Happiness In An Unfair World. Chapter 18 - Rikuto’s Story

Diposting oleh Label: di
Aku ingin tahu, Bagaimana rasanya menjalani hidup dengan sebaik mungkin. Selama 2 tahun ini, yang ku lakukan hanya menjalaninya sebisaku. Seperti aliran air. Terus bergerak mengikuti arus yang ada.
Apabila ada sesuatu yang menghalangi, Air akan menghadapinya hanya sampai dia tahu akan
batasnya. Jika halangan itu tidak terlalu kuat, maka hancur atau terbawa Aruslah Halangan itu baik
batu ataupun daun dan yang lainnya. Tapi, bila halangannya adalah sebuah batu yang sangat besar.
Air akan menghindari batu itu dan tetap mengalir.
Tapi, terkadang. Rasa hampa datang di saat aku menjalani hidup seperti air. Meski begitu, Tidak ada
alasan bagiku untuk berjuang keras. Karena aku tidak memiliki sesuatu yang harus di perjuangkan.
Setelah semua yang aku lalui.
Di usia yang masih sangat muda, Aku menjalani hidupku sebaik mungkin dan selalu menaati aturan dan belajar. Halangan apapun yang menimpaku selalu ku atasi sebaik mungkin tanpa rasa lelah. Tapi,
Semua itu di lakukan hanya untuk menyenangkan ibuku saja. Seperti yang sudah ku janjikan padanya
di saat aku pernah melukainya dengan sikapku. Setelah dia meninggalkanku, Aku jadi tidak punya hal yang harus di perjuangkan dengan kerja kerasku. Saat itu, Aku lelah, dan mengakhiri masa di mana aku selalu bekerja keras dan Aku telah berganti menjadi Aku yang disebut orang pemalas dan tidak pernah serius dalam melakukan sesuatu.
Di saat perubahanku terungkap oleh kakakku, Mereka bertanya seolah aku itu seorang Kriminal.
Padahal, Apapun perubahanku, Itu bukan urusan mereka kan? Mereka juga pasti telah berubah dari
saat mereka masih remaja. Bedanya, Mereka berubah menjad lebih baik sedangkan Aku kehilangan
kepedulian terhadap diri ku sendiri.
Hidupku yang seperti ini ku jalani dengan se normal mungkin di rumah Istri ayahku. Ya, Ibu dan
ayahku bercerai entah karena apa di saat aku berusia 1 tahun. Di awal aku selalu mengira istrinya
adalah orang yang baik dan selalu berbaik hati dengannya. Tapi, setelah aku menetap di rumahnya
dan dia mendapati perubahan yang ku alami, Dia menjadi orang yang paling sering memberi kritik
buruk dan bahkan memberikan pandangan tidak menyenangkan. Setelah lama mendapat perlakuan
seperti itu, Aku mulai bersikap seolah menghilangkan wujudnya dari pandanganku saat tidak ada
kontak lisan antara aku dengannya Kecuali sangat penting. Dan itu berlanjut sampai aku mendapat selembaran yang berisi undangan untuk program pertukaran pelajar ke 6 negara dan berakhir menjadi siswa pindahan yang bahkan merubah nama serta meminta seseorang untuk mengadopsiku.
---
+++Misaki’s POV+++
Apa yang sebenarnya telah terjadi di masa lalunya Kuroyama-kun? Kenapa dia bisa mengganggap
cinta sebagai hal yang tidak serius pada usia di mana orang lain saling mencari seseorang yang
mencintainya. Apa dia pernah di campakkan? Tapi, Apa mungkin dampak dari di campakkan akan
seberat ini?
Siang yang panas ini, Atas arahan dari Kuroyama-kun dan atas dasar keingintahuanku, Aku
menunggu di atap sekolah hingga dia selesai mengurus sesuatu dengan beberapa senpai. Di dalam
diriku, Rasa senang dan juga bingung tercampur. Aku senang Kuroyama-kun telah seperti biasanya
dan aku juga bingung dengan apa yang ia katakan dan juga tingkahnya. Seperti saat dia menelpon,
Kenapa wajahnya yang selalu terlihat datar bisa terlihat semurka itu? dan kenapa dia selali memiliki
Respon berlebihan? Pertanyaan itu hanya bisa ku smpan hingga dia datang nanti.
“Misaki, Kau di sini?” tanya seseorang berbarengan dengan suara pintu terbuka
“Aku di sini.” Jawabku sambil berjalan ke arah pintu. Saat ini, Kuroyama-kun bersandar di belakang
pintu sambil meminum air Mineral dengan kringat yang mengucur. Tanpa sadar Aku
memperhatikannya menegguk air hingga tenggorokannya yang sedang menelan air. Terlebih dengan
kringatnya membuatku ingin menyekanya. Tunggu!, Apa yang ku pikrikan sih? Saat ini ada yang lebih penting dari hal itu.
“Sepertinya kau sudah sangat penasaran ya?” tanya Kuroyama-kun sambil membuang minumannya
yang sudah habis. Cepat sekali dia menghabiskannya.
“Aku harus mulai dari mana? “
“Terserah,” Jawabku ringan
“Huft, Itulah kenapa aku tidak suka menceritakan tentangku pada orang lain, Aku tidak bisa
menceritakan sesuatu dan masa laluku membosankan. Jadi, Bersiap lah,”
“Baik,”
“Apa sebaiknya mulai dari namaku sebelum aku menjadi seorang Kuroyama?” tanya Kuroyama-kun
mengusulkan.
“itu juga boleh,”
“Hmm, Namaku sebelumnya adalah Riki Farlan. Anak paling muda dari 3 bersaudara dengan satu
Kakak Laki laki dan satu kakak perempuan. Mereka semua telah memiliki anak karena Rentang usia
yang jauh berbeda,”Kuroyama-kun mulai menceritakan tentang dirinya
“Walaupun Aku punya seorang adik bernama Fandi Farlan. Tapi,dia tidak memiliki ibu yang sama
denganku serta Aku tidak mengganggapnya sebagai adik,” Tambahnya.
“Apa kedua orang tuamu bercerai?” tanyaku. Aku sebenarnya kaget dengan cerita kuroyama-kun.
Tapi, Aku harus berusaha bersikap setenang mungkin agar dia mau terus menceritakannya.
“Ayahku cerai dengan ibuku di usiaku masih 1 tahun, Dan aku di besarkan dalam kebohongan dari
Ibuku dan ke 2 kakakku yang sudah berusia lebih tua dariku. Setelah aku menyadari kebohongan
mereka di usia 11 tahun, Aku menjauhkan diriku sedikit demi sedikit dari ayahku tanpa ia sadari. Aku
juga berbohong seolah masih belum mengetahui segalanya.dan hanya menyimpan semuanya
terhadap diriku,”
“Di Smp, Aku tanpa sengaja melukai perasaan ibuku dengan membentaknya karena beberapa hal.
Setelah merenung beberapa saat, Aku menyesal, Dan bersumpah akan melakukan segala hal dengan
sebaik mungkin untuk membuat ibuku bahagia dan bangga. Aku akan hidup hanya untuk membahagiakan ibuku. Bahkan, Aku tidak pernah melawan temanku yang selalu membullyku dengan kejam. Seperti sepatu yang di rusak, Pakaian olah Raga yang di letakkan di tempat sampah. Semua itu demi menjaga perasaan ibuku. Tapi ,Di tahun kedua, Ibuku meninggal karena penyakitnya. Sehingga aku kehilangan satu satunya alasan untuk menjalani hidupku,”
Kuroyama-kun yang menceritakannya terdiam sambil menundukkan wajahnya. Seperti berusaha
untuk bisa mengeluarkan bahasa untuk kalimat selanjutnya. Aku juga sangat terkejut mengetahui dia
memiliki Masa lalu yang tidak indah.
“Awalnya. Setelah kematiannya, Aku terus menjalaninya dengan baik hingga menjadi ketua Osis dan
Siswa terbaik di sekolah. tapi, Setelah sampai rumah, Aku hanya di hantui oleh rasa kesepian dan
rasa kosong . karena ayahku sendiri tidak pernah ber reaksi dengan apa yang ku dapatkan. Hingga
aku telah mencapai suatu titik lelah oleh Ejekan temanku. Aku mulai melawan apa yang mereka
perbuat terhadapku, dan itulah awal perubahanku,”
Seperti biasa, Kuroyama-kun menjeda ceritanya. Apa kehilangan ibu baginya merupakan sebuah
masalah besar?
“Aku mendapat kesimpulan setelah membantai orang yang membully ku satu per satu, ‘Sudah
bukan masanya bagiku untuk berjuang. Saat ini, aku hanya perlu hidup se terserahku dan hanya
lakukan kewajibanku secepatnya untuk bisa bersantai dengan tenang.’ Setelah beberapa lama, Aku
mulai kehilangan ketertarikanku pada beberapa hal di dunia ini. dan harapanku untuk masa depanku
sendiri. Pertanyaan ‘Ingin menjadi apa di masa depan?’ Saat ini adalah hal yang paling ku takutkan
dalam hidupku dan aku selalu menghindarinya. Hingga aku mencapai titik di mana aku berbicara
sekarang. Semua di hidupku sudah tidak ber Aturan,”
“Bagaimana dengan ilangnya Emosimu? Dan di gantikan dengan emosi palsu yang bisa kau mainkan
semaumu?” aku mulai bertanya. Walau ku tahu dia tidak akan menjawabnya
“Itu hilang di hari pemakaman ibuku, Saat ini, Aku tidak menangis sedikitpun. Tanpa ku sadari aku
sudah tidak bisa tertawa pada lawakan yang orang lain bisa tertawa atasnya. Dan aku membuang
sisanya dan mendapat yang baru adalah ketika Aku menjadi ketua osis, Aku menghilangkan sikap
kesal dengan orang lain yang menghinaku. Serta rasa kasihan. Aku sudah mengajukan pada kepala
sekolah untuk mengeluarkan 10 orang di SMP,”
“Ketua osis di sekolah lain pasti tidak akan tega mengajukan untuk mengeluarkan siswa karena
kasihan. Tapi, Aku sudah membuang rasa kasihan itu dan bergerak sesuai buku peraturan yang ku
punya dan seluruh murid punya. Dan mulai terbiasa dengan ekspresi yang bisa ku mainkan ketika
aku harus pergi mengujungi sebuah sekolah untuk melakukan negosiasi,”
Tanpa ku sangka, Kuroyama-kun akan bercerita cukup banyak. Mungkin hampir bisa menceritakan
seluruh tentang dirinya. Tapi, entah kenapa aku masih merasa ganjil dengan beberapa hal yang di
katakannya sebelum dia bercerita kepadaku. Tapi, Aku memutuskan untuk tidak bertanya untuk
menghindari dia kesal dengan pertanyaanku.
“Begitu ya,”
“membosankan bukan? Aku sendiri suka bosan mendengar ceritaku sendiri,” tanya Rikuto sambil
menundukkan wajahnya. Walau dia menyembunyikan wajahnya, Aku tahu dia sama sekali tidak
merasa bosan melainkan sudah tidak kuat untuk menggali apa yang dia anggap sebagai luka lamanya
“Misaki-Chan!! Kau ada di sini?!” tiba tiba Pintu terbuka dan aku mendengar suara Nana dari sisi
bangunan yang tidak terlihat dari pintu.
“Temui dia, Dia teman berhargamu kan? Aku akan ber istirahat, Sekiranya kau akan pergi.
Bangunkan aku,” Kuroyama-kun mendorongku seakan menyemangatiku agar menemui satu dari
sedikitnya teman yang mau terus bersamaku.
+++Misaki’s POV end+++
Siang menjelang sore ini, Di Kuroyama group. Kuroyama Jun sedang berhadapan dengan orang yang
cukup menyulitkan. Tamu yang datang secara tiba tiba di jam makan siang cukup mengagetkannya.
“Jadi kau ya, Kuroyama Jun-san?” tanya orang itu saat melihat Jun
“Anda siapa ya?” tanya Jun dengan sopan
“Kesampingkan masalah itu. Ayo kita bicara di tempat yang lebih baik,” Jawab orang itu
“Kalau begitu, Masuklah kedalam ruanganku,”
Mereka berdua masuk kedalam ruangan pribadi Jun di perusahaan. Di dalam ruangannya, Jun terus
memperhatikannya se akan mencari sesuatu yang mencurigakan dari orang yang ada di hadapannya.
Untuk sesaat, dia telah menyadari kalau yang ada di hadapannya itu memiliki wajah yang familiar.
“aku merasa mengenal wajahmu, Apa itu hanya perasaanku?” tanya Jun
“Sepertinya wajah yang kau kenali itu adalah wajah ayahku dan adikku, Karena aku baru melihatmu
hari ini,” Jawab orang yang di depannya dengan senyumnya
“Langsung saja, Karena keberadaanku di sini juga sebagai pengawas dari perusahaan yang kebetulan
dekat dengan tempat ini. Aku ingin tahu perkembangan adikku di sekolahnya,”
“Adikmu?”
“Riki. Bukan, sekarang dia menjadi anak angkatmu kan?” orang itu balik bertanya
“Kau kakakknya Rikuto!?” tanya Jun kaget
“Sekarang dia di panggil Rikuto?, Namaku Raka dan nama belakangku sama dengan ayahku. Jika
Adikku tidak memiliki banyak perkembangan ber arti, Aku berniat untuk memulangkannya,”
“Waw, Sepertinya tegas sekali orang ini,” Pikir Jun
“Di ujian Musim panas ini, dia mendapat peringkat 15, Setidaknya. Itulah yang ku ketahui,”
“Se jauh ini dia masih memegang prestasi ya? kalau begitu, Aku akan membiarkannya. Tapi,
Kuroyama-san. Walau ayah tidak tahu apapun. Aku tahu kalau dia pulang selama beberapa hari ke
Jakarta untuk mencegah pembongkaran pemakaman dengan uangnya. Ku harap kau tidak terlalu
memanjakannya,” Ucap Raka dengan tatapan tajamnya.
“Aku ingin mengajarkannya untuk tidak bertindak se enaknya. Setidaknya sampai dia memahami
ketidak mampuannya dan kenyataan kalau dia itu lemah,” lanjut Raka
“Ku pikir, dia hanya ingin mencegah tanda kalau ibunya pernah hidup itu di bongkar,” Jun berusaha
membelanya
“Kuburan hanyalah sebuah tanah dengan jasad yang di beri nama, Jika namanya di hapus kita tidak
akan mengetahui siapa jasad yang sudah menjadi tulang itu, Jika masa kontraknya sudah habis,
daripada menggunakan uang lebih. Yang terbaik adalah membiarkannya di bongkar,”
“Apa kau berpikiran sama dengan adikku yang bodoh itu?” tanya Raka melanjutkan perkataannya
“Aku masih memiliki pekerjaan, Jika pembicaraan kita sudah melewati masa penting. Ku harap kau
membiarkanku melakukan pekerjaanku,”
“Baiklah, Aku juga masih memiliki apa yang harus ku kerjakan. Terus awasi adikku yang sedikit tidak berguna. Dan juga, Jangan coba coba membuatnya bekerja. Jika kau sebagai ayah angkatnya. Penuhi kebutuhannya hingga dia tidak perlu bekerja,”
Setelah Raka keluar dari ruangannya. Jun menghembuskan nafas lega dan menyandarkan seluruh
tubuhnya di tempat duduknya yang terlihat nyaman
“Dari matanya, Aku melihat kegagalan besar sebagai masa lalunya. Dan keinginan untuk mencegah
adikknya mengalami hal yang sama. Walau itu malah berbalik menjadikanya terlihat seperti orang
yang berbesar kepala,” Gumam Jun
“Dan, sebagai kakak kau harusnya tidak memprediksi adikmu akan gagal jika dia mengikuti jalan yang membuatmu gagal. Tapi, bisa jadi dia yang akan menambal jalan yang membuatmu jatuh dalam
kegagalan. Lagipula, aku tidak lihat adanya tanda bahwa Rikuto akan mengikuti jalan orang lain
dalam hidupnya,” Lanjut Jun sambil membaca laporan yang di kirim Rikuto melalui E-mail
“Seperti yang di harapkan dari senpai, Anaknya selalu memiki sesuatu yang menjadikan mereka
unik,”
----
Di atap sekolah, Pembicaraan Nana dan Misaki tidak di duga akan sampai hampir 1 jam dan Rikuto
sama sekali tidak mengeluarkan gerakan apapun. Setelah mengeluarkan beberapa alasan, Akhirnya
Nana memutuskan untuk pulang terlebih dulu karena hari sudah hampir malam dan beberapa saat
lagi, pasti osis akan memeriksa atap untuk menutup pintu
“Kuroyama-kun, Bangunlah,” Ucap Misaki. Tapi, tangannya tidak berani menyentuh tubuh Rikuto
untuk membangunkannya
“tidurnya pulas sekali, Aku merasa tidak tega untuk membangunkannya. Tapi, hari sudah hampir
malam dan pasti Osis akan datang untuk menutup pintu,” pikir Misaki, Setelah berfikir beberapa
lama, Misaki akhirnya mengambil keputusan yang harusnya bisa dia ambil tanpa harus benyak
berfikir. Dan mulai menyentuh tubuh Rikuto
“Kuroyama-kun?”
Misaki mengguncangkan tubuh Rikuto. Tapi,Rikuto masih tidak bangun dari tidurnya. Karena
penasaran, Misaki mengeluarkan keberanian untuk menyentuh tubuhnya yang tidak tertutup baju.
Dengan perlahan, tangannya mengarah ke dahi Rikuto. Walau sempat berfikir untuk
mengentikannya. Tapi, keadaanya mengharuskannya membangunkan Rikuto. Setelah melewati
beberapa konflik batin, Akhirnya tangan Misaki memengang dahi Rikuto tapi,
“Panas sekali, Kau demam Ri-kun!!” Gumam Misaki setengah teriak. Dan tidak menyadari caranya
memanggil Rikuto tadi
“Apa masih ada yang di atap?” tanya seseorang yang membuka pintu. Mendengar ada orang yang
datang. Misaki berlari untuk meminta bantuan darinya. Walau dia tahu dia itu sudah di kenal buruk
di sekolah ini
“Aku mohon tolong aku, ada siswa yang sedang sakit di samping dinding ini!”
“Bawa aku ke sana. Aku mungkin akan menggendongnya sampai UKS,” Siswa Osis dengan cepat
menuju tempat yang di tunjukkan oleh Misaki,
“Dia siswa baru kan? Demamnya cukup tinggi ya?”
Setelah mengangkat dan meletakkan Rikuto di punggungnya, Siswa osis itu mengambil sesuatu dari
sakunya.
“Kau kunci pintu ini, Aku akan tunggu kau mengembalikannya di UKS nanti,” Kata siswa tersebut
sambil membawa Rikuto turun
“Terima Kasih,” Misaki menundukkan kepalanya se akan ber terima kasih karena telah
menyelamatkan Sesuatu yang ber arti untuknya. Setelah mengambil tas nya dan Rikuto, Misaki
mengunci pintu atap dan menyusul siswa osis menuju UKS.
Posting Komentar

Back to Top