“Aku mohon, Jangan terlalu lukai dia,” Kata Msiaki memelas.
“Aku mungkin akan memancingnya dengan pisau palsu di ujung satunya untuk berpura pura akan
melukaimu,” ucap Takuya sambil mengambil tali.
“Sekarang, Kau harus terlihat seperti sedang di tahan. Tangan dan kaki terikat dan mata dan mulut
yang di tutupi. Pastikan kau tidak tertidur jika ingin dengar apa yang akan terjadi,” Tambahnya
Setelah mendapat anggukan dari Misaki. Takuya mengikat tangan dan kaki Misaki se adanya dan
menutup mulut dan matanya dengan lakban.
“Seperti ini mungkin tidak masalah, tidak sakit kan?” tanya Takuya. Misaki yang sedang tidak bisa
berbicara hanya mengagguk
“Dia datang,” gumam Takuya sambil bersembunyi di balik tiang
Dan benar. Rikuto menendang pintu dan langsung berlari menuju Misaki yang sedang terikat di
lantai. Dan tidak menyadari keberadaan Takuya yang sedang bersembunyi.
“Kena!!” Takuya berlari ke arah Rikuto dari samping sambil mengarahkan pisaunya untuk menyerang Rikuto namun masih bisa di hindari. Akan tetapi, dengan kecepatan serangnya itu, sarung tangan yang di gunakan Rikuto sobek beserta mengalirnya darah dari sobekan yang ada di sarung tangan itu.
“Aku sudah menduga kau di balik semua ini,”
Posting Komentar

Back to Top