Happiness In An Unfair World. Chapter 23 - Boring Holyday

Diposting oleh Label: di
“Apa yang kau dapatkan?” tanya Takuya pada pelayannya yang baru datang.
“Sesuai yang kau minta,” Jawab Pelayan itu sambil menyerahkan dokumen yang di mintanya. Setelah
menerimanya. Takuya mulai membaca sedikit demi sedikit dokumen tersebut dengan teliti.
“Aneh, Orang yang dekat dengan dia hanyalah Keluarganya. Dan itu tidak ada di sini,” Gumam
Takuya sambil membalikkan halaman demi halaman dokumen itu. yang tertera hanya nama
pertamanya. Riwayat pendidikan, Rekam jejak singkat. Dan beberapa anggota keluarganya serta
lokasi mereka. Tidak ada sesuatu yang menjelaskan tentang orang dekat dengannya.
“Bagaimana tuan?” tanya Pelayannya
“Kita sama sekali tidak bisa mengandalkan ini jika ingin memancingnya,”
“Liburan yang tersisa 1 pekan ini. Kau awasi Kuroyama selama 2 pekan. Dan tentukan siapa orang
yang menurutmu dekat dengannya dan berikan alasan yang paling kuat,” Tambah Takuya
“Baik. Tuan,”
---
Tanpa terasa, Libur musim panas hanya tersisa satu pekan lagi. Beberapa Saat ini, Rikuto sedang di
sibukkan oleh pekerjaan dari Jun yang datang dalam jumlah besar secara tiba tiba hingga tanpa di
rasakan Liburan hanya tinggal tersisa 1 pekan lagi. Tanpa dia pergi untuk berjalan jalan di suatu
tempat atau liburan seperti anak SMA pada umumnya.
Beberapa pekan terakhir ini, Rikuto sama sekali tidak menerima tamu di rumahnya. Akaripun yang di
pikirnya akan datang sedikit sering karena Rikuto memegang dokumen untuk pekerjaannya pun
tidak datang. Kegiatan yang di jalaninya hanya berkisar di dalam Rumah. Hingga dia mendapat pesan
dari Jun yang memberikan tugas dengan jumlah yang sangat banyak.
“Aku yakin, Orang itu mengirimnya karena tau aku tidak melakukan apapun beberapa Pekan ini,”
Itulah yang di pikirkan Rikuto ketika mendapat tugas dari Jun-san. Karena, tugas liburannya sudah
selesai di pekan ke 2 Liburan Musim panas. Dan, Rikuto juga tidak pergi ke manamun karena dia
memang membenci panas yang berlebih.
*Ting tong
Bel Rumah Rikuto berbunyi setelah beberapa minggu tidak berbunyi. Setelah menunda tangannya
yang mengetik di laptopnya. Dia pergi ke depan untuk membukakan pintu dan melihat siapa yang
bertamu ke rumahnya.
“Siapa?” tanya Rikuto pada dirinya sendiri. Di depan pintu. Seorang gadis kecil menekan bell
rumahnya.
“Siapa ya?” tanya Rikuto sambil membuka pintu rumahnya
“Kakak. Pintunya sudah di bukakan,” Ucap gadis kecil itu pada orang yang di sebelahnya. Rikuto tidak bisa melihat orang itu karena tertutup oleh pohon yang cukup besar di rumahnya
“Yo. Rikuto,”
“Akari?”
Rikuto heran melihat Akari muncul dari sebelah gadis kecil yang menekan bell rumahnya.
“Apa kau akan memberikan informasi dengan membawa adikmu?” tanya Rikuto heran
“Apa kau pikir aku kesini hanya untuk memintamu mencetakkan dokumen untukku?” Akari balik
bertanya
“Lalu? Apa yang kau inginkan?”
“Sebelumnya. Mai perkenalkan dirimu pada teman kakak,” Ucap Misaki pada gadis kecil yang
bersembunyi di belakang Akari
“Selamat pagi, Aku Hirasawa Mai,”
“Senang berjumpa denganmu,” Balas Rikuto ramah.
“Lolicon,” gumam Akari
Lolicon : Memiliki ketertarikan atau suka pada anak perempuan kecil atau yang terlihat kecil
“Apa maksudmu?” tanya Rikuto
“Bukan apa apa,”
“Tujuanku kesini adalah untuk meminjam sesuatu,” tambah Akari.
“Apa?”
“Sebuah kamera,”
“Aku tidak punya,”
“Kuroyama-san mengatakan kalau ada sebuah kamera di sini. Di dalam laci di ruang tamu,” ujar
Akari sambil melangkah masuk kedalam Rumah Rikuto tanpa di persilahkan
“Kakak. Masuk kerumah orang lain tanpa di persilahkan itu tidak boleh lho,” Sang adik meneriaki
kakakknya dari depan untuk mengingatkannya.
“Maafkan kakakku ya?”
“Kau mau masuk?” tanya Rikuto ramah. Setelah terdiam beberapa saat, Mai menjawabnya hanya
dengan anggukan
“Kalau begitu. Permisi,” Ucap Mai sambil masuk kedalam Rumah Rikuto dan berjalan mendekati
kakaknya yang sedang mencari Kamera yang di sebutkannya.
‘Apa benar kau meninggalkan sebuah kamera di rumah?’
Untuk memastikan, Rikuto mengirim E-mail pada Jun tentang Kamera yang di sebutkan oleh Akari.
Tidak berselang lama, Pesan Rikuto di balas oleh Jun
‘Ya, Biarkan Akari yang mencarinya sendiri,’
“Rikuto, Aku pinjam kameranya,” Ucap Akari sambil menunjukkan Kamera yang baru di dapatnya.
“Kembalikannya ke Jun-san saja,”
“Kakak. Apa kau mau ikut kami berlibur ke pantai?” Mai bertanya pada Rikuto. Mendengar
pertanyaan Mai, Rikuto terdiam beberapa saat
“Masih ada yang harus ku kerjakan sekarang. Jadi, pergilah dengan kakakmu dan bersenang senanglah,” Jawab Rikuto sambil tersenyum
“Mulai hari ini, Aku akan memanggilmu Lolicon,” gumam Akari
“Sudah ku bilang bukan begitu,” Sanggah Rikuto
“Kalau begitu, Aku pergi dulu. Kau juga sebaiknya jangan terlalu sering berdiam di kamar” Ucap Akari sambil pergi menuju Stasiun. Setelah memberikan salam pada Rikuto. Mai berlari mengikuti Akari.
“Dia benar, Lebih baik aku juga menggerakan kakiku untuk pergi ke supermarket,” Gumam Rikuto sambil mengambil dompet dan Pergi menuju Supermarket. Entah karena sudah lama tidak keluar rumah, Atau karena memang di penghujung musim panas. Hawa panas di luar sangat terasa oleh Rikuto hingga perjalannnya ke supermarket terasa sangat lama.
“Selamat Datang,”
Setelah sampai di supermarket. Hal pertama yang Rikuto beli adalah Air mineral dingin untuk
mengurangi rasa panas yang di rasakannya hari ini. setelah itu, dia pergi mengambil beberapa
Ramen cup.
“Misaki?” Gumam Riktuo saat melihat seorang gadis berada di bagian Makanan ringan yang berada
di dekat bagian Ramen cup. Setelah berpikir beberapa lama, Rikuto mencoba untuk menyapanya.
“Misa__”
“Maaf membuatmu menunggu Misaki. Ayo pergi,”
Sebelum Rikuto bisa memanggilnya. Seorang yang wajahnya cukup di kenal oleh Rikuto datang entah dari mana dan berdiri di samping Misaki. Mereka berdua tidak menyadari Rikuto berada di belakang meraka dan Memperhatikan mereka.
“Tidak masalah senpai, Ayo kita pergi. Masih ada yang perlu ke beli saat ini,” Balas Misaki sambil
tersenyum pada orang itu. dan tidak menyadari keberadaan Rikuto walau dia menoleh ke samping.
Walau mereka berdua berbicara untuk pergi. Tapi, sampai saat ini mereka tidak bergerak dari
tempatnya berdiri hingga Ponsel Rikuto yang lupa di atur memasuki mode senyap berbunyi cukup
keras. Karena panik, Rikuto menghadap belakang dan membuka pesan yang masuk kedalam
ponselnya
‘Kau tidak di rumah ya? Tadinya aku ingin mengantar makan siang dan makan bersamamu. Tapi,
karna kau tidak ada di rumah. Aku menaruhnya di lantai Ruang tamu,’
Rikuto hanya memandangi pesan itu dan tidak membalasnya. Yang di pikirannya hanya ketahuan
oleh mereka bahwa Rikuto ada di sana. Tapi, saat Rikuto menoleh, Mereka sudah tidak ada di
tempatnya dan pergi keluar supermarket.
“huh,” Gumam Rikuto sambil menghembuskan nafas lega. Dan kembali melanjutkan aktifitasnya
membeli beberapa barang di supermarket.
-------
+++Rikuto’s POV+++
Sore ini cuaca terlihat mendung. Menurut ramalan cuaca di internet, kemungkinan akan hujan pada
malam nanti. Saat inipun, suara gemuruh telah memenuhi langit dan juga kilatan yang bergerak
cepat seakan meminta hujan lebih cepat turun.
Di Liburan yang tersisa satu pekan ini. tidak ada kesan yang ku dapatkan, kecuali Rasa kesal karena
kedatangan orang itu kesini. Bukan untuk berkunjung atau apa. Tapi, hanya untuk menceramahiku
dan memaksaku untuk mengikuti kemauannya.
Sejenak, teringat memori masa lalu yang sama sekali tidak bagus. Di mana, para kakakku telah
mengatakan bahwa aku sudah tidak lagi ter arah dan menutup hatiku dari perkataan mereka.
Padahal, yang membuatku seperti ini adalah mereka yang menutup hatinya dengan kesombongan
sehingga tidak mau mendengarkan perkataanku hingga akhirnya ibu meninggal. Aku mengakui
bahwa setelah kematiannya, Aku sudah tidak punya niat untuk berjuang sekuat tenaga. Tidak tahu
kemana aku akan membawa hidup ini.Membuang ekspresi dan emosi dan menggantinya dengan
yang bisa ku rubah sesuka hati. Hingga, aku lupa bagaimana rasanya tersenyumdan tertawa dengan
tulusan dari dalam hati. Bahkan menutup hatiku untuk tidak mencintai orang lain dengan tulus.
Karena, Apapun yang ku cintai akan di ambil dariku. sekalinya dia tetap di sampingku, Aku hanya akan menyakitinya. Jadi, jika tidak mencintai ataupun menganggap seseorang itu berharga, maka aku tidak akan merasakan sakitnya saat melihat orang yang ku cintai pergi dariku. dan tidak akan melihat ada yang tersakiti olehku.
Tapi, akhir akhir ini. Aku merasa ada yang aneh dariku, walau itu tidak memasuki pikiranku terlalu
dalam. Tapi, sekali aku terlibat dengannya. Aku tidak ingin memisahkan diri darinya. Apa karena dia
yang terlalu bersikap baik padaku? Tidak, bukan itu. sudah banyak orang yang berbuat baik padaku.
Tapi, aku tidak pernah merasakan seperti itu sebelumnya. lalu, apa yang sebenarnya aku rasakan ini?
Aku tidak pernah memikirkannya dalam keseharianku. Tapi, saat melihatnya tersenyum dan tertawa
dengan ringannya pada orang lain, Aku merasa sedikit kesal. Apa aku benar benar telah jatuh hati
padanya?
Jika itu benar, Dengan keras aku akan menolaknya. Aku tidak ingin merasakan itu lagi. Jika memang
aku suka padanya. Apa yang membuatku menyukainya? Kepopuleran? Dia bahkan di kucilkan.
Kecantikan, Aku tidak memperdulikan itu sebelumnya. bahkan aku baru menyadari bahwa dia itu
manis beberapa saat ini. lalu? Apa yang menarik darinya?
*Gyurr
Setelah tenggelam dalam lamunanku, Tetesan air hujan yang turun membuatku kembali pada
kehidupanku. Berkan Jun-san yang mengirimkan ayam goreng dalam jumlah banyak, Aku bisa makan malam selain Mie Instan atau Ramen cup. Sekali kali. Kesehatanku itu penting.
‘Jun-san Terima kasih makanannya,’ Aku mengirim pesan untuk berterima kasih yang belum sempat
di kirim tadi siang. Karena sepulang dari supermarket. Rasa kantuk menyerang dan aku memutuskan
untuk tidur siang. Aku sempat berfikir. Bahwa jun-san selalu bisa tahu apapun tanpa di beri tahu.
Seperti ketidak mampuanku untuk memakan makan jepang yang tidak pernah ada di indonesia. Dan
kenyataan bahwa Beberapa pekan ini hanya di isi dengan kegiatan yang membosankan. Jika itu ayah.
Apa dia akan tahu yang seperti ini?
‘Tidak perlu berterima Kasih,’ Balas Jun-san beberapa lama setelahnya.
‘Rikuto. Aku ingin kau sedikit mengawasi Siswa bernama Jirou. Aku tahu Misaki jalan dengannya
siang ini. tapi, entah kenapa Aku rasa kurang yakin dengan Jirou,’ Tidak berselang satu menit. Jun-san mengirimi ku pesan lagi. Dan juga, dia langsung tahu tentang Misaki tadi siang. Lalu, Siapa orang yang bernama Jirou itu? Jangan bilang Senpai itu? Aku memang familiar dengan wajahnya. Tapi, Jika itu Kiromaru-senpai. Kenapa Misaki sangat dekat dengannya?
‘Maaf, Apa ada informasi tentang Jirou itu?’ balasku
‘Jirou adalah teman masa kecil Misaki. Istriku dan Ibu dari Jirou cukup dekat. Pasti ada kemungkinan
mereka mendukung jika Misaki dan Jirou pacaran. Dia terlihat seperti siswa teladan yang pintar.
Akan tetapi, aku merasa tidak nyaman jika melihat Misaki dengannya,’
Memang benar. Senpai terlihat seperti siswa teladan dan pintar. Jika di ingat ingat, dia adalah orang
yang mendapat peringkat 1 di daftar nilai ujian akhir kelas 2.
‘Jika di bandingkan dengan Jirou. Aku lebih mendukung jika Misaki pacaran denganmu,’
‘Apa maksudmu bodoh?’ Balasku dengan cepat. Kenapa dia bisa berkata seperti itu sih? Padahal kau
sudah tahu bahwa aku adalah orang tidak baik yang ikut kedalam organisasi yang di katakan sebagai
organisasi penentang di bawah umur.
‘Rikuto. Apa Kau pikir aku bercanda? Aku ini serius,’
Posting Komentar

Back to Top