“Sialan Kau!!!”
Beberapa pukulan dan tendangan berhasil di lewati Rikuto dengan mudah. Meski begitu, 4 orang
yang mengeroyok Rikuto cukup untuk menyulitkan Rikuto mengendalikan keadaan sehingga secara
perlahan energi Rikuto berkurang dan membuatnya kehilangan fokusnya/
*Bugg!
Saat akan menghindari serangan dengan berjongkok. Tepat di depan wajahnya sebuah tinju yang
tidak bisa di hindari sama sekali hingga akhirnya Rikuto terhempas hingga berguling di tanah. Setelah
beberapa saat terbaring akibat benturan yang cukup keras. Rikuto mencoba untuk bangkit. Orang
orang yang tadinya akan meninggalkannya pun kembali melihat ke arahnya, Tapi,
*Cling
Sesuatu jatuh dari rambut Rikuto dan menimbulkan suara. Seiring dengan angin berhembus Helai
rambutnya perlahan bergerak turun dan semakin menutupi mata kanannya.
“Rambut itu!!?”
4 orang itu terhentak karena terkejut. Penampilan di depannya adalah penampilan dari orang yang
dengan sengaja di populerkan di internet karena fotonya yang beredar. Walaupun ada sedikit
perbedaan. Tapi, Tetap terlihat jelas kalau di depan mereka adalah orang itu.
“Kau...,”
“Huft,”
“Kalau sudah begini, Aku harus melakukan sesuatu untuk menutup mulut kalian ber empat, Padahal
Aku hanya berniat untuk membuat kalian lelah dan pergi,” gumam Rikuto sambil menyibakkan
Rambutnya dan melemparkan Blazer dan Jaketnya ke atas
“Tidak mungkin kau adalah ..,”
“Merepotkan, Tapi. Lebih merepotkan kalau sampai ada orang lain yang tahu,”
Salah satu dari 4 orang itu mengambil Resiko dengan berlari ke arah Rikuto dan mengarahkan
tinjunya. Tapi,
*Druak
Bukan pukulan yang menyentuh Rikuto. Melainkan Rikuto mencengkram wajahnya dan
membenturkannya ke tanah hingga kepalanya mengeluarkan darah.
“Ayolah, Kau tahu pukulan seperti itu tidak akan melemahkanku. Dan juga,”
Sebelum Rikuto menyelesaikan ucapannya. 3 orang yang tersisa berlari ketakutan. Tapi, sebelum
berlari terlalu jauh, Rikuto mengejarnya dan melompat menggelayuti tangan salah satu dari orang
yang tersisa hingga mengeluarkan suara retak dari sendinya yang menandakan tangan dan juga
tulangnya dipatahkan.
“Kalian sudah membuatku serius. Jika ada sesuatu terjadi pada kalian, Itu adalah salah kalian. jadi,”
“Siapa selanjutnya?” tanya Rikuto pada 2 orang yang tersisa dengan wajah datar yang tidak
menunjukkan bahwa dia menikmatinya atau tidak.
---
“Kemana Kuroyama itu?” tanya Aoi sambil melihat jam tangannya. beberapa saat kemudian, Ushio
masuk kedalam ruangan klub Juudo
“Untuk Kuroyama-kun, Tidak perlu khawatir, Aku menyuruhnya mengambil uang di ATM,”
“apa kau bermaksud untuk membuatnya bertemu 4 orang anak buah dari lawan kita!?” tanya Aoi
kesal
“Ini bisa jadi ujian juga untuknya. Bisa jadi dia bisa mengalahkannya. Atau dia akan di kalahkan,”
“Kau gila ya?! Jangan bilang kau juga melakukan hal yang sama pada perwakilan sebelumnya?”
Tak kuasa menahan emosi, Aoi mencengkram kerah baju Ushio. Penyebab kemarahannya adalah.
Sekuat apapun orang itu, Pasti tidak bisa melawan 4 orang yang bertubuh besar sekaligus.
“memangnya kenapa? Perwakilan kemarin itu lemah, Dan Kuroyama itu kuat. Tapi, Aku tetap harus
mengujinya,” Jawab Ushio dengan senyuman
“Sekuat apapun dia, Manusia normal pasti akan kalah melawan 4 orang sekaligus bego!” Aoi
semakin mencengkram kerah baju Ushio
“Kalau dia normal kan?”
“apa maksudmu?” tanya Aoi heran
“Apa kau berfikir dia itu bukan sekedar orang yang menguasai Aikido?” Ushio balik bertanya
“Sudah kubilang, Apa Maksudmu!?”
“Dari gerakannya, Apa kau tidak menyadari bahwa hanya kau yang berkeringat saat berhadapan
dengannya. Dan juga, badannya yang tidak terlalu besar bisa membantingmu yang lebih tinggi
darinya. Aneh kan?”
“Benar juga,” Aoi melepaskan cengkraman tangannya
“Aku merasa dia sudah punya pengalaman untuk mempraktekannya langsung. Antara sebagai anak
bermasalah atau sebagai orang yang berurusan dengan bela diri,”
“Sudah jam 5.15, Sebentar lagi, dia akan mulai berhadapan dengan mereka,”
*DUGG
“Siapa itu!?” kata Aoi dan Ushio bersamaan. Dari dalam ruangan terlihat seorang siswi yang sedang
menguping pembicaraan mereka. Dengan cepat, mereka berlari mengejar. Tapi, siswi itu sudah
terlebih dahulu berhenti dan menghilang entah kemana.
Di samping klub Aikido, tepatnya di depan ruang penyimpanan peralatan, Misaki bersandar dengan
nafas yang terengah. Kecerobohannya hingga tersandung saat mendengarkan perkataan anggota
klub Aikido dan membentur pintu ruangan hingga terbuka terdikit. Tapi, yang membuat Misaki panik
bukan hanya itu
“Jika Kuroyama-kun Sampai berkelahi di luar sekolah dengan seragam. Dia akan di keluarkan,”
gumam Misaki sambil melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 5.20 waktu hingga mereka
bertemu tersisa 10 menit. Dan mustahil bisa sampai dalam waktu tersebut. Meski begitu, Misaki
memilih untuk tetap pergi ke sana dan mencegah apa yang akan terjadi pada Rikuto.
--
*Bugg
“aarrgghh!!”
Suara jeritan seorang terdengar jelas dari sebuah gang di hari yang semakin malam. Jika tempat itu
bukan tempat yang tersembunyi. Pasti polisi sudah terlebih dahulu menemukan perkelahian antar 4
orang melawan seorang siswa SMA yang sudah melepaskan jaket serta blazernya. Saat ini. lutut
siswa SMA itu sedang mendorong seorang preman. Kepalanya yang terbentur aspal dengan keras
serta wajahnya yang di timpa oleh Lutut itu membuatntya memuntahkan darah dan membuat
sebuah bekas di celana Siswa SMA tersebut
“Celanaku jadi kotor,” gumam Rikuto sambil berdiri. Satu orang yang tersisa mematung
kebingungan, seluruh Rekannya telah di lumpuhkan hingga tidak bisa lagi berdiri. Setelah
memastikan orang yang di serangnya tadi tidak bisa berdiri, Rikuto menatap ke arah orang yang
tersisa.
“Mati Kau!!”
Kehabisan pilihan, Orang terakhir mengambil sebuah Pisau yang tergeletak di tanah dan berlari
menyerang Rikuto. Tapi, karena di penuhi oleh kepanikan. Gerakannya sangat mudah di baca oleh
Rikuto. Sehingga pisau yang di pegangnya di rebut dengan mudah Oleh Rikuto dan di tusukkan di
samping lehernya. Darah segar mulai mengalir melalui bilah dari pisau yang menancap sebagian di
leher orang itu
“Dengar, Jika ada berita yang tentang No.4 ada di sini. Aku bisa membuat pisau ini memotong 1 atau
dua anggota tubuhmu,” Kata Rikuto sambil menjambak rambut dari orang yang dia tusuk.
“Baik!! Lepaskan Aku!!” orang yang tadi meminta uang dengan tegas, Kini berubah menjadi sebuah
kucing yang memohon untuk di lepaskan dari cengkraman se ekor serigala. Atau yang lebih tepat
dari se ekor kelinci.
“Aku bisa mempercayaimu?” tanya Rikuto
“Aku berjanji!!”
Rikuto menarik pisaunya dengan kasar, tentunya itu memperlebar luka di leher orang itu. setelah
dilepaskan, Orang itu berlari seperti tidak memikirkan rekannya yang tidak bisa berdiri. Tapi, sebuah
tendangan mengarah ke arahnya dan membuatnya Terjatuh.
“Arrgghh!!”
Bukan hanya di jatuhkan, Pisau yang tadi hampir membunuhnya di tusukkan di kakinya. Walau
hanya sebagian. Itu berhasil membuat preman terakhir menjerit kesakitan
“Sudah kuduga, Aku tidak bisa mempercayaimu,” Gumam Rikuto sambil mendorong pisaunya
kedalam
“Tidak adil jika hanya kau yang lari kan? Jadi aku membuatmu tidak bisa bergerak hingga beberapa
lama, Aku harus pergi. Ingat perkataanku tadi,” Kata Rikuto pergi ke belakang untuk mengambil tas
serta blazer dan jakenya.
“Jika seperti ini, Jaket dan blazerku bisa ikut ikutan kotor,” gumam Rikuto sambli memasukkan jaket
dan blazernya kedalam tas.dan meninggalkan tempat itu
---
++Misaki’s POV++
“apa aku terlambat?” gumamku sambil terus berlari. Waktu yang ku butuhkan untuk sampai kesini
cukup banyak karena kecepatan lariku yang lambat dan juga beberapa masalah yang membuatku
sedikit lebih lambat.
Entah kenapa,Aku sangat tidak ingin Kuroyama-kun di keluarkan dari sekolah karena berkelahi.
Walaupun aku masih tidak mengerti tentang apa yang dia pikirkan dan masih menganggap dia
adalah orang yang telah merebut ayah dariku.
“Di mana dia?”
Aku sudah mencari di sekitar Atm selama 10 menit dan belum menemukan apapun. Mungkin dia
sudah meninggalkan tempat ini. jadi, Aku berbalik untuk menghentikan pencarian tapi, Seseorang
dengan kemeja yang sangat kotor dan celana yang berlumur darah berjalan dengan menyeret kaki
kirinya tepat di depanku. Bila aku tidak berhenti, mungkin aku akan di tabrak dan akan menjadi
masalah lain.
“Kuroyama-kun?!”
Apa yang terjadi? Kenapa bajunya sekotor itu? ada apa dengan darah di celananya?
Setelah menyadarinya. Pikiranku langsung penuh dengan pertanyaanku sendiri, karena dorongan
Rasa penasaran, Aku pergi ke tempat di mana dia keluar dengan pakaian yang sangat kotor. Dan.
“Apa apaan?!”
Apa ini mungkin? 4 orang berbadan besar terbaring tidak berdaya dengan luka di kepala dan tangan
yang patah.
---
Apa aku bodoh? Untuk apa aku mengurusinya. Pada akhirnya aku pulang terlambat dan di marahi
oleh ibuku. Usahaku untuk menghentikannya sia sia!. Aku hanya mendapati 4 orang preman yang
terbaring lemah. Dan mereka dengan kondisi lemahnya mengatakan no.4 akan membunuhnya. Apa
apaan itu?
Beberapa hari ini Kuroyama-kun tidak hadir. Bahkan tidak menyerahkan lembar jawaban seperti
yang biasa dia lakukan. Sikapnya langsung membuatku menyesali keputusanku untuk mencoba
menghentikannya saat itu. Tapi, aku masih penasaran terhadap 4 orang preman yang terbaring
lemah, Apa mungkin Kuroyama-kun yang melakukannya? Jika benar, Apa alasannya? Apa itu
sesuatu yang menyangkut masa lalunya? Tapi, salah satu dari orang itu mengatakan bahwa No.4
akan membunuhnya. Siapa sebenaranya orang itu?
“Aku selesai,”
Aku berdiri mengumpulkan jawabanku 10 menit sebelum pelajaran terakhir usai dan pergi ke luar
kelas untuk menyegarkan pikiranku. Aku merasa bodoh telah mengkhawatirkan orang yang sama
sekali tidak peduli pada sekitarnya. Tapi, sekuat apapun aku mencoba untuk melupakan hal yang
berkaitan tentangnya. Aku selalu gagal. Apa aku telah melanggar apa yang ibu perintahkan padaku
malam itu?
“Misaki-chan!”
Terlalu lama melamun, tanpa ku sadari seeorang memanggilku dari tadi dan merangkulku karena
tidak ku respon
“Ada apa? Nana-chan?” tanyaku
“Kau yang ada apa?”
Seperti biasa, Nana adalah salah satu siswa yang selalu mencoba bicara padaku saat bertemu.
Walau, dia sudah pernah merasakan tegasnya ibuku. Tapi, hanya dia yang ingin terus berteman
denganku.
“Tidak ada,” Jawabku singkat
“memikirkan lelaki?” tanya Nana-chan sambil mencubit pipiku
“Bukan begitu!” jawabku sambil melepaskan tangan Nana-chan dari pipiku dan membuang wajahku
“Murid pindahan itu tidak masuk ya?”
“Kenapa tanya ke aku?”
“Reaksi berbeda dengan saat awal dia datang, Sedang bertengkar yaa!?”
“Jangan menggodaku!!,”
++Akari’s POV++
“Ternyata Misaki itu bisa bersikap seperti gadis biasa ya? Dan entah kenapa aku merasa Rikuto
memandang Misaki itu sedikit berbeda,” Gumamku sambil melihat pemandangan di depanku, Misaki
yang bercanda dengan Tadashi Nana, Gadis atlit yang baru pulang dari turnamen dengan membawa
kemenangan.
Setelah berkeliling gedung sekolah selama beberapa hari, Aku menyadari bahwa Rikuto tidak masuk
beberapa hari ini. Apa mungkin ada hubungannya dengan apa yang terjadi saat dia Pergi ke ATM?
Anehnya, aku tidak mendapat apapun saat mencari tahu pada beberapa orang di kelasnya.
Apa dia di keluarkan? Tapi, pihak sekolah tidak mengatakan apapun tentang itu. apa dia masuk
rumah sakit?
‘Hirasawa-san, Apa Rikuto memberimu kabar?’
Pesan yang datang dari kuroyama-san menandakan kalau Rikuto tidak di rawat. Karena, Jika dia ada
di rumah sakit, Maka Kuroyama-san lah yang lebih mengetahuinya
‘apa kau tidak mencoba datang ke rumahnya?’
Sebenarnya, Aku bisa saja pergi ke rumahnya untuk mencari tahu. Tapi, Entah kenapa aku merasa
sungkan untuk pergi kesana beberapa hari ini. Mungkin karena Rikuto adalah orang yang unik yang
memiliki sisi yang sama sepertiku.
‘Kau di mana? Mau bolos satu minggu?’
Aku sudah mengirim 7 pesan dari hari senin. Bukan karena aku mengkhawatirkannya atau apa. Aku
hanya tidak ingin dia bermasalah di tahun pertama sekolah. tapi, berapapun Email yang ku kirim
padanya. Dia hanya akan membalas pesan yang terakhir sampai padanya.
--
“Aku pulang duluan, Akari-Chan,”
Tanpa ku sadari, seluruh latihan hari ini sudah berakhir. Seperti biasanya, Aku dan ‘teman’ku selalu
saling berpamitan saat akan pulang terlebih dahulu. Walau pertemanan itu hanya ku gunakan untuk
mencari informasi yang ada. Karena pekerjaanku yang seperti ini, Aku harus bisa berpura pura
berteman dengan orang dan mendapat informasi darinya.
Begitu juga dengan pertemuanku dengan Rikuto adalah sesuatu yang sudah di rencanakan oleh
klienku. Tapi, Entah kenapa , Ia bisa membuatku tertarik padanya bahkan setelah mengetahui
beberapa hal tentangnya. Bahkan aku nekat untuk berbohong pada klien bahwa aku belum
mendapat apapun.
Sikapnya yang bisa berubah saat berbicara dengan orang tertentu mirip sepertiku. Tapi, dia
melakukannya dengan sempurna. Dia juga sangat mudah bergaul dengan orang lain. Meski begitu,
Aku merasa dia seperti Menahan sesuatu yang berat tanpa ada usaha untuk melawan. Karena,
Bahkan dia sudah kehilangan Ambisinya. Dan hanya berkeinginan untuk hidup dengan tenang.
“Akari-Chan, Bisa kenalkanku dengan Rikuto-kun,?”
Di tengah lamunanku, Seorang ‘Teman' bertanya padaku. Mendengar pertanyaannya. Aku merasa
kesal. Apa apaan dia? Memanggilnya dengan namanya? Aku saja butuh waktu untuk membuatnya
memanggiku dengan namaku dan menyetujuiku memanggil namanya.
“Kenapa kau tidak langsung bicara padanya?” Aku balik bertanya tanpa menolehkan wajahku
darinya
“Dia jarang terlihat. jadi, Aku tidak bisa mendekatinya. Sekalinya terlihat. dia selalu bersama teman
temannya,”
Aku menahan tawa mendengar jawabannya. Rikuto memang tidak terlalu suka hadir di kerumunan
orang. Dan selalu memilih tempat yang paling tenang. Dan juga, Aku tidak yakin mereka adalah
temannya. Pasti itu hanyalah Rekan pelengkap saja.
“terus, Kenapa harus aku?” tanyaku
“Kau kan dekat dengannya. Kau rekan kerja sambilannya kan?”
Kau pikir hanya rekan kerja membuatku dekat dengannya? Yang dia lakukan hanya menyelesaikan
pekerjaannya secepat mungkin dan tidak berkata apapun. Bahkan, Aku sering tertinggal olehnya
yang selalu mengetik dengan sangat cepat. Dan saat di protes dia berkata ‘Jika kau menjadi rekan
kerjaku. Kau harus bisa mengikuti kecepatan pekerjaanku. Jika kau tidak suka dengan pekerjaanku
yang cepat. Carilah rekan lain’
“Aku tidak terlalu dekat dengannya,” jawabku setelah beberapa lama terdiam. Setelah mendengar
jawabanku. Tiba-tiba, Dia tertawa tanpa sebab. Aku hanya menatap heran padanya
“Kau tidak ingin dia direbut dar mu ya?”
“Hah? Apa maksudmu?” tanyaku sambil mengalihkan pandanganku
“Kau benar benar lucu, Kalau begitu. Aku pulang duluan Akari-chan!”
Ya ampun, Aku sudah bertemu beberapa orang bodoh hari ini. Kenapa aku harus di gosipkan seperti
aku sangat dekat dengannya. Mereka hanya salah paham, Aku mendekatinya bukan karena ingin
dekat dengannya. Tapi, karena pekerjaanku yang mengharuskannya.
Hari ini sangat melelahkan. Panasnya musim panas yang baru datang ini membuatku sedikit tidak
bersemangat melakukan apapun. Dan juga, Pekerjaan yang harus di kerjakan pun tertunda karena
Rikuto tidak hadir. Dalam perjalanan pulang, Ponselku tiba tiba berdering
‘Hirasawa-san. Kau tidak perlu khawatir soal Rikuto, Saat aku kesana dia masih bisa makan sendiri
dan kondisinya tidak terlalu menyedihkan. Oh , ya. Kau tidak perlu repot datang kesini’