“Anak Anak. Saya harap, Kalian memulai untuk belajar dengan giat kembali. Biarkan liburan musim
panas yang sudah berlalu itu pergi kembali bekerja kelas. Sekian,”
“Berdiri!”
“Memberi Salam!”
“Duduk!”
Setelah Sino-sensei keluar dari kelas bersamaan dengan Datangnya jam istirahat makan siang. Para
siswa mulai meninggalkan kelas dan pergi ke kantin atau tempat lainnya.
“Riku, Mau makan di kantin?” tanya Takaki setelah menghapus tulisan di papan tulis dan merapihkan
meja guru.
“Kau memang pekerja keras ya?” gumam Rikuto
“Oke, Ayo ke kantin,”
Setelah mendapat persetujuan dari Rikuto, Mereka berdua pergi meninggalkan kelas dan menuju
kantin.
“Dia menerima ajakan ke kantin?” gumam Misaki sambil membuka kotak makanannya. Hari ini
seperti biasanya, Tidak ada yang menyapanya dan berbicara padanya, kecuali Jirou yang akhir akhir
ini bersamanya.
“Apa kau masih kerja sambilan?” tanya Takaki di perjalanan,
“begitulah,”
“Bukankah seluruh kebutuhanmu di bayar oleh sekolah?”
“Tidak semua, Hanya makan dan peralatan untuk sekolah. Untuk beberapa hal seperti aksesoris,
Internet dan perawatan elektronik. Aku harus membayarnya dengan uangku sendiri,” Jawab Rikuto.
setelah masuk kedalam kantin, Rikuto terdiam dan memandangi seluruh ruangan. Kantin yang cukup
besar dengan pemandangan taman yang indah. Berbagai macam bunga ada di luar dan dapat di lihat
dari dalam secara keseluruhan.
“Aku tidak heran kantin menjadi tempat yang bisa mengalahkan atap sekolah dalam hal
pemandangan,” Gumam Rikuto
“Sebenarnya itu adalah upaya sekolah untuk mengalihkan seluruh murid untuk tidak terlalu sering
datang ke atap. Berhubungan dengan kasus murid ceroboh yang jatuh dari atap,” Ucap Takaki
menanggapi.
“Tapi, ada yang kurang di sini,”
“Apa?” tanya Takaki
“Bukan apa apa. Kau mau beli apa?” Rikuto balik bertanya.
“Roti manis. Kau?”
“Aku hanya membeli ini,” Ujar Rikuto yang datang sambil membawa segelas kopi hangat.
“Kau yakin tidak makan?” tanya Takaki heran
“Tidak perlu,” Jawab Rikuto sambil duduk di bangku yang ada tepat di jendela. Pemandangan yang
menyejukkan dapat terlihat dengan cukup jelas. Bermacam bunga yang tertiup angin dan suara dari
angin itu sendiri yang terdengar dari dalam. Hanya satu hal yang di anggap kurang. Yaitu, suasana
yang terlalu tenang bahkan cenderung berisik.
“Kau itu aneh ya?” tanya Takaki sambil duduk di depan Rikuto.
“Begitulah,” jawab Rikuto tenang sambil melihat ke luar. Dengan pandangan yang seakan mencari
sesuatu yang sangat jauh.
“Apa terjadi sesuatu?” tanya Takaki tiba tiba
“Tidak juga,”
“Sejak pagi tadi kau jadi sedikit aneh, Walau biasanya juga aneh,”
“Begitukah?” Rikuto meminum kopinya dengan sekali teguk dan berdiri.
“Aku kembali ke kelas duluan,” Ucap Rikuto sambil meninggalkan Takaki yang masih memakan Roti yang kebetulan cukup besar untuk satu orang. Rikuto berjalan cukup cepat di lorong mungkin bisa di sebut setengah berlari.
“Aku tidak boleh membuatnya bisa menyadari jika ada sesuatu yang berubah dariku,” Gumam
Rikuto. Hal yang dilakukannya tadi adalah upaya melarikan diri agar Takaki tidak lebih mengenalnya.
“Terima kasih bekalnya Misaki,”
“Sama sama. Senpai,”
Tepat di depan pintu kelas, Rikuto melihat Misaki berdiri di depan Pintu dengan Jirou yang ada di
depannya. Saat ini kelas masih kosong. Jadi, bisa di pastikan tidak ada yang tahu tentang ini. Setelah
menghentikan langkahnya didepan kelas. Mereka melihat Rikuto dengan terkejut. Terutama Misaki.
“Kuroyama-san?”
“Yo,” Ucap Rikuto seakan menyapa Jirou dan berjalan masuk kedalam kelas
“Tenang saja. Aku tidak akan menyebarkannya hingga membuat Misaki terkena masalah. Serius,”
Tambah Rikuto sambil memegang pundak Jirou dan masuk kedalam kelas.
“Kalau begitu, Aku pergi dulu ya Misaki,”
“baiklah,”
Misaki terlihat panik saat menyadari Rikuto melihat mereka berdua berbicara sangat akrab.
Sedangkan Rikuto sendiri tidak mengeluarkan ekspresi dan mencoba untuk tetap tenang. Walau saat
ini dia cukup jauh dari kata tenang.
“Kuroya__”
Sebelum Misaki menyebut namanya saat Jirou pergi, Rikuto menutup telinganya dengan headset
dan memainkan ponselnya. Beberapa saat setelah Misaki mengurungkan niatnya. Takaki dan
beberapa siswa lainnya masuk kedalam kelas. Seperti yang di janjikan, mereka semua masuk kelas
tanpa mengetahui apapun. Akan tetapi, itu tidak merubah rasa gundah yang di rasakan Misaki.
---
Beberapa kelas berlalu hingga bel tanda pulang sekolah telah berbunyi. Seluruh siswa dengan
semangat pergi menuju rumah ataupun Ruang klubnya masing masing.
“Riku, Kau ada Kegiatan klub?” tanya Takaki sambil menggunakan Mantelnya
“Aku akan menyapa Klub Aikido. Dan pulang,” Jawab Rikuto
“Kau sendiri, Tidak ada kegiatan?” tanya Rikuto
“Tidak. Osis baru mulai bekerja besok,”
“Sampai jumpa besok,” Ucap mereka sebelum terpisah. Rikuto keluar melalui pintu belakang dan
Takaki yang melalui pintu depan karena lebih dekat dengan gerbang sekolah.
“Aku tidak bisa mengatakan apapun,” Gumam Misaki
“Yo, Misaki. Ayo pulang,”
Dari luar kelas 1-5 Akari melihat Misaki berjalan bersama jirou. Menuju arah yang berlawanan
dengannya yang hendak mencari Rikuto.
“Pengecut,” Ucap Akari pelan saat berpapasan dengan Misaki.
“Kalian berdua,” Tambahnya saat Misaki dan Jirou telah melewatinya.
Waktu hari ini terasa lambat bagi Rikuto yang sedang tidak memiliki kegiatan berarti. Tanpa dia
sadari, dirinya sudah tertidur selama 3 jam dari waktu pulang sekolah dan membiarkan lampu
rumahnya mati.
“Kepalaku pusing,” Gumam Rikuto yang terbangun karena suara gemuruh. Langit di luar saat ini
mendung. Mungkin hanya tinggal beberapa menit lagi hingga hujan turun. Setelah berdiam
beberapa lama, Rikuto mengaktifkan ponselnya dan melihat pesan yang masuk selama dia
mematikan notifikasi.
‘Rikuto, Kau serius membiarkan Kiroyama Jirou dan Misaki?’
Rikuto memandagi pesan yang dikirim 1 jam yang lalu. Memikirkan apa yang harus di lakukannya.
Karena jika Misaki berasama Jirou. Itu akan membuatnya kembali hidup dengan tenang dan bisa
membuatnya membunuh seluruh perasaan yang sudah tumbuh terhadap Misaki.
“ini yang terbaik,” Gumam Rikuto sambil terus berpikir. Melihat kembali apa yang terjadi padanya
hingga membuatnya seperti ini. Dan berpikir mengenai kemungkinan yang ada.
“Aku sebenarnya tidak masalah dengan itu. tapi,”
“Aku hanya risih saat dia memanggilku dengan nama kuroyama. Padahal dia yang memintaku untuk
menjadi temannya,” Gumam Rikuto .
“Tapi, Jika aku membiarkannya. Aku bisa membunuh perasaanku yang kembali. Tidak akan di ganggu oleh pertanyaannya, Tidak perlu memaksakan diri untuk terbuka. Dan Kemungkinan terburuk
tentang menyukainya menghilang. Tapi, Apa yang membuarku ragu untuk mengambil keputusan
yang harusnya sudah di depan mataku?”
Setelah membuat kepalanya sakit karena terlalu banyak berpikir. Rikuto berhasil mengambil
keputusan. Walau hanya bersifat sementara dan berubah dengan mempertimbangkan kemungkinan
terburuknya.
‘Aku Tidak perduli dengan siapa Misaki berpacaran. Itu tidak ada hubungannya denganku,’
‘Dan juga, Ku harap kau cepat menyelesaikan urusanmu dengan ibu Misaki,’
---
Setelah membuat keputusan untuk menjauh dari Misaki dan menjalani kehidupannya dengan hal
lain. Rikuto lebih terlihat bersosialisasi dengan rekan rekannya. Walau itu hanya sekedar kepura
puraannya untuk membuatnya bisa menjalani hari di sekolah tanpa terpaku pada Misaki.
Sudah 4 hari berlalu dengan Sosok lain Rikuto. Saat ini, dia terlihat sangat ceria. Bercanda, Makan,
Dan berkumpul dengan Rekannya. Akan tetapi, Dalam perkumpulan itu, yang dia lakukan hanya
menyimak apa yang di katakan rekannya dan memberikan tanggapan yang sesuai.
“Dia sudah terbiasa ya?”
“Aku pikir dia akan menjadi seperti Misaki,”
“Dia sering menyendiri itu karena dia belum terbiasa,”
“Sudah ku duga. Dia lebih baik dekat dengan Takaki-kun di banding orang seperti Misaki,”
Seluruh murid di kelasnya mengomentari perubahan Rikuto dengan positif serta menyangkut
pautkan Misaki dengan perubahannya. Kabar demi kabar tersebar secara luas dan dengan cepat bisa
tertangkap oleh telinga seorang informan yang beberapa hari ini di sibukkan oleh kantor pemerintah
“Aku perlu melihat itu,” Gumam Akari.
Akan tetapi, Setelah penggantian sikap Rikuto. Pesan terror yang di kirim padanya tidak berkurang.
Bahkan bertambah dan isinya memaksanya untuk jujur pada perasaannya.
“Riku, Kau mau ke kantin?” tanya Takaki saat melihat Rikuto keluar dari Toilet sekolah
“Boleh, Mungkin aku akan menghangatkan badan dengan Udon,”
Selama beberapa hari ini, Rikuto berhasil membiasakan diri dengan makanan yang ada di jepang.
Terutama menu yang ada di sekolah.
“Sebentar lagi akan ada persiapan Festifal budaya ya?” tanya Rikuto untuk mencairkan suasana.
“Kau tahu tentang festifal budaya?” Takaki balik bertanya. Seolah tidak menyangka Rikuto akan
mengetahui sesuatu sebelum di jelaskan
“Tentu, Aku sering melihatnya di Manga, Atau Anime,”
“hah? Kau ternyata suka membaca manga atau menonton Anime ya?” tanya Takaki terkejut
“Tidak sering sih. Biasanya kalau aku bosan atau tidak ada yang bisa di kerjakan,” Jawab Rikuto
tenang.
“Tidak heran kau bisa tau banyak hal,”
“sebentar,” Ucap Rikuto sambil berbalik. Ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk.
Walaupun dia telah menonaktifkan notifikasi untuk pesan.
‘Jika kau tidak jujur dengan perasaanmu. Hari senin kau akan menerima akibatnya. Setelah ini, Aku
hanya akan mengirim pesan 2 kali lagi. Jadi, Aku harap kau tidak melarikan diri,’
‘Siapa Kau Sialan!?’
Tidak tahan dengan pesan dari orang yang tidak jelas itu, Rikuto membalas dengan kesal dan
mematikan posnelnya.
“Ada apa?” tanya Takaki saat Rikuto kembali
“Ada pesan dari Managerku,” Jawab Rikuto sambil duduk di depan Takaki. Tanpa mereka sadari,
Beberapa meja di belakang nya. Akari sedang meminum kopi bersama beberapa rekannya. Dan
memperhatikan mereka berdua yang berbincang seperti teman yang Akrab. Akan tetapi, Di mata
Akari. Itu adalah akrab secara sejalur, Tidak ada pandangan seseorang yang sedang bicara dengan
akrab pada Rikuto.
“Kau itu pembohong. Dan juga, Pengecut,”
“Akari-chan? Kau lihat kemana?” tanya temannya sambil melihat kebelakang dan kembali sambil
tersenyum.
“Ku dengar kau kerja sambilan di tempat yang sama dengan Kuroyama-kun kan? Kalian Akrab?” Kali
ini temannya bertanya dengan Nada meledek Akari.
“Biasa saja,” Jawab Akari
“Tidak perlu bohong Akari-chan,”
.
“Di belakang berisik ya?” tanya Takaki di tengah pembiacaraan. Akari dan temannya langsung
teridam saat merasa di sindir oleh Takaki.
“Biarkan saja mereka,” Jawab Rikuto sambil meneguk kopinya.
“Apa kita harus kembali ke kelas?” tanya Rikuto sambil berdiri
“Sepertinya begitu,”
--
“Takuya-sama. Apa kau sudah menentukan targetnya dari 2 orang itu?” tanya Kenji sambil
menyiapkan secangkir teh pada Takuya
“Dia saja,” Jawab Takuya tenang sambil menunjuk foto seorang siswi dengan Rambut hitam ponytail
“Shiroyama Misaki?” tanya Kenji memastikan
“Benar,”
“kebetulan. Dia hanya tinggal bersama ibunya. Dan ibunya tidak ada di rumah selama satu pekan
ini,”
“Kalau begitu Hari Senin,Saat dia sendirian. Masukkan dia kedalam Limosin milik keluarga,”
“Lalu?”
“Aku akan ikut. Karena dia tidak akan ku paksa sebagai sandra. Aku akan membuatnya bekerja sama
dengan menjanjikan sesuatu yang dia inginkan dari target kita,”
“Kenapa harus repot seperti itu?” tanya Kenji
“Aku tidak suka mendengar sesorang berteriak saat akan di sandra. Karna yang ku sukai adalah
teriakan orang yang sudah kehilangan tujuan hidup mereka,” Jawab Takuya
“Seperti yang di harapkan dari Takuya-sama,”
“Aku akan membuat kuroyama itu tidak bisa melarikan diri lagi dan membuatnya tersiksa sebelum
dia di bawa kembali pada rekannya yang saat ini sedang di buat repot olehnya yang meninggalkan
perkumpulan tanpa mengatakan sepatah katapun,”
“Aku tidak akan menggunakan preman lagi untuk memancingnya. Karena, Preman itu tidak lebih dari lalat di mata orang seperti Kuroyama yang dengan mudahnya mematahkan tulang orang yang
berhadapan dengannya,”
--
“Sampai jumpa Minggu depan,” Ucap Takaki sebelum memisahkan diri dengan Rikuto di depan
kelas.
“Kuroyama-kun?” Panggil Misaki sebelum Rikuto meninggalkannya
“Ada apa?” tanya Rikuto. Misaki terdiam, pandangan Rikuto sudah kembali seperti saat dia baru
masuk dan tidak pernah bertemu Misaki sebelumnya. terlihat tanpa garis emosi dan hampa.
“Apa yang terjadi?” tanya Misaki
“Tidak ada apapun,” Jawab Rikuto sambil tersenyum. Misaki semakin terkejut melihat Rikuto
tersenyum dengan mata yang sama sekali tidak menggambarkan bahwa dia itu sedang tersenyum.
“Apa kau memasukkanku kedalam daftar orang yang kau tipu dengan sandiwara sikapmu?” tanya
Misaki
“Aku tidak mengerti apa maksudmu. Aku seperti ini pada semua orang,” Jawab Rikuto tenang
“Aku serius Ri-kun!! Apa yang terjadi padamu!?”
Mendengar panggilan yang di berikan Misaki untuknya di sebut kembali. Rikuto terkejut dan
menunduk. Matanya tidak bisa terlihat oleh Misaki karena tertutup oleh sebagian Rambutnya.
“Harusnya kau tanyakan pada Dirimu sebelum kau bertanya pertanyaan bodoh itu padaku,”
Ucap Rikuto dengan nada sangat dingin. Tidak seperti sebelumnya. perkataannya lebih dingin hingga
Misaki sama sekali tidak bisa berkata apapun untuk menjawabnya.
Rikuto berjalan di lorong dengan cukup cepat. Memaksa otaknya untuk tidak goyah atas keputusan
yang telah di buatnya. Untuk bertingkah seolah dari awal dia itu tidak mengenal dekat dengan
Misaki. Seolah di hari pertama sekolah dia tidak bertanya pada Misaki tentang Akses menuju Atap
sekolah. Akan tetapi, Dia teringat pesan Jun-san beberapa waktu lalu.
‘Kalaupun kau tidak mulai bicara dengannya. Dia pasti akan memulai berbicara denganmu,’
----
“Aku baru melihatmu mengerjakan Lembar latihan di dalam kelas hingga jam berakhir,” Ucap Takaki
di waktu pulang sekolah. Akhir pekan telah berlalu dengan lancar. Walau hanya di penuhi oleh
Pikiran Rikuto untuk mempertahankan keputusannya.
“Ini hanya berlaku hingga aku bosan saja,” Jawab Rikuto sambil memakai Mantel dan juga syal.
Karena hari ini suhu luar ruangan semakin dingin karena telah memasuki Musim gugur.
“Begitulah Dirimu sih,” Gumam Takaki
“Setelah ini kau mau kemana?” tanya Takaki setelah memakai Mantelnya.
“Mungkin pulang,” Jawab Rikuto
“Mau ikut aku? Aku ada Rencana pergi dengan seseorang,” Ajak Takaki
“Maaf. Tapi, Aku akan ada kerja sambilan malam nanti. Dan harus ber istirahat agar bisa bekerja
dengan efektif,” Tolak Rikuto dengan ramah.
“Kalau begitu sampai Jumpa,” lanjut Rikuto sambil pergi melalui pintu belakang kelas.
“Maaf, Aku gagal mengajaknya,” Ucap Takaki pada Misaki yang sedang membaca Buku
“Tidak masalah. Lagipula aku tidak pasti akan ikut. Karena itu akan mengganggumu dan Nana-chan
kan?”
“Akhir Akhir ini. Kau dan Rikuto terlihat seperti tidak mengenal. Ada apa?” tanya Takaki,
“Ibuku tahu kalau aku terlalu dekat dengannya. Dan dia bilang pada Kiromaru senpai untuk selalu
menjagaku dan membuatku tidak terlalu dekat dengannya,” Jawab Misaki sambil menundukkan
kepalanya.
“Aku yakin Riku saat ini juga sedang berusaha Menundukkan perasaannya yang telah kau buat
kembali,” Gumam Takaki,
“Jika sampai dia berhasil melakukannya untuk kedua kalinya. Aku yakin, dia akan kehilangan seluruh perasaannya,” Lanjutnya
“Aku pulang dulu,” Ucap Misaki tanpa menanggapi Perkataan Takaki dan pergi meninggalkannya
yang masih berada di kelas.
“Riku itu, Dia mengatakan bahwa aku pekerja keras. Padahal dia sendiri adalah orang yang berjuang
paling keras untuk menekan emosinya hingga menjadi seperti ini,” Gumam Takaki sambil tersenyum
“Apa yang harus ku lakukan? Apa benar jika terus melakukannya. Kali ini tidak lagi menundukkan.
Tapi, Menghapus seluruh perasaannya ?” tanya Misaki pada dirinya sendiri sambil terus berjalan.
Kali ini, Jirou sedang ada kegiatan Klub hingga tidak bisa pulang bersama Misaki. Walau sebenarnya
Misaki berbohong dan mengatakan bahwa dia sendang tidak enak badan dan ingin pulang. Saat
sudah di kendalikan oleh pikirannya. Tiba tiba, sebuah Limosin berwarna coklat berhenti di
sebelahnya. Dan menariknya masuk kedalam.