“Senpai, Apa kau tahu sesuatu dengan anak yang bernama Takuya itu?” tanya Ushio pada Aoi yang
sedang memakai laptopnya.
“sedikit,” Jawab Aoi tanpa mengalihkan pandangannya dari Laptopnya. Pandangannya terlihat serius
pada apa yang terpampang di Laptopnya
“Ada apa?” tanya Ushio sambil ikut melihat ke Laptop Aoi. Saat ini, Aoi sedang membuka pesan dari
e-mail yang bernama Aka-san. Isinya adalah sekumpulan informasi tentang Takuya yang saat ini
sedang menjalankan pertandingan Final melawan Rikuto,
“Kau menyewa informan?” tanyab Ushio heran
“Aku sangat penasaran tentang Anak bernama Takuya. Dia terlihat seperti Kuroyana yang memiliki
sikap berkebalikan. Akan tetapi, ada beberapa hal yang terlihat sama dari keduanya,” Jawab Aoi
“Kau merasa begitu?” tanya Ushio sambil membaca isi teks pesan yang cukup panjang
‘Takuya adalah anak dari seorang Yakuza yang bergerak di atas sebuah perusahaan. Bertugas untuk
menagih utang atau hal lainnya. Tapi, saat ini ada kemungkinan takuya Tidak menginginkan untuk
jadi Yakuza.
Saat kelas 1 SMP dia pernah membuat rekan kelasnya buta pada mata kanan dengan sebuah Cutter.
Dan ada kabar bahwa dia adalah dalang dari Penangkapan ayahnya oleh polisi 2 tahun yang lalu. Dia
menjadi seorang yang menikmati penderitaan orang lain semenjak dia membutakan rekan kelasnya’
“Mananya yang mirip?” tanya Ushio sambil menggeser pesan itu ke bawah
“Kau ini, ku pikir kau yang paling tahu tentang Kuroyama karena kau bilang dia itu sudah
berpengalaman dalam menerapkan Beladiri dalam kegiatan sehari harinya,”
“Singkatnya, Takuya jadi seperti ini karena menolak untuk diam saat di jahili oleh temannya dan
memilih melawan. Dan Rikuto, apa yang menjadikannya seperti seorang monster yang sama sekali
tidak ber ekspresi saat menodong seorang pencuri?” tambah Aoi. Ushio terdiam, dia merasa apa
yang Aoi katakan ada benarnya.
“Coba kau geser pesan itu terus ke bawah,”
‘Apa kau tidak merasa dia sedikit mirip dengan Kuroyama? Aku ada foto Kuroyama saat upacara
penerimaan di SMPnya,’
“Itu Kuroyama?” tanya Ushio seakan tidak percaya. Pada foto itu, Rikuto tersenyum sangat bahagia
di sertai dengan seorang wanita di sebelahnya. Tidak ada tanda bahwa dia menyimpan sesuatu yang
berat di foto itu. tapi, sekarang,
“Saat ini. kuroyama sama sekali tidak terlihat seperti yang ada di foto, setelah berlatih bersamanya
beberapa lama. Aku menyadari bahwa dia sama sekali tidak punya niat untuk melakukan apapun
jika bukan karena tuntutan. dan dia mengambil permintaan darimu adalah karena dia memiliki urusan yang harus di urus dengan Takuya. Tapi, bukan karena balas dendam. Melainkan hanya menghilangkan perasaan tidak nyaman pada dirinya,”
“Aku penasaran, apa yang membuat Kuroyama merubah dirinya menjadi seperti ini?” Gumam Ushio
--
*Bugg
Pertandingan antara Takuya dan Rikuto sudah memasuki menit ke dua. Jika yang di ramalkan Akari
benar, Maka, mereka akan berhenti di menit ke 4. Semenjak awal pertandingan. Rikuto hanya terus
menghindar dan meluncurkan serangan balasan. Sementara Takuya menyerang seperti memancing
Rikuto untuk mulai Menyerangnya.
Para penonton menyoraki pertandingan mereka berdua dengan sangat bersemangat. Mengingat ini
adalah pertandingan yang terlihat sangat se imbang antara orang yang di takuti dan orang yang baru
saja masuk ke dalam dunia Turnamen Aikido.
“mereka se imbang ya?” gumam Misaki
“Sebentar lagi, salah satu dari mereka akan mengubah gerakannya,” Ujar Takaki. Benar saja, setelah
menepis serangan Takuya. Rikuto masuk kedalam sisi yang terbuka karena tepisannya dan
mengarahkan pukulannya pada Takuya dan berhaslil memukul mundurnya.
“Itu yang ku inginkan!!” Ujar Takuya sambil mulai menyerang balik. Tapi, Sebelum bisa melancarkan serangan balik. Serangan bertubi tubi dari Rikuto terus mengenai Takuya yang kebingungan menghadapi perubahan yang terlalu mendadak.
“Sialan. Tapi, ku harap itu tanda kau mulai serius,” Kata Takuya sambil mengelap wajahnya yang
berkeringat dengan tangannya. tanpa menunggu jawaban Rikuto, mereka berdua mulai saling serang
dan tepis . pertandingan memasuki menit ke tiga. Tinggal satu menit lagi hingga waktu yang di
ramalkan.
Di menit ke 3 dan detik ke 30. Rikuto terlihat menurun, serperti kehabisan tenaga karena terlalu
sering menyerang dan memaksa tubuhnya untuk bertahan di saat yang bersamaan. Mengetahui ada
celah, Takuya menendang Rikuto hingga terlempar cukup jauh dan terus menyerangnya walau
Rikuto masih bisa menahan seluruh serangannya.
“Aku mohon jangan kalah!” Ucap Misaki sambil menatap layar pertandingan dengan sangat serius.
Situasi di antara para penonton jadi semakin tegang. Terlihat jelas Rikuto kesulitan untuk
menghindar. Tapi, Secara tiba tiba, Rikuto menangkap tangan Takuya dan menariknya hingga
tangannya bisa mencekik leher Takuya.
Meski begitu, sebelum bisa mencekiknya. Takuya terlihat memasukkan tangannya kedalam saku.
Karena Reflek, Rikuto menghentikan gerakannya dan melompat kebelakang dan mulai menyerang
kembali sambil memperhatikan tangan Takuya yang masih berada di dalam Saku dan mulai
melayangkan sebuah tendangan
“Aku menyerah!!”
“Apa!??”
Jika peserta menyerang peserta lain yang sudah melambaikan berndera putih yang ada di sakunya.
Maka peserta yang menyerang itu akan di diskualifikasi. Sepertinya, itulah yang ada di pikiran Takuya hingga mengeluarkan bendera putih saat Rikuto mulai menyerang.
Saat ini, Rikuto sedang berusaha menahan agar tendangan yang di layangkannya tidak mengenai
Takuya. Situasi di luar Masih tegang. Menantikan apa yang terjadi pada Rikuto yang masih dalam
keadaan sedang melayangkan tendangan dengan kekuatan yang cukup besar.
“Pemenangnya. Kuroyama Rikuto dari Akademi Akisu!!!”
Saat akan mengenai Takuya, Rikuto menggunakan tangannya untuk membuat kakinya bergerak ke
arah lain dan membuatnya mengakhiri tendangan dalam kondisi melipat kakinya. Pertandingan
berakhir di menit ke 4 seperti yang di Ramalkan,
“apa apaan itu?” gumam Rikuto sambil menyeka keringatnya dengan handuk yang di berikan oleh
panitia.
Turnamen berakhir dengan kemenangan untuk Akademi Akisu, Dengan ini berakhir juga kontrak
Rikuto dengan Klub Aikido. Akan tetapi, saat ini Rikuto merasa tidak suka dengan hasil pertandingan
tadi, Terutama Takuya yang mendadak menyerah itu sangat mengganggunya
“Rii-kun,”
Rikuto menoleh saat mendengar panggilan yang baru akhir akhir ini di denganrnya. Saat melihat
Misaki berlari ke arahnya dengan senang. Rikuto terkejut hingga merubah sedikit ekspresinya
“Kenapa kau di sini?” tanya Rikuto heran
“Aku menonton pertandinganmu,” Jawab Misaki senang
“Begitu ya?”
“Rii-kun selamat atas kemenanganmu!”
“Terima Kasih. Tapi, Menurutku, aku tidak menang tadi. Karena orang itu menyerah tanpa alasan,”
“Jangan berkata begitu. Dari awal aku sudah tahu kau akan menang,”
“Dia itu kuat. Ini pertama kalinya aku melawan orang sekuatnya. Terlebih aku terlalu menguras
tenagaku dengan menyerangnya terlalu banyak,” Ujar Rikuto sambil menenggak Air mineral yang di
bawanya
“Kalau Rii-kun kalah sekalipun,”
“Aku akan selalu mendukung Rii-kun. Karena aku percaya padamu walau kau tidak percaya dengan
dirimu sendiri,” Tambah Misaki. Tiba tiba, Rikuto terbatuk batuk hingga beberapa air yang di
minumya keluar lagi. Rikuto tampaknya sangat terkejut dengan apa yang di katakan oleh Misaki tadi.
---
“Kenapa kau menyerah?” tanya seorang dengan pakaian butler pada Takuya
“Aku kecewa dengannya. Dan semuanya jadi tidak menarik,” Jawab Takuya santai
“Menurutku itu mengagumkan,”
“Aku akui tadi itu dia sangat kuat. Tapi, Dengan kemampuannya itu. menurutku mustahil bisa
membantai 4 orang preman skaligus. Pasti dia tidak serius,”
“Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” tanya pelayan tadi.
“Aku akan pancing dia agar bisa melawanku dengan kemampuan penuhnya,” Jawab Takuya
“Aku ada permintaan,” Lanjut Takuya
“Apa itu?” tanya Pelayan tadi,
“Cari tahu orang yang penting bagi Kuroyama Rikuto,”
“Yes, My Lord,”
Pelayan tersebut pergi meninggalkan Ruangan kamar Takuya yang sangat luas. Mengingat dia adalah
pengganti kepala Yakuza jika ayahnya gugur. Saat ini, Takuya sedang bermain main dengan sebuah
cutter dan memotong beberapa benda yang ada di sekitarnya
“Ini adalah permulaan dari segalanya,” Gumam Takuya
“Kuroyama Rikuto. Aku akan membuatmu tidak menyianyiakan kemampuanmu demi hidup
Normal,”
“Karena, Kehidupan Normal tidak bisa lagi kita miliki,” Tambah Takuya
----
+++Rikuto’s POV+++
“Walau Rii-kun kalah sekalipun,”
“Aku akan selalu mendukung Rii-kun. Karena aku percaya padamu walau kau tidak percaya dengan
dirimu sendiri,”
Apa apaan itu? Terdengar seperti perkataan biasa. Tapi, Entah kenapa aku aku bisa terkejut hingga
menyemburkan air yang sedang ku minum. Ada apa ini? Aku tahu tidak ada yang spesial dari
perkataan itu. tapi, Kenapa?
“Rii-kun? Kau kenapa?” tanya Misaki panik
“Tidak,” Jawabku sambil menutupi sebagian wajahku dengan tanganku. Apa yang sebenarnya
terjadi?
Aku berjalan kembali dengan perlahan. Karena waktu masih menunjukkan jam 3 dan belum akan
membosankan jika kembali ke rumah secepat itu.
“Apa ada yang terluka?” tanya Misaki
“Tidak juga,” Jawabku singkat. Saat ini, Entah karena cuaca yang panas di tambah dengan rasa lelah
dengan Turnamen yang hasilnya sangat tidak ku harapkan, Aku merasa sangat panas dan
mengeluarkan cukup banyak keringat
“Rii-kun, Kau kelelahan?” seolah menyadari gelagatku yang berubah. Misaki memegang tanganku
seperti menahan agar aku tidak jatuh.
“Misaki, Kau tidak perlu repot menahanku. Aku tidak akan jatuh,” Ucapku mencoba
menghentikannya
“Tidak boleh. Bukannya kau pernah berkata bahwa seseorang harus mempersiapkan sesuatu hingga
ke kemungkinan terburuknya? Saat ini kemungkinan terburuknya itu. kau bisa saja jatuh,”
Aku terdiam. Yang di katakan oleh Misaki memang benar, Aku selalu bersiap untuk segala skenario
terburuk yang akan di hadapi. Tapi, Saat ini. kemungkian terburuknya bukan Terjatuh.
“Menurutku Skenario terburuk untuk kejadian ini bukan aku akan terjatuh,”
Misaki terdiam heran saat aku menghentikan ucapanku sendiri
“Melainkan....”
“Kemungkinan Aku akan Jatuh hati padamu,” Lanjutku dalam hati
“Hei, Rii-kun. Apa Kemungkinan terburuknya?” tanya Misaki penasaran. Seperti biasanya. Wajah
penasarannya itu membuatku kesal. Meski begitu aku tidak pernah bisa marah padanya
“kemungkinannya.... Itu... mungkin kau akan kelelahan,”
Hoi.. Diriku, Kenapa kau bisa kebingungan untuk membuat alasan sih? Apa yang menimpaku?
“Hah? Tidak kok, Aku kan dari tadi tidak melakukan apapun,”
“huh, Dasar keras kepala. Baiklah, Aku akan membiarkanmu menahan tubuhku,” Ucapku sambil
terus berjalan sedikit cepat agar Misaki kesulitan dan aku bisa melepaskan tangannya yang
menahanku. Tapi, Tanpa ku duga dia Bisa mengikuti kecepatan Jalanku.
“kau tidak ingin bertemu dengan Ayahmu?” tanyaku Mencairkan suasana
“Sebenarnya ingin. Tapi, Ibuku melarangku sampai masalah selesai,” Jawab Misaki.
“Aku mungkin akan pergi ke rumahmu untuk membicarakan kesalapahaman ini pada Ibumu. Karena
Aku itu lebih tua darimu. Dan jika Jun-san selingkuh sebelum kau lahir, Harusnya dia sudah ketahuan
di umurmu ke 2 tahun. Tapi, Jun-san dan ibumu bercerai bukan di umur itu kan?”
“Tidak perlu, Ibu bilang dia sendiri yang akan menanyakan kebenarannya pada ayah,”
“Ngomong ngomong. Kau lebih tua dariku?” tanya Misaki heran. Selama ini aku memang tidak
pernah memberi tahu tahun kelahiranku,
“Ya, umurku saat ini 16 tahun,” Jawabku
“Kau pernah tinggal kelas?” tanya Misaki.
“Tidak mungkin lah, Saat aku lulus dar SMP, Aku mengambil Ujian untuk pertukaran pelajar. Tapi, di
saat akan masuk pindah ke sini. Aku sakit, Jadi. Pertukaran pelajar dari negaraku di undur 1 tahun
lagi,” Jelasku. Walau sebenarnya, tepat di saat aku harus pindah, Aku terkena Tikaman dari orang
yang tidak ku kenal.
“Pantas saja, Yang ku ketahui pertukaran pelajar itu Tahun kemarin. Lalu, saat kau tidak bisa pergi.
Kau tidak mendaftar ke sekolah lain?”
“Tidak. Karena beberapa hal, Misalnya, Karena awal tahun sekolah di Negaraku itu di antara bulan juli dan agustus. Sedangkan di sini di antara bulan Maret dan April. Jadi aku tetap tidak bisa menyelesaikan 1 tahun dan itu hanya membuang waktu,” Sebenarnya. Beberapa sekolah tidak mau menerimaku karena aku pernah terlibat sebuah kasus kekerasan.
Misaki mengangguk tanda mengerti. Tanpa ku sadari, Karena terlalu fokus berbicara padanya. Kami
telah sampai di Rumahku.
“Terima Kasih telah membantuku,”Ucapku
“Sama- sama,” Balas Misaki, Entah kenapa aku melihat ada raut kekecewaan di wajahnya.
“Rii-kun?” Panggil Misaki sebelum aku masuk kedalam Rumahku,
“Ada apa?”
“Sampai Jumpa,” Ucap Misaki sambil tersenyum dan pergi ke rumahnya. Aku yang menerima
senyuman darinya. Terdiam.
“Kenalan baru ya?”
Mendengar suara yang ku kenal dengan baik. Aku berbalik dengan cepat, Ku dapati seorang yang
pernah ingin ku lampaui dan ku tidak ingin hadir di sini ada di dalam Rumahku. Dan menyandarkan
tubuhnya tingginya di pintu Rumahku. Dengan kemeja yang cukup tipis dan celana hitam serta
assesoris yang membuatnya semakin di segani. Kakakku, Raka Farlan.
“Kau?!”
“Yo, Sudah 2 bulan tidak bertemu ya?” ucapnya santai
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyaku sambil berusaha tenang
“Apa aku tidak boleh mengunjungi adikku yang sangat ku banggakan ini?” tanya nya
“Hentikan omong kosong itu? Jadi, Apa mereka berdu ada di sini?”
“Reno dan Lena? Yang ada di sini hanya orang yang ada di hadapanmu,”
Aku mengembuskan nafasku. Jika ada Reno dan Lena, Keponakanku. Se kesal apapun aku pada
orang ini, Aku tidak bisa bicara sesukaku.
“Riki, Biar ku tekankan. Ayah menyekolahkanmu ke sini bukan untuk bersenang senang dengan
gadis, ataupun Berkelahi dengan orang lokal,”
“Aku juga tahu kali. Pergilah, kau mengganggu waktu istirahatku,”
“Aku sudah mengetahuinya, Kakimu patah karena berkelahi di tambah kau ikut turnamen Aikido
yang berkemungkinan bisa membuatmu harus berkelahi di luar Turnamen karena orang yang kalah
tidak menerima kekalahannya,” Tegas Raka
“Itu adalah hal yang tidak bisa ku hindari. Dan juga, Apa yang ku lakukan itu terserah padaku kan?”
“Aku tidak perduli apapun alasanmu. Tujuanmu di kirim ke sini adalah untuk belajar dan menjadi
freelancer yang baik dalam keluarga Farlan,”
“Kenapa kau tertawa?” tanya Raka ketika mendengarku tertawa.
Serius, ini lucu. Masa depanku di atur oleh orang yang membuatku kehilangan ke inginan untuk
berusaha. Jika aku mau, Aku bisa mengungkit tentang kegagalan operasi Ibu sebagian adalah
kesalahannya juga.
“Jika kau berkelahi lagi, Aku pasti akan membawamu pulang ke jakarta. Jangan buat malu keluarga
Farlan dengan sikapmu,”
“Tenang saja, Namaku bukan Farlan lagi saat ini. Jadi, aku tidak akan membuat malu keluarga
pemuja kekayaan. Maksudku farlan,”
“Aku yakin nanti kau akan tahu betapa pentingnya uang. tapi, Aku menolakmu untuk kerja sambilan.
Karena kebutuhan dasarmu sudah di tanggung oleh beasiswa,”
“Dan juga. Jangan dekat dengan perempuan manamun. Mereka bisa jadi hanya seseorang yang
memanfaatkanmu. Karena di usia remaja perempuan biasanya cenderung memanfaatkan__”
“Misaki Bukan Orang yang seperi itu!!!”
Tanpa sadar, Aku meninggikan suaraku untuk membela Misaki. Setelah aku menyelesaikan
kalimatku. Kakaku tersenyum tanpa alasan yang jelas
“Sepertinya hati yang sudah terkunci itu sudah terbuka lagi ya?”