Happiness In An Unfair World. Chapter 20 - Tournament

Diposting oleh Label: di
“Raka, ku dengar kau bicara pada ayah angkatnya?” tanya pria paruh baya pada anaknya dalam
panggilan telepon.
“Ya, aku berniat mengembalikannya jika dia membuat masalah atau terlalu terlena,” Jawab Raka
tenang
“Apa yang membuatmu berfikir bahwa dia membuat masalah?” tanya Pria itu
“Ayah, Riki itu sudah di cari oleh beberapa orang. Dia sudah mencari berbagai masalah di belakang
kita dan menyembunyikannya dengan baik. Setidaknya, aku tidak akan membiarkannya mengambil
jalan yang sama dengan yang membuatku gagal,”
“Menurutku. Itu adalah keputusannya. Dia bukan anak anak lagi, biarlah dia berbuat sesukanya. Jika
dia sudah mengalami kegagalan. Aku yakin dia akan menyadari perbuatannya,”
“Apa ayah sudah menyerah untuk mengembalikannya?” tanya Raka. Untuk sejenak, ayahnya
terdiam
“Tidak juga, aku tetap mengawasinya. Tapi, aku akan membiarkannya melakukan yang dia mau. Aku
tahu dia itu adalah orang yang belajar dari apa yang pernah dia alami,” Jawab ayahnya setelah
terdiam beberapa saat
“Begitu ya? Tapi, itu tidak akan mengubah apa yang ku pikirkan. Beberapa minggu kedepan aku akan
memunculkan diri di hadapannya untuk menyadarkannya,”
“Hei. Raka, jangan buat keributan,” Cegah ayahnya mengingatkan
“Aku akan bisa menjaga emosiku. Tenang saja. setidaknya, dalam kontrakku di sini aku bisa
melakukan sesuatu atas dia,”
---
*Ting tong
“Sebentar,”
Rikuto menghentikan kegiatan di depan komputer dan berjalan untuk membuka pintu pada tamu
yang tidak dia ketahui. Hari masih terlalu pagi untuk ada orang yang berkunjung. Walau begitu, Itu
bukan alasan untuk tidak menyambut orang yang datang ke rumahnya
“Yo, Rikuto,”
“Akari!?”
Di depan pagar, Akari dengan kemeja pendek dan rok yang terlihat sangat rapih berdiri dengan tegak
dan melambaikan tangannya pada Rikuto yang masih terlihat belum melakukan kegiatan berarti di
pagi ini.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Rikuto sambil membuka pintu
“Kapan turnamennya?” Akari balas bertanya
“Besok siang,” Jawab Rikuto
“Jadi, apa yang kau inginkan?” Rikuto menanyakan kembali pertanyaannya
“Hanya untuk mampir sih. Aku baru saja selesai mengerjakan pekerjaanku,” Jawab Akari sambil
masuk kedalam Rumah Rikuto
“Hoi, aku tidak ingat sudah mempersilahkanmu masuk,”
“Hanya sampai depan saja, Aku ingin mengambil dokumen no 56,” ucap Akari sambil duduk di lantain Rumah Rikuto
“Aku kan bisa kirimkan via e-mail,”
“Kau tidak ingat dokumen 56 itu berstatus sangat rahasia. Jika di kirim via e-mail itu akan
memungkinkan pencurian data oleh orang lain yang meretas akun salah satu dari kita,”
“Lagipula, Aku juga berniat untuk mengetahui apa kegiatanmu di pagi hari,” Tambah Akari,
Tanpa menanggapinya, Rikuto masuk kedalam. Beberapa saat kemudian, terdengar suara dari mesin
Printer.
“Bekerja secara tanggap seperti biasa ya?” Gumam Akari sambil melihat hiasan dinding di sekitar
rumah. Tanpa menyadari, pintu pagar dan rumah yang masih terbuka dan bisa di lihat dari arah lain,
“Aku yakin, pajangan ini bukan punya Rikuto?”
“Dokumen no 56, Aku tidak membacanya sama sekali, dan hanya menyusunnya bedasarkan angka
yang ada di ujung halaman,” Kata Rikuto sambil memberikan dokumen yang telah di bungkus oleh
kertas berwarna coklat.
“Kau tidak perlu tidak membacanya kan?” tanya Akari sambil menerima kertas itu
“Kau bilang itu sangat rahasia. Lagipula, aku tidak tertarik untuk membacanya,” Jawab Rikuto santai
“Kau memang seperti itu sih,” Gumam Akari sambil melangkah masuk sedikit ke dalam.
“Hoi, Apa yang akan kau lakukan?” tanya Rikuto sambil menahan Akari,
“Jadi kegiatan pagi harimu adalah browsing? Ku harap kau tidak mencari sesuatu yang berkesan
dewasa ya?”
“apa maksudmu?” tanya Rikuto heran
“Aku pulang dulu kalau begitu. Ingat, kau belum cukup umur,” Ujar Akari sambil memakai sepatunya
“Tidak mungkin lah,” Balas Rikuto sambil menutup laptopnya
“Aku pulang dulu ya, Sampai jumpa di turnamen besok,” kata Akari dengan senyumnya sambil pergi
berlalu dari Rumah Rikuto.
“Apa mereka sedekat itu ya?” Gumam Misaki yang berdiri di tiang listrik dekat Rumah Rikuto, dari
penampilannya, Misaki terlihat seperti baru sehabis belanja sesuatu untuk toko kue ibunya.
“Bukan berarti aku cemburu sih. Tapi, aku hanya penasaran sampai mana hubungan mereka,”
Setelah Akari sudah tidak terlihat dari pandangannya. Dan Rikuto telah kembali masuk kedalam
Rumah. Misaki melangkahkan kakinya untuk kembali pulang dan membantu membuat kue kering
untuk di jual. Sementara Rikuto, dia hanya melakukan browsing di internet dan membaca buku yang
belum di bacanya. Setelah bosan melakukan kedua hal itu, Dia langsung berbaring di tempat
tidurnya sambil menonton film atau melakukan apapun yang tidak membutuhkan banyak tenaga.
Liburan musim panas adalah libur yang di nantikan oleh para siswa karena itu merupakan libur yang
cukup panjang. Akan tetapi, bagi yang tidak memiliki kegiatan berarti. Itu juga bisa menjadi hal
membosankan. Terutama bagi Rikuto yang tinggal sendiri di Rumah milik Jun. Walau dia bisa pulang
ke jakarta. Tapi, menurutnya. Pulang ataupun tidak, Tidak akan ber arti apapun.
‘Rikuto, Jika kau bosan. Berkunjung saja ke Kuroyama Group,’
Rikuto mengangkat alisnya membaca pesan dari Jun. Entah kenapa dia merasa jun benar benar bisa
menebak apa yang dia Rasakan saat ini.
‘Tidak akan, perjalanan ke sana akan lebih membosankan,’
Setelah membalas pesan itu, Rikuto mematikan ponselnya dan membersihkan dirinya. Setelah
memakan waktu 20 menit untuk mandi, dengan menggunakan pakaian berwarna hitam dan celana
katun yang cukup sejuk untuk di gunakan, Rikuto pergi keluar dari Rumahnya
“Aku pergi dulu,”
---
“Ini semakin menarik!”
Di sebuah gudang, Seorang siswa SMA yang sepertinya baru saja melakukan latihan membuka daftar
peserta dalam turnamen dan juga tata pertarungan yang di sediakan.
“Para panitia boleh juga menjadikanku dan Kuroyama berada di Group yang berbeda. Aku bisa
bertemu dengannya hanya di final saja jika begini,”
Setelah mengatakan itu, Siswa tadi tertawa sangat puas. Sepertinya dia memiliki ambisi tersindiri
akan Rikuto dan berniat untuk melawannya dengan sebaik mungkin
“Ku temukan kau!! Takuya!” Tiba tiba, 14 orang masuk ke dalam gudang itu dengan menendang
pintunya. Siswa bernama Takuya tadi dengan santainya meletakkan ponselnya di sebuah gantungan
dan menghadap ke arah 14 orang yang ada di depannya.
“Ada apa senpai?” tanya Takuya tenang
“Kau harus membayar apa yang anak buahmu lakukan terhadap temanku!!”
“Oh itu ya? itu kan salah temanmu sendiri yang tidak memperhatikan saat berjalan dan membuat
anak buahku menjatuhkan makanan berharganya,”
“Tapi tidak perlu di patahkan tangan dan kakinya kan!?” bentak salah satu orang dari mereka
“Jadi? Itu urusanku?”
“Sialan!!”
Salah satu dari kumpulan yang ada menyerang Takuya dengan balok kayu tapi, berhasil di tahan
dengan mudah oleh Takuya.
“Aku saat ini sedang sendirian, Kalau kalian kalah keterlaluan kan?”
Takuya melompat ke atas dan mengambil sebuah katana yang di gantung dan sebuah pisau ber
ukuran 20cm di sebelah katana yang tergantung itu.
“Aku bersumpah tidak akan memisahkan, katana ini dari sarungnya. Tapi, aku tidak akan bersumpah
untuk tidak menggunakan pisau ini untuk melukai kalian,” ucap Takuya sambil tersenyum licik.
Merasa di remehkan, ke 14 orang itu menyerang Takuya secara bersamaan. Tapi, satu per satu
serangan itu berhasil di hindari dengan mudah oleh Takuya tanpa membuatnya bergerak dari pijakan
yang di injaknya
Secara sekilas, gaya bertarungnya seperti Rikito yang selalu menghindar dan melancarkan Serangan balasan. Tapi, Yang di lakukan Takuya hanya menunggu adanya celah menyerang. Setelah mendapat
satu orang yang lengah, dia mengeluarkan katanya dari sarungnya dan menebas orang yang di
dapatinya sedang lengah. Walau katana milik Takuya tidak tajam. Tapi, itu cukup menimbulkan luka
sobek yang cukup besar.
“Sialan!, Kau bilang tidak akan memisahkan katanamu dari sarungnya!”
“Tapi, aku tidak akan bilang tidak akan menggunakannya kan? Aku menggunakannya dan langsung
menyarungkannya kembali,” balas Takuya dengan senyuman licik.
Tidak seperti Rikuto, Takuya terlihat menikmati saat orang orang mengeroyoknya dan cara yang dia
lakukan terbilang sangat licik. Meski begitu, Takuya berprinsip bahwa tidak ada aturan dalam
peperangan. Jika ada, maka dialah peraturan itu.
“Aku heran kenapa sampah sepertimu bisa masuk sebagai perwakilan dalam pertandingan Aikido,”
Ujar orang yang paling sering membentak Takuya saat tidak lagi memiliki tenaga untuk berdiri.
Seluruh orang yang ada di gudang itu saat ini dalam keadaan mengenaskan dengan darah di mana
mana. Bahkan di wajah dan tangan Takuya,
“Tentu bisa, Karena yang dibutuhkan untuk ikut itu adalah kekuatan. Bukan sampah atau
berliannya,” Jawab Takuya sambil menjilat sisa darah yang ada di pisaunya.
“Dasar Gila!!!”
“Terima Kasih pujiannya,”
---
Hari turnamen aikido telah tiba. Saat ini, dojo Nakimura yang di jadikan tempat pertandingan ramai
oleh penonton ataupun para peserta yang saat ini sedang melakukan persiapan. Pertandingan di
lakukan di dalam Dojo dan hanya bisa di tondon dari luar dengan menggunakan kamera dari penyiar
yang ada di dalam.
“Kuroyama, Kau sudah siap ya?” tanya Ushio sambil memberi sebotol air mineral pada Rikuto.
“Kau ingin lihat daftar pertandingan serta lawan yang kemungkinan akan kau lawan?” tanya Aoi
“Tidak, jika aku mengetahuinya. aku khawatir keyakinanku untuk bisa sampai orang itu akan
berakhir,” Jawab Rikuto sambil menenggak minuman yang di berikan oleh Ushio. Setelah mendapat
jawaban dari Rikuto, Aoi menjauhkan kertas daftar pertandingan dari Rikuto dan meninggalkannya
bersama dengan Ushio.
“Apa ada yang mengganggumu?” tanya Ushio yang menyadari gelagat Rikuto yang berbeda
“Para penonton itu menggangguku,” Jawab Rikuto
“Tapi saat pertandingan, kau hanya akan berdua dengan lawanmu dan di pantau oleh sebuah
kamera kan?”
“Sepertinya begitu,”
Di sisi lain. Perwakilan dari SMA kuusaku. Takuya, sedang berkeliling kamp sekolah lain untuk
mencari Rombongan SMA Akisu. Walau yang di carinya hanyalah Rikuto.
“Di mana rombongan mereka melakukan persiapan?” gumam Takuya sambil menggaruk kepalanya
yang tidak gatal.
“Kau,”
Merasa di panggil oleh seseorang. Takuya menolehkan kepalanya dan menanyakan alasan kenapa
dia di panggil.
“Ku dengar kau adalah orang yang paling berkemungkinan untuk sampai Final. Aku punya
permintaan,”
“Kau dari Akademi Akisu?” tanya Takuya
“Aku Kiromaru Jirou. Salah satu juniorku ada di pertandingan ini,” Seseorang dari Akademi Akisu
yang ternyata Jirou memberikan kertas dan menunjuk nama Rikuto.
“Jika dia masuk final, Kalahkan dia dan buat dia malu,” Tambah Jirou
“Bukannya kau harusnya ada di pihaknya?” tanya Takuya sambil mencoba memikirkan sesuatu
“Aku membencinya. Dia selalu terlihat sombong, Aku mohon kalahkan dia,”
Jirou menundukkan kepalanya. Setelah beberapa lama, dia merogoh sakunya dan menyerahkan
beberapa uang 10 ribu yen pada Takuya,
“Aku akan memberi 2 kali lipat dari ini jika kau berhasil mengalahkannya,”
“Baiklah. Lagipula, Kuroyama Rikuto adalah targetku,” Jawab Takuya sambil mengambil uangnya dan meninggalkan Jirou yang tersenyum dengan sangat senang
“Ini akan semakin menarik,”Gumam Takuya sambil mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu.
.
“Kau datang Misaki?” tanya Takaki ketika melihat Misaki datang dengan memakai pakaian formal,
“Begitulah,” Jawab Misaki sambil duduk di sebelah Takaki,
‘Peserta pertandingan pertama. Perwakilan dari akademi Akisu dan dan Akademi Nakura. Kuroyama
Rikuto melawan Nakimura Akame,’
Para penonton yang berada di luar dojo bertepuk tangan, beberapa dari mereka mempertanyakan
tentang perwakilan akademi Akisu yang namanya sangat tidak di kenali oleh mereka.
Setelah melewati beberapa penonton. Rikuto dan Akame memasuki Dojo dan pintu ruangan Dojo
kembali di tutup. Di saat yang sama, terlihat mereka berdua memasuki ruangan dari layar yang ada
di luar Dojo.
“Pertandingan tanpa batas waktu. Dan pemain akan di nyatakan kalah bila Menyerah, Tidak bisa
melepaskan diri dari kuncian selama 5 detik, Dan mengalami cedera hingga tidak bisa melanjutkan,”
“Mulai!!”
Suara peluit dari wasit di sertai dengan suara tepuk tangan dari para penonton di luar yang
terdengar hingga dalam ikut meramaikan pertandingan pertama ini. karena kurangnya sekolah yang
berpartisipasi. Maka jika salah satu pemain kalah, Mereka akan di diskualifikasi dari Turnamen ini.
Semenjak pertandingan di mulai, Orang yang menyerang hanya Akame. Sedangkan Rikuto hanya
menghindarinya seperti tidak ada niat untuk menyerang.
“Kenapa kau tidak menyerang?” tanya Akame saat tangannya mendekati leher Rikuto untuk
menjatuhkannya. Tapi, dengan mudah, Tangannya di tahan.
“Aku tidak berniat untuk menyerang. Karena itu, jika kau kalah itu menandakan betapa tidak
bergunanya dirimu,” Jawab Rikuto sambil menarik tangan Akame hingga terjatuh dan duduk
punggungnya sambil melipat tangan Akame ke belakang,
“1.... 2.... 3.... 4....”
“Sialan!,” Geram Akame sambil mencoba untuk melawan tapi,
“5. Pemenangnya adalah Kuroyama Rikuto dari Akademi Akisu,”
Saat pemenang di umumkan, Suasana di luar sangat hening. Seperti butuh waktu bagi para
penonton untuk mencerna omongan wasit tadi. Setelah Rikuto keluar dari pintu dojo, Takuya yang
memang sudah menduka yang terjadi menepuk tangannya dan menyadarkan para penonton dari
Lamunannya dan membuat para penonton ikut menepuk tangan mereka dan menyoraki Rikuto yang
berhasil menang dengan waktu 1 setengah menit.
“Dia hebat ya?”
“Tapi, Aku tidak mengenalnya,”
Beberapa penonton mulai membicarakan tentang Kemenangan Rikuto. Sementara itu, Akari yang
berada tepat di depan pintu dojo malah tertawa se akan akan apa yang di lakukan Rikuto sudah di
prediksi olehnya.
“Pertandingan selanjutnya dari akademi Kuusaku. Sunohara Takuya melawan Akademi Shinji
Sakamoto Takumi,”
“Rikuto, Itu orang yang harus kau kalahkan,” Ucap Ushio saat mendengar suara pembawa acara. Di
saat yang sama, Rikuto merasa adanya hawa yang aneh dari para penonton saat melihat Takuya.
Seperti sudah sangat bisa menduga hasil dari pertandingan yang akan berlangsung.
Dan benar, dalam waktu 1 menit 12 detik, Takuya menang. Bukan dengan cara seperti Rikuto yang
hanya mengincar menghentikan gerakan lawan, Takuya menyerangnya dengan Liar hingga sang
lawan menyerah saat sudah babak belur.
“sampah,” Gumam Rikuto sambil mematikan Tv yang sudah di sambungkan dengan Kamera yang
ada di dalam Dojo.
“Misaki, Apa Riku bisa melawan orang itu?” tanya Takaki di luar dojo. Pandangannya sangat serius
saat melihat selisih antara kedua orang yang berada di group berbeda
“Aku berharap dia menang. Karena aku tidak suka dengan cara orang itu,” jawab Misaki yang
sepertinya merasa gugup saat melihat orang yang sangat kuat dan khawatir Rikuto akan tertimpa
sesuatu.
Pertandingan demi pertandingan berjalan dengan mulus tanpa gangguan. Dan setiap pertandingan
yang di lakukan oleh Rikuto dan Takuya selalu berjalan cepat. Seolah mereka berdua bersaing untuk
menentukan siapa yang tercepat untuk melemahkan lawan. Rikuto yang tidak menyerang sama
sekali atau Takuya yang membabi buta pada lawannya.
“Aku Bisa melihat persamaan dari mereka berdua, Ini akan semakin menarik,” Gumam Ushio sambil
melihat statistik Turnamen yang sudah setengah jalan.
Setelah hampir setengah hari. Pertandingan sudah memasuki final. Dengan hasil Rikuto akan
melawan Takuya. Dan akan di adakan jam 2 setelah istirahat dan makan siang. Baik di dalam kamp
atau di antara penonton, mereka semua membicarakan Rikuto dan Takuya yang terlihat seolah olah
bersaing satu sama lain.
“Aku ragu Riku bisa menang dengan mudah. Karena, Takuya itu terlihat menakutkan. Mungkin
seperti sisi lain dari Riku,”
“Tidak,” Sanggah Misaki tiba tiba,
“Mereka tidak sama. Dan Ri-kun tidak akan kalah melawan Orang itu,” Tambah Misaki
“Ku harap seperti itu,”
Di sekitar kamp, Karena tidak bisa memakan apapun, Rikuto memilih untuk berjalan jalan di sekitar
dojo untuk menenangkan dirinya yang saat ini sedikit terganggu.
“Jangan samakan aku dengan sampah itu,” Gumam Rikuto sambil mengepalkan tangannya
“Kau gugup?”
“kau?”
Rikuto terkejut mendapati Suara Takuya sama seperti orang yang pernah menelponnya.
“Kenapa kau ada di sini!?” tanya Rikuto tegas
“Hanya berjalan jalan. Aku menantikan untuk merasakan kemampuanmu. Tapi, jika kau pikir aku
hanyalah orang yang bisa menyerang dengan liar, kau salah. Aku juga bisa menggunakan strategi
dengan baik,”
“Kau juga. Jika kau pikir aku hanya bisa mengindar, Kau salah besar,” Balas Rikuto dengan tatapan
sinis.
“Apa aku sangat mengganggumu?” tanya Takuya
“Ya, Pergilah,”
“Pertandingan yang di tunggu akan di mulai. Final dari Turnamen musim panas antara Akademi Akisu dan Akademi Kuusaku. Kuroyama Rikuto dan Sunohara Takuya,”
Sebelum salah satu dari mereka meninggalkan Tempat itu, Pembawa acara telah memanggilnya
untuk masuk kedalam dojo. Para penonton bertepuk tangan dengan meriah. Namun, ada juga yang
terlihat sangat cemas.
“ada yang ingin di sampaikan sebelum pertandingan di mulai?” tanya Wasit mengingat ini adalah
pertandingan final dan kedua pihak yang saling melemparkan pandangan sinis
“Jangan kecewakan Aku Kuroyama,” Ujar Takuya
“Jika itu keinginanmu, Baiklah,” Jawab Rikuto dengan sinis. Hawa panas terasa hingga ke luar dojo.
Kedua pihak terlihat sangat serius pada pertandingan final ini. Baik Rikuto yang terlihat sangat sinis
ataupun Takuya yang terlihat menikmatinya.
“Mulai!!”
Posting Komentar

Back to Top