Happiness In An Unfair World. Chapter 17 - Shiroyama Family And Rikuto’s Mistake

Diposting oleh Label: di
++Rikuto’s POV++
Semenjak Akari membicarakan tentang nama lengkap Misaki, Ada hal yang kurasa menggangguku
walau hanya hal kecil. Dan aku baru menyadari, Di jepang. Sesulit apapun nama orang itu, Pasti
Nama keluarga akan selalu di cantumkan.
“Apa ada orang yang lebih memiliki kemungkinan itu selain Ootonashi Mashiro?” tanyaku Ragu. Aku sudah mempercayai kalau ootonashi-san adalah orang yang paling memungkinkan sebanyak 70
persen. Tapi, seperti biasa. Pekerjaan yang ku lakukan dengan sedikit informasi akan memecah
fokusku.
“Apa Kau masih tidak mengerti?, Padahal orang yang paling memungkinkan dan mencurigakan selalu ada di dekatmu beberapa saat terakhir ini,” Akari balik bertanya. Apa mungkin Misaki itu adalah Shiroyama yang sebenarnya? Tapi aku ingat sudah pernah menyinggung ini saat berbincang
dengannya
“Tidak mungkin Misaki kan? Dia bilang kalau ibunya seorang pemilik toko kue, Dan aku tidak ada
informasi mengenai istri jun-san memiliki toko kue,”
“Apa kau tidak pernah lewat Rumah Misaki?” tanya Akari dengan cepat. Aku menggelengkan kepala
karena memang tidak pernah lewat rumahnya sampai sekarang. bahkan aku tidak tahu dimana Rumah
Misaki itu
“Jika kau pernah melewatinya, Harusnya kau sadar kalau rumahnya adalah sebuah toko. Dan, Nama
toko itu adalah ‘Toko kue Shiroyama’,”
Aku terdiam. Perhitunganku salah 100 persen. Aku tidak memperkirakan akan salah perhitungan
hingga tidak menyiapkan apa yang harus di lakukan dalam keadaan seperti ini. padahal Salah satu
hal yang harus ku persiapkan saat bekerja adalah Memperkirakan apa yang harus di lakukan saat
bertemu dengan skenario terburuk. Tapi, Ketidak fokusanku membuatku melewatkan hal terpenting
yang ku tentukan sendiri untuk diriku.
“Akari-san. Kenapa kau membocorkannya?! Walau kau sudah membatalkan kontrak bukan berarti
kau bisa membocorkan informasi yang kau punya kan!?”
Setelah Akari memberitahuku, Misaki tiba tiba datang dengan kemarahan yang ada di wajahnya dan
bertanya pada Akari dengan nada serius.
“Sampai kapan kau akan membohonginya?” tanya Akari tenang
“Aku memang berfikir untuk membertahukannya nanti. Tapi, karena sudah terbongkar. Aku akan
mengatakannya. Aku adalah Shiroyama Misaki,"
Benar juga, Harusnya aku sadar. Hanya dengan melihat keanehan di papan hasil latihan mingguan
dan melihat sikapnya yang selalu ingin tahu tentangku. Terlebih, Setelah dia mendengar ceritaku.
Dialah yang pertama kali mengetahui kebohonganku. Dan saat dia bilang aku mengambil sesuatu
yang berharga darinya. Harusnya akupun menyadari yang dia maksud adalah Jun-san yang
merupakan ayahnya. Tapi, hanya karena petunjuk yang bersifat umum aku bisa tidak
memperkirakan hal yang sangat mudah.
“Kau mau kemana?” tanya Akari saat melihatku membuka pintu Atap
“Mendinginkan kepalaku,” Jawabku sambil meninggalkan mereka berdua yang masih saling
menyalahkan. Aku merasa bahwa aku sangat bodoh, Saat ini, Aku tidak tahu apa yang harus ku
lakukan dengan keadaan seperti ini.
---
Setelah melewati beberapa pelajaran di hari ini. Jam pelajaran telah selesai dan para siswa mulai
meninggalkan kelas. Walau sudah mendekati senja, cuaca disini sangat panas karena memang ini
adalah Musim Panas.
Seperti biasanya, Di kelas hanya ada Aku dan Misaki. Karena aku sudah menyelesaikan beberapa
latihan dan hanya perlu menunggu hingga waktu Turnamen di mulai pada Libur Musim panas yang
akan datang.
“Kuroyama-kun,”
“Bukankah sudah ku bilang jangan ada interaksi sampai Ujian akhir selesai?” tanyaku menanggapi
Misaki yang memanggilku. Walau itu hanya alasanku untuk kabur dari Masalah yang belum ku
pikirkan cara melewatinya. Kenyataan bahwa Misaki adalah orang yang di cari oleh Jun-san,
“Tapi, Ini mengenai apa yang di bicarakan Akari-san siang tadi,”
“Jika kau terganggu saat memanggilku Kuroyama karena itu awalnya adalah nama keluargamu. Aku
tidak keberatan kau memanggilku dengan namaku,”
Sebisa mungkin aku berusaha agar Misaki tidak mengungkitnya hingga aku bisa memikirkan apa yang harus ku lakukan. Tapi, Jika Misaki sudah penasaran, Dia tidak akan berhenti hingga mendapat
jawabannya.
“Bukan itu masalahnya. Tapi, Apa kau benar anak dari ayahku?” tanya Misaki. Aku terdiam. Saat ini,
hal yang terbaik untuk ku lakukan adalah Jujur.
“Bukan,” Jawabku singkat
“Serius?”
“Apa aku punya kemiripan dengannya?” Aku balik bertanya.
“Aku akan menjelaskan semuanya setelah hasil Akhir keluar. Karena, ini ada hubungannya dengan
masa laluku. Jika kau sangat ingin tahu. Maka, sebaiknya kau lampaui nilaiku,”
“Dan juga, Kalau kau ingin lebih dariku, Sekarang lah waktunya karena, Saat ini, Aku sama sekali tidak serius. Tapi, Aku tidak akan kalah dengan sengaja,” Tambahku.
Agar Misaki tidak bicara lagi, Aku segera merapihkan barang bawaanku dan pulang sebelum Misaki
bertanya lebih lanjut. Ini adalah pertama kalinya aku menyarankan pada orang lain untuk
mengalahkanku. Tapi, Aku memang sama sekali tidak bisa serius terlebih setelah tahu kalau Misaki
adalah anak Jun-san.
‘Bisa kita bicara?’
Aku terpaksa meminta Jun-san untuk datang. karena kali ini aku tidak bisa mengatasinya seorang diri
‘Aku akan ke rumahmu,’
---
Beberapa hari terlewati dan aku sudah berada di hari terakhir Ujian Akhir sebelum Libur musim
panas. Dan hasil akan di umumkan 3 hari setelah ujian berakhir dan kemudian Libur Musim panas
akan datang.
Setelah berbicara dengan Jun-san beberapa waktu yang lalu, Aku di beri kalau dia yang akan mengatakan semuanya pada Shiroyama. Walau aku tahu, tidak akan mudah untuk membuatnya mengerti.
“Riku, Bagaimana dengan Tes hari terakhir ini?” pertanyaan takaki membebaskanku dari lamunanku
“Biasa saja,” Jawabku singkat
Selama ini, Aku sudah mendapat hal yang ku inginkan. Yaitu menjadi siswa biasa yang tidak
mencolok dan bisa berada di manapun tanpa di sadari oleh orang lain dan tidak jadi pusat perhatian
orang. Meski begitu, tetap ada Masalah dengan orang yang sudah mengenal sisi sebenarnya dariku.
“Kuroyama-kun,”
“ada apa?”
Karena ini sudah hari terakhir ujian, Peraturan tidak boleh bicara sudah berakhir, Dan aku sudah
bersiap untuk menerima lontaran pertanyaan dari Misaki.
“Bagaimana ujiannya?”
“Biasa saja,” Jawabku tenang.
“Begitu ya,”
Aku diam saja menunggu reaksinya dan pertanyaan yang akan dia lontarkan padaku selanjutnya.
“Kau tidak akan inkar janji kan?” tanya Misaki
“Tidak,”
“Kuroyama-kun. Harap mengunjungi Ruang klub untuk pelatihan terakhir,”
Tiba-tiba. Salah satu dari anggota klub Aikido memintaku untuk pergi ke ruangan Klub untuk latihan
terakhir sebelum mengikuti turnamen Aikido
“aku duluan, Misaki,”
Aku meninggalkan Misaki dan pergi ke Ruangan klub bersama dengan utusan dari Klub aikido yang
menjemputku
“Kuroyama. Apa kau sudah siap untuk ikut Turnamen?” tanya Ushio saat aku masuk kedalam
Ruangan
“Sepertinya begitu,” Jawabku sambil mengganti pakaianku
“Mau informasi tentang lawan?” tanya Ushio sambil mengambil sebuah kertas. Jika aku orang biasa,
mungkin akan sangat tergiur oleh penawaran itu. Tapi, Sayangnya aku bukan orang Normal
“Aku hanya perlu mengalahkannya kan? Aku tidak perlu informasi itu,”
“Apa kau berlagak menjadi orang terkuat hanya karena bisa Menaklukan 4 preman pilihan lawan?”
tanya Murasaki-senpai yang baru datang
“Bukan begitu, Jika tujuanku untuk menang, Informasi sangat di butuhkan. Tapi, Aku hanya perlu
mengalahkannya. Cara apapun bisa ku lakukan jika aku mau. Jadi, Informasi seperti itu tidak ku
perlukan,” Jawabku
“Lawanmu akan sangat sulit,” Ucap Ushio mengingatkan
“Aku tidak peduli. Aku punya banyak cara, Termasuk cara kotor,” Jawabku
“Aku harap kau tidak membuat sekolah ini di diskualifikasi,”
“Aku juga punya trik kotor lain yang bisa menutupi trik kotor yang sedang ku lakukan,”
--------
“Ngomong ngomong Ayahmu menelponku untuk menanyakan kabarmu. Ayah yang baik ya,”
Baik? Jangan bercanda, Dia pasti hanya ingin melihatku tertekan. Sayangnya, Aku sudah tidak ada di
sekitar tekanan terberat di hidupku.
Alasan aku mengganti namaku adalah karena 2 sebab. Agar tidak di kaitkan dengan orang itu, Dan
yang kedua. Aku menghindari kemungkinan bahwa nama asliku telah tersebar melalui foto yang di
kirim orang sialan itu. Dengan kata lain,Aku hanya melarikan diri.
“Kuroyama-kun?”
Misaki mengagetkanku dalam Lamunanku yang membuatku terlarut hampir setengah jam. Tidak
biasanya Misaki hanya diam ketika sedang berada di sekitarku. Biasanya, Aku tidak di beri
kesempatan untuk berpindah ke dalam lamunanku.
“Ada apa?” tanyaku sambil menenggak segelas kopi yang ku pesan.
Awalnya, Aku akan datang ke sekolah untuk melihat Nilai Akhir yang jadi penentu dari kesepakatan
Misaki. Dan bertanya beberapa hal tentang Turnamen yang di adakan Minggu depan. Tapi, Aku
datang ke sekolah terlalu pagi karena tidak di beri informasi mengenai waktu Nilai tersebut keluar.
Hingga akhirnya, Aku bertemu Misaki dan memutuskan untuk menunggu di sebuah Kopi,
“Apa hari Rabu kau ada kegiatan?” tanya Misaki,
“Ada,”
Aku mendengar Misaki bergumam. Tapi, tidak terdengar apa yang sedang ia gumamkan. Karena
merasa tidak terlalu penting, Tidak memperdulikannya adalah hal yang terbaik untuk saat ini
“Kegiatan apa?”
“Kerja, Di Perusahaan ayahmu,”
“Haah?!!”
“Kenapa kaget?”
Apa kerja sambilan di perusahaan itu aneh? Ayolah, Aku sudah mendapati 4 Anak SMA yang bekerja
sambilan di perusahaan.
“Kuroyama Group tidak bangkrut ya?” tanya Misaki
“Bangkrut?” Karena tidak mengerti, Aku bertanya balik padanya. Tapi, Misaki malah terlihat semakin bingung
“Kita bicarakan Masalah lain saja,” Ucapku untuk mengalihkan pembicaraan yang terasa
membosankan ini
“Apa benar kau punya toko kue?” Aku membuka topik baru.Misaki terdiam beberapa saat. Aku tahu
diamnya dia itu karena ini pertama kalinya aku bertanya tentang orang lain.
“Begitulah,” Jawabnya setelah terdiam beberapa lama
“Aku baru ingat. Kalau aku menang, Aku punya permintaan baru,”
“Apa?” tanyaku singkat. Sampai kapan kau akan memperbarui permintaan. Tapi, berkat pertanyaan
itu, Aku jadi teringat hal yang hampir ku lupakan.
“Jangan marah ketika kau harus menceritakan dirimu,”
“Tenang saja,” Tiba tiba, Ponselku berdering,. Aku berpamitan pada Misaki untuk mengangkat
telpon yang entah dari siapa
“Yo,”
Aku terdiam. Menunggu apa yang orang di sebrang sana katakan selanjutnya. Karena aku sama
sekali tidak mengenalnya.
“Apa kau orang yang menghabisi 4 orang yang berkumpul di sekitar ATM?”
Kau siapa sialan? Jangan bertingkah seperti mengenalku sejak lama dan menanyakan hal seperti itu
dong,
“Kau siapa?” tanyaku sedikit tegas. Tapi, dia malah tertawa
“Aku menantikan Pertemuan kita. Saat itu pasti akan mendebarkan. Bertemu dengan No4,”
“Kau siapa Sialan!!?” Aku meninggikan suaraku, Apa 4 sampah itu memberi tahukan tentangku.
Kalau begitu aku akan mengapus keberadaannya sekarang Artinya aku akan mengotori tanganku dengan darah.
“Kau pasti berfikir bahwa mereka yang memberi tahukannya padaku. Sayangnya, Aku sudah tahu
sebelum mereka dan segala sesuatu ini telah terjadi sesuai keinginanku,”
Setelah dia menyelesaikan perkataannya, Dia menutup telponnya. Sialan, Sepertinya masalah baru
telah mendekatiku.
“Kuroyama-kun,”
Aku terkejut mendapati Misaki ada di belakangku. dan reflek melompat kedepan. Sejak kapan di ada
di sana?
“hhh, hahahahaha,”
Dia tertawa? Apa yang lucu? Sepertinya dia tidak mendengar pembicaraan tadi. Syukurlah.
“seperti yang ku harapkan dari Kuroyama-kun, Reflekmu yang berlebihan sering membuatku
menahan tawa. Padahal hanya tepukan di pundak tapi, Kau malah melompat dan berbalik seperti
sedang dalam pertarungan,”
“huft,”
“Apa telpon dari orang penting?” tanya Misaki
“bukan, oh, Sudah waktunya. Ayo kita pergi untuk melihat hasilnya,”
Setelah mendapat Anggukan persetujuan dari Misaki, Aku membayar tagihan 2 cangkir kopi dan
pergi menyusul Misaki yang telah lebih dulu menuju sekolah karena sepertinya sudah tidak sabar
dengan Hasilnya

9. Shiroyama Misaki
.
.
.
.
15. Kuroyama Rikuto’
Aku kalah, Dan memang aku tidak sama sekali memiliki kesempatan menang dengan orang yang
semenjak awal sudah serius sedangkan Aku sama sekali tidak bisa serius.
“Kenapa kau bisa ada di rangking 15? Padahal kau biasanya selalu ada di 7 besar?”
“Latihan Mingguan hanya menguji pelajaran di pekan sebelumnya saja. dan itu di permudah dengan
aku yang mengerjakan sebelum waktu pelajaran di mulai karena aku selalu membaca buku sebelum
mengerjakan soal,”
“sedangkan ujian Akhir, Aku sama sekali tidak membuka buku kecuali pelajaran Teknologi dan
sejarah,” tambahku,
“Kenapa kau tidak membuka buku?” tanya Misaki heran
“Saat latihan Mingguan, Tujuanku membuka buku untuk mempercepatku mengerjakan soal. Tapi,
ketika ujian Akhir menyelesaikan dengan cepat tidak berpengaruh apapun terhadapku. Dan juga,
Aku tidak bisa serius pada ujian kali ini,”
“Kenapa?”
“entah sejak kapan, Aku tidak menganggap serius beberapa hal yang ada di dunia. Hingga akhirnya
aku juga tidak bisa serus terhadap beberapa hal tersebut,” Jawabku. Kali ini aku sudah masuk
kedalah peraturan jika aku kalah. Dan juga, karena dia adalah anak dari Jun-san, Aku memang sudah
tidak punya niat untuk menutup nutupinya lagi.
“Boleh beritahu aku apa yang tidak kau anggap serius?”
“hmm,”
Aku terdiam. Apa ini jalan yang benar untuk memberi tahukannya atau tidak
“Aku hanya memberi contoh sediki dari banyak hal yang tidak ku anggap serius. Mengingat ada
beberapa hal yang harus tetap ku tutupi,”
“Baiklah,”
“Pelajaran di sekolah kecuali mengenai komputer, Perkataan orang orang tentangku selama itu tidak
sampai mengganggu keseharianku, Masa lalu orang lain, Peringkat, Lalu Perempuan dan Cinta,”
Mendengar pemaparan singat dariku, Misaki terdiam aku tahu dia sangat terkejut. Tidak apa, Kau
menjauhiku pun juga tidak masalah karena aku ini memang aku yang sebenarnya.
“Yang terakhir itu sungguhan?” tanya Misaki masih terlihat kaget
“sebagian besar sungguhan. Karena, Aku sudah tidak ingin terlibat dengan wanita hingga cinta
tumbuh di antara Aku dan wanita itu. Karena, Aku merasa menseriusi hal seperti itu akan membuat
kedua pihak terluka di akhir,”
“Jadi intinya kau ingin melarikan diri dari merasakan rasa sakit?” tanya Misaki
“Kau boleh marah lagi padaku. Karena memang seperti itu adanya,”
“Tapi, Jika aku sudah mulai serius tentang beberapa hal. Aku tidak akan berhenti hingga mendapat yang aku inginkan. Cara apapun akan ku gunakan untuk menggapainya. Dan setelah mendapatkannya. Aku akan menjaganya dengan cara apapun. Sekalipun itu adalah cara terkotor di dunia,” Tambahku sambil melihat jam di ponselku
“oh, Aku terlambat menemui Senpai di klub. Misaki, Jika kau ingin aku menceritakannya hari ini.
datanglah tunggu aku di atap. jika sampai jam 4 aku tidak datang, Kau boleh pergi ke rumahku
besok,” ucapku sambil meninggalkan Misaki yang belum berkata kata. Sepertinya dia masih
terpikirkan oleh perkataanku. Tapi, itu sungguhan. Aku memang tipe orang yang seperti itu.
setidaknya, semenjak ibuku meninggalkanku. Dan membuatku sadar jika se serius apapun dan
dengan cara sekotor apapun, Aku tidak bisa melawan keputusan sepihak oleh mereka yang lebih tua
dariku. dan juga, Aku tidak akan bisa menang melawan takdir.
Posting Komentar

Back to Top