Happiness In An Unfair World. Chapter 15 - The Same Voice

Diposting oleh Label: di
Setelah mendapatkan pesan bahwa tidak ada yang perlu di khawatirkan dari Rikuto. Rasa legaku
membuat hari terasa lebih cepat dan tidak terasa Pekan latih an telah terlewati dan hari senin telah
datang kembali
Hari ini, Jika Rikuto masuk. aku akan memintanya mengerjakan pekerjaan yang terlantar selama 1
pekan kemarin walaupun dia menolak dengan cara apapun. Tanpa si bego itu, Pekerjaan dari
kuroyama-san tidak akan selesai. Karena seluruh data yang di perlukan ada di laptopnya.
“Akari-Chan, Selamat pagi,”
“Pagi,”
Suasana kelas yang seperti biasanya. Tanpa semangat di hari senin terutama musim panas yang
benar benar panas ini. Bicara soal musim panas, Aku penasaran, apakah dia akan menggunakan
seragam musim panas yang berlengan pendek? Karena, saat keluar denganku, Dia selalu
menggunakan jaket atau kemeja yang berlengan panjang.
“Apakah di antara kalian ada yang melihat Rikuto hari ini” tanyaku setelah meletakkan tas ku di
meja. Setelah saling tanya dan terdiam beberapa saat, Mereka menggelengkan kepalanya. Apa kau
tidak akan masuk lagi?
‘Kau tidak masuk lagi?’
*Beep
Cepatnya!. Tepat setelah aku mematikannya. Ponselku berdering kembali
‘Berisik,’
‘Apa itu jawaban yang benar hoi!?’
‘Diamlah, Bego, Ringtone yang ditimbulkan dari pesan yang kau kirim sangat menggangu’
Ada apa dengannya? Tapi, jika itu mengganggu. Apa artinya dia masuk sekolah sekarang? Tapi,
bukannya dia selalu mengatakan aku mengganggu dimanapun keberadaannya. Huh, Sumpah deh
Aku tidak mengerti arti perkataanya.
---
Setelah melewati beberapa pelajaran. Jam istirahat telah tiba, Setelah merapihkan mejaku. Aku
pergi mencari Rikuto ke kelasnya. Jika dia masuk, Aku pasti akan menyeretnya dan menyuruhnya
segera menyelesaikan pekerjaan yang terlantar ini
“Ada kuroyama Rikuto?” tanyaku di depan pintu kelas. Beberapa siswa yang sedang melakukan
kegiatan masing masing terhenti . dan aku mendapatkan tatapan tidak menyenangkan dari seorang
siswi manis yang ada di tepat di sebelah pintu. Gadis yang selalu menyendiri. Misaki, Anak dari
pemilik toko kue Shiroyama.
“Dia sudah keluar tadi bersama Takajiro dan yang lainnya,” Karna tidak ada yang menjawab, Misaki
yang merupakan orang terdekat di pintu menjawabnya tanpa semangat. Setelah menunduk dan
berterima Kasih, Aku meninggalkan kelas Rikuto dan mencarinya ke atap. Karena aku tahu,
Walaupun mereka keluar kelas bersama. Pasti Rikuto akan memisahkan diri dari mereka.
“Tunggu,”
“Kau tidak perlu repot lagi mendekatinya untuk mendapat informasi yang di inginkan ibuku,”
“Tidak perlu kau beritahupun aku telah membatalkan pekerjaan itu 2 hari lalu,”
“Tapi, Kenapa kau masih mencarinya?”
“Misaki-san, Aku mencarinya karena memang aku memiliki urusan dengannya,”
Aku meninggalkan Misaki yang terdiam dengan jawabanku. Apa dia terganggu jika aku ada di dekat
Rikuto?
“Apa?! Kakimu patah!?”
Mendengar teriakan dari Ruang klub Aikido, Aku berhenti berjalan dan mengintip di depan Ruang
klub yang terbuka.
“Rikuto?”
Aku mencoba mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi, Aku tidak mendapatkan
apapun karena suara mereka terlalu pelan setelah ada orang yang berteriak
++Akari’s POV end++
“Permisi”
“Apa yang terjadi padamu?” tanya Aoi saat Rikuto memasuki Ruangan klub sejak dia tidak hadir
selama 1 pekan penuh
“Hanya sedikit sakit, Ushio mana?”
“Dia tidak hadir hari ini,” Jawab Aoi
“Berikan ini padanya,” Rikuto menyerahkan se amplop uang pada Aoi.
“apa kau akan tetap ikut di turnamen?” tanya Aoi
“Tentu,”
“Kenapa?”
“Aku merasa ada yang kurang jika aku menyerah setelah di serang 4 orang hingga kakiku patah,”
“Apa!? Kakimu patah!?” tanpa sadar, Aoi meninggikan suaranya hingga beberapa anggota yang
sedang beristirahat menoleh ke arah mereka yang sedang berbincang. Rikuto dengan spontan
menarik Aoi dan membawanya ke sisi lain
“Bego!, Suaramu terlalu keras,”
“Jadi, Apa terjadi?” tanya Aoi kembali serius
“Tidak ada yang menarik untuk di ceritakan. Tapi, hanya sebagai laporanku. Kakiku patah bukan
karena di keroyok. Tapi, karena Tersandung,”
“Tersandung?”
“Permisi,”.
“Tunggu, Hoi!!”
Tanpa menjawab pertanyaan Aoi, Rikuto keluar Ruangan klub. Sebenarnya, Rikuto sendiri belum
tahu alasan kenapa kakinya patah padahal dia bisa pulang dengan selamat setelah kejadian itu.
“Rikuto,”
Mendengar suara memanggilnya, Rikuto menoleh dan mendapati Akari di belakangnya
“ada apa?”
“Ikut aku,”
Tanpa menjawab, Akari menarik tangan Rikuto dan membawanya ke atap dengan setengah berlari,
Karena kaki yang belum pulih, Langkah kaki Rikuto yang biasanya panjang berubah menjadi langkah
pendek dengan kecepatan yang lebih.
“ada apa degan kakimu?” tanya Akari di atap
“Tidak ada,” Jawab Rikuto singkat
“Lalu, Kenapa kau kesulitan saat aku tarik kesini? Sebelumnya, Kau tidak akan terpengaruh saat aku
menarikmu ke suatu tempat,”
“Mengerikan sekali pengamatanmu,” Rikuto tidak menjawab dan malah mengalihkan topik
“Jangan bercanda! Kakimu patah kan?”
“Akari, Padahal aku sudah memujimu karena kau tidak suka ikut campur urusan orang lain. Tapi,
kenapa kau sekarang terlihat seperti Misaki?”
“Aku tidak akan ikut campur jika kau tidak mengacaukan pekerjaan kita,”
Rikuto terdiam mendengar jawaban Akari yang sangat tepat.Beberapa saat kemudian, Rikuto pergi
menuju tempat yang di tutupi bayangan pintu masuk atap.
“Benar, Kakiku patah,” Jawab Rikuto setelah terdiam dan berpindah ke tempat yang tertutup
bayangan
“Patah saat di keroyok?”
“Dari mana kau tahu?” tanya Rikuto balik
“Aku dari awal sudah tahu rencana Ushio. Tapi, saat aku berniat untuk mencegahmu, Aku mendapat
tugas mendadak dari atasan,”
“Jadi, Penyebabmu tidak masuk 1 pekan?” lanjut Akari
“Ya, Aku tidak bisa bergerak. Karena kakiku baru patah saat tersandung tangga dan tidak ada
siapapun di rumah,”
“Hah?”
Kejadian sebenarnya adalah Beberapa waktu setelah Rikuto menghabisi 4 orang itu dan pulang,
Kakinya terasa lebih sangat lemah hingga harus menyeretnya sampai rumah. DI rumah. Tepat di
tangga terakhir sebelum sampai ke kamarnya, Rikuto tersandung membuat kakinya patah.
“Jadi kau tidak ke rumah sakit?” tanya Akari
“Tidak sempat. Aku hanya meluruskan kakiku dan membiarkannya pulih dengan sendirinya,” Jawab
Rikuto
“Jika tidak ada yang perlu di bicarakan, Aku kembali ke kelas,”
Seperti biasa, Tanpa menunggu jawaban lawan bicaranya, Rikuto meninggalkan Akari dengan
langkah yang sedikit lebih pelan. Terlihat jelas kakinya yang belum pulih sepenuhnya.
“Dasar Gila,” gumam Akari sambil tersenyum
Rikuto berjalan dengan pelan melewati setiap lorong dan tangga yang akan mengantarkannya ke
kelas di lantai 1. Dengan kaki yang masih terasa sakit saat berjalan mengingatkan Rikuto pada
beberapa hal yang pernah terjadi pedanya di masa lalu
‘Aku tahu seseorang yang mengetahui tentang gadis bernama Shiroyama,’
‘Siapa?’
‘Tidak seru jika aku yang memberitahukannya kan?’
‘Jika tidak berniat memberi tahu, Jangan ganggu aku,’
Rikuto mematikan ponselnya dan memasukannya kedalam saku. Setelah sampai di kelas, Rikuto
langsung duduk di tempatnya dan mengerjakan latihan yang terlantar karena dia tidak hadir selama
satu pekan.
Di sisi berlawanan dari nya, Misaki memperhatikan Rikuto yang terlihat berbeda dengan seragam
musim panas. Tapi, perbedaan yang paling terlihat adalah cara jalannya tidak secepat dulu.
“Apa lagi yang disembunyikan olehmu?” gumam Misaki yang sudah mengetahui sesuatu terjadi pada
Rikuto berkaitan dengan apa yang terjadi di dekat ATM
---
Sepulang sekolah, Rikuto berniat untuk langsung pulang karena dia mengambil izin 3 hari untuk
istirahat dari kegiatan klub. Walau turnamen semakin dekat, Rikuto tidak bisa menyangkal
kenyataan bahwa kakinya tidak memungkinkannya untuk Latihan. Tapi, Setelah melengkapi latihan
soal dan menyerahkannya ke ruang guru, Akari telah menunggunya.
“Apa kita harus selesaikan pekerjaan kita?” tanya Akari
“Huh, Apa yang terjadi selalu bertentangan dengan yang ku harapkan. Tapi, Bagaimana lagi,
Deadlinenya semakin dekat jika semakin ku tunda,”
“Kapan deadline pekerjaannya?” tanya Akari
“Besok,” jawab Rikuto singkat. Mendengarnya, Wajah Akari berubah. Tampaknya Akari sedang
berada antara terkejut dan pasrah
“Kau. Yakin? Ini adalah kegagalan pertamaku dalam pekerjaanku,” Akari menundukkan wajahnya
“huh, Tenanglah. Deadlinenya minggu depan,”
“eh? Bukankah kau bilang besok?” tanya Akari semakin terkejut
“Aku bercanda,”
Mendengarnya, Akari mengepalkan tangannya dan menggeram seperti sedang mengutuk Rikuto.
“Jangan mengatakan hal itu dengan wajah yang datar!!”
“Aku bercanda,” Rikuto mengulang perkatannya. Tapi, Kali ini dia mengatakannya dengan wajah
konyol yang dibuat sangat sempurna olehnya.
“Kupikir lebih baik kau seperti biasanya saja,” Kata Akari dengan wajah jijik.
“Aku juga berpikir begitu,” jawab Rikuto
“Jadi begitu,”
Mendengar suara Misaki, Akari dan Rikuto yang sedang berbincang terdiam.
“Jadi itu yang sebenarnya terjadi, Akari-san? Kau tetap berada di dekatnya walau__”
“Apa itu masalah?” tanya Akari memotong ucapan Misaki seperti tidak ingin lanjutan dari perkataan
Misaki di dengar oleh Rikuto. Merasa Misaki tidak bicara padanya, Rikuto mengabaikan mereka
berdua dan mengganti sepatunya.
“Akari.. Jika kita tidak jadi bekerja, Aku akan pulang,”
“tunggu,” Akari menyusul Rikuto tanpa mempedulikan Misaki yang sedang terdiam di depan Rak
sepatu. Bukan karena apa yang di lakukan Akari. Tapi, karena Rikuto yang bersikap seperti dia di
sana walau dia sudah tahu bahwa Rikuto melihatnya saat dia bergumam.
“Apa tidak menjadi masalah untuk mengabaikannya?” tanya Akari sambil berjalan di belakang Rikuto
“Dia pernah mengatakan bahwa aku mengambil hal yang berharga baginya. Jadi, Sebelum aku tahu
apa itu, Aku akan menghindari kontak dengannya. Itu kulakukan untuk membuatnya tidak terlalu
ikut campur dalam keseharianku,” Jawab Rikuto,
“Ngomong ngomong. Kita harus mengerjakan dimana?” tanya Akari.
“Kafe?” Rikuto balik bertanya
“Tidak mungkin,” jawab Akari
“Kenapa? Biasanya kan beberapa orang mengerjakan pekerjaan mereka di sana?”
“Biasa di mana?” tanya Akari meyipitkan matanya. Sepertinya dia menyadari Biasa yang di maksud
Rikuto berbeda dengan apa yang pikirkannya
“Di Negaraku,” jawab Rikuto singkat.
“Rikuto, Apa kau tidak tahu yang namanya perbedaan kebiasaan?” tanya Akari heran
“oh, Maaf. Sepertinya aku masih belum terbiasa,”
“Begini saja. Aku akan kerjakan bagianku di rumahku, Besok aku akan membiarkanmu melakukan
bagianmu,” Tambah Rikuto
“Apa kau bisa melakukannya dan melongkap bagianku tanpa keliru?” tanya Akari
“Aku tidak tahu. Tapi, itulah cara terbaik untuk menyelesaikannya dengan cepat,” Jawab Rikuto
sambil melangkah masuk kedalam Rumahnya
“Oke, Akan ku tunggu. Kalau begitu, Aku pulang dulu. Selamat malam,”
“Akari!”
Setelah mendapat anggukan dari Rikuto, Akari berjalan pulang. Tapi, Baru beberapa langkah, Akari
mendengar suara Rikuto memanggilnya.
“Aku akan mengabari saat ada yang ku perlukan,”
“Baik!” Jawab Akari dengan senyum di wajahnya.
---
‘Temui aku di atap sepulang sekolah’
“Iseng lagi?” gumam Rikuto sambil memasukkan sepotong kertas yang ada di rak sepatu kedalam
tasnya dan pergi ke kelas. Tak lama setelah masuk ke ruang kelas. Bel pelajaran pertama berbunyi,
Beberapa hari ini, Untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertinggal saat tidak masuk selama
seminggu, Rikuto harus mengorbankan sedikit waktu tidurnya hingga membuatnya bangun sedikit
lebih siang.
“Selamat pagi, Riku,”
“Pagi, Takaki,”
Rikuto masuk dari pintu belakang kelas dan langsung menuju tempat duduknya yang memang ada di
belakang. Walau jarak dari lorong ke pintu belakang sedikit lebih jauh.
“Apa kau menghindari Misaki?” tanya Takaki dengan berbisik
“Tidak,” jawab Rikuto singkat. Sudah cukup lama sejak Rikuto berbicara pada Misaki, Bahkan
beberapa hari lalu, Dia mengganggap Misaki tidak ada di depan Rak sepatu. Semenjak Misaki
melepaskan kekesalan ke arahnya, Rikuto terlihat seperti menjauhi Misaki oleh Takaki yang memang
cukup dekat dengannya.
Di sisi lain kelas. Seperti biasa, Misaki menyendiri dengan buku yang di pegangnya. Pikirannya pergi
ke beberapa waktu sebelumnya. Merasa Rikuto menghindari bicara dengannya karena apa yang dia
lakukan. Tapi, Bukan hanya itu yang ada di pikirannya.
“Apa Akari tertarik dengan Kuroyama-kun?” gumam Misaki.
“Tidak, tidak. Aku tidak boleh sampai memikirkan Kuroyama-kun lebih dari ini,”
Misaki mencoba untuk menghilangkan pikiran tentang Rikuto dari dalam otaknya. Tapi, Yang di
dapatinya adalah rasa ingin tahu lebih tinggi dari pada paksaan pada dirinya sendiri. Terutama
ketika menyadari ada yang berbeda dari cara jalan Rikuto beberapa waktu lalu yang Sepertinya
memiliki hubungan dengan apa yang terjadi di dekat ATM
.
‘Kuroyama Rikuto-san dari kelas 1-5, Harap menemui Ushio-san di klub Aikido,’
Suara dari speaker kelas terdengar jelas karena seluruh siswa yang terdiam ketika mendengar ada
pengumuman dari Ruang siaran.
“Kuroyama-kun, Silahkan,”
“Terima Kasih,”
Setelah mendapat persetujuan dari sensei yang mengajar. Rikuto pergi untuk memenuhi panggilan
dari Klub Aikido yang mendadak. Entah apa yang di pikirkannya, Rikuto memilih keluar dari ruang
kelas lewat pintu depan.
Saat lewat di depan tempat duduk Misaki, Mata mereka bertemu, Misaki yang memang sedang
melihat ke arah Rikuto dan Rikuto yang sepertinya tanpa sadar membalas tatapan dari Misaki.
Mereka saling tatap dalam beberapa detik. Setelahnya, Rikuto mengalihkan pandangannya dan
keluar dari ruangan kelas menuju Klub Aikido.
“Baik, Kita lanjutkan pelajarannya,”
Seluruh Siswa yang saling berbicara mulai memperhatikan kembali. Termasuk Misaki yang
menyadari bahwa mereka sempat saling menatap tanpa memikirkan apapun mencoba untuk
memperhatikan.
“huh, Aku sudah menduga akan seperti ini,” gumam Takaki sambil tersenyum. Semua yang terjadi
sepertinya sudah di duga oleh Takaki dengan memperhatikan sikap dan tingkah laku mereka berdua.
---
Setelah di panggil oleh klub, Rikuto di minta untuk melakukan latihan untuk turnamen yang semakin
dekat dan menghabiskan waktu hingga waktu pulang sekolah. Karena memang sudah membawa tas
saat di panggil, Rikuto tidak perlu datang ke kelas untuk mengambil tas dan bisa langsung menemui
orang yang memintanya untuk datang
“Aku pergi dulu,”
“Kuroyama. Apa kau yakin bisa kembali normal saat turnamen?” tanya Aoi yang menyadari kaki
Rikuto yang belum pulih sepenuhnya,
“Sabtu ini aku yakin sudah normal,” jawab Rikuto sambil meninggalkan Ruangan klub dan pergi ke
atap. Dengan keringat yang masih menyucur di dahi Rikuto karena dia di pojokkan oleh aoi yang
menyadari kaki Rikuto sedang dalam keadan lemah dan terus menerus menyerang kakinya.
“Lagu ini?”
Rikuto terkejut saat membuka pintu atap, terdengar jelas suara nyanyian yang pernah di dengar oleh
Rikuto tepatsebelum dia pergi ke ATM, Kali ini tanpa alunan piano dan suaranya terdengar sangat
jelas. Rikuto mengelilingi atap mencari orang yang sedang bernyanyi. Tapi, di sekeliling atap tidak
ada siapapun di sana
“Yang tersisa hanya?” gumam Rikuto sambil melihat ke atas. Sebuah bangunan yanng merupakan
pintu atap. terdapat tangga kecil untuk naik ke atas bangunan itu
“Misaki!?”
Posting Komentar

Back to Top