Happiness In An Unfair World. Chapter 11 - Aikido Club

Diposting oleh Label: di
“Ada apa?” tanya Rikuto saat sudah memasuki Ruang klub Aikido pada istirahat makan siang. Tapi,
bukannya jawaban. Seseorag berlari ke arah Rikuto dari samping dengan mengarahkan sebuah
pedang kayu. Rikuto yang baru menyadarinya melompat kebelakang dan menghindari orang yang
terus menyerang Rikuto dengan pedang kayunya. Sepertinya orang itu memang sudah terlatih.
Karena Rikuto terlihat cukup kesulitan menghadapi serangannya. Itu terlihat dari Rikuto yang hanya
terus menghindari serangan orang itu.
“Bagaimana jika seperti ini?” gumam Orang itu sambil menyerang Rikuto dengan sedikit lebih cepat
dan mengarahkan serangannya ke kepala Rikuto tapi, Rikuto melompat dan menendang tangan
orang yang memegang pedang kayu yang di arahkan padanya sehingga pedang itu terlempar ke atas.
Setelah menangkapnya, Rikuto mengarahkan pedang kayu itu ke kepala orang yang menyerangnya
dan mengunci orang itu agar tidak bisa bergerak
“Apa maksudnya ini?” tanya Rikuto
“Kenapa kau tidak kelelahan? Padahal kau hanya menghindar dari tadi?” tanya orang yang
menyerang Rikuto. Saat ini, dia sedang tiarap dengan tangan yang di kunci oleh Rikuto.
“Itu karena kau selalu mengikuti kemana aku menghindar,” Jawab Rikuto sambil melepaskan orang
tersebut
“Jadi, ada apa” tanya Rikuto
“Sebelumnya, Aku akan memperkenalkan diriku . Aku adalah Shinosuke Ushio, ketua Klub aikido,
dari kelas 2-4”
“Kuroyama Rikuto, kelas 1-5,”
“Aku sudah tahu tentangmu, Karena itu aku memintamu untuk membantuku,”
“Membantu?” tanya Rikuto. Ushio mengambil sesuatu dari sakunya dan menunjukkan sebuah foto
pada Rikuto
“!?”
Rikuto terkejut. Foto itu adalah fotonya saat sedang mengambil kembali barang curian dari pencuri.
Tapi, foto itu di ambil saat Rikuto menusukkan pisau tepat di samping pencuri dengan tanpa ekspresi
dan mata yang dingin
“Apa maumu? Apa kau mencoba memerasku dengan gambar itu?” tanya Rikuto mulai serius
“dengarkan dulu ceritaku,”
“Aku akan ikut turnamen pada hari ke 4 Libur Musim panas. Tapi, orang yang ku kirimkan untuk
mengikuti turnamen di serang oleh beberapa orang dan membuat tangan dan kakinya patah. Bukan
hanya itu, dia juga trauma dan tidak mau untuk ikut turnamen,”
“Lalu, Apa urusannya denganku?” tanya Rikuto
“Kumohon bantu klub kami!” Ushio memohon pada Rikuto dengan menundukkan kepalanya
“Kenapa harus aku? Bukankah kau juga seorang yang kompeten?”
“Itu karena ini permintaan langsung dari orang yang memerintahkan preman untuk memukuli
temanku yang akan ikut dalam Turnamen. Dan menyerahkan foto ini padaku kemarin sebagai syarat
agar tidak ada lagi siswa SMA ini yang dia sakiti,”
“Tidak ada lagi?” tanya Rikuto heran
“Sudah beberapa siswa yang di pukulinya karena tidak mau memberikan uang. Bahkan kelompok
dari klub aikido yang ku minta untuk menghentikannya juga kalah dari orang itu,”
“Jadi, Aku mohon!. Bantu Klub kami dengan Ikut turnamen itu!” Sekali lagi, Ushio menunduk
“Aku tidak suka melakukan pekerjaan tanpa bayaran. Dan juga, bukankah orang selain anggota klub
tidak bisa ikut turnamen sebuah Klub?” tanya Rikuto
“Kau bisa masuk ke Klub ini dan keluar saat musim panas berakhir. Sebagai gantinya, Aku akan
memberikanmu informasi atau apapun yang kau mau” Mendengar jawaban dari Ushio, Rikuto
tersenyum.
“Baiklah,”
“Benarka__”
“Aku hanya harus memenangkannya kan?”
“Iya,”
“dan Aku bisa melakukannya dengan cara apapun kan?” tanya Rikuto lagi
“Tentu!”
“Sepertinya Waktu istirahat hampir habis, Aku akan kembali saat pelajaran usai. Tapi, jika aku tidak
datang, menyerahlah untuk memintaku,”
Rikuto merapihkan Rambutnya yang sudah sedikit berantakan karena mendadak di serang oleh
Ushio.
“Ini formulirnya. Dan juga, Foto yang tadi ku serahkan saja padamu,”
Setelah menerima foto dan formulir dari Ushio, Rikuto berjalan kembali ke kelasnya. Tapi, sebelum
sampai kelas, Rikuto merobek foto yang diberikan oleh Ushio dan membuangnya ke tempat sampah
“Terasa seperti aku kembali saat seperti dulu. Menerima permintaan hanya karena menginginkan
sesuatu,” Gumam Rikuto sambil berjalan kembali ke kelas.
“Yo. Rikuto,”
“Ada apa?”
DI depan kelas, Akari berdiri di depan pintu belakang kelas dan sepertinya dia sudah menunggu
beberapa lama di sana
“Bagaimana Klub Aikido?” tanya Akari
“Jaringanmu benar benar luas ya. Inform__”
Sebelum Rikuto mengatakannya. Akari menutup mulut Rikuto dengan tangannya dan wajahnya
terlihat panik. Karena gerakan Akari yang tiba tiba, beberapa siswa mengalihkan pandangannya pada
mereka berdua. Karena panik, Akari menarik Rikuto pergi dari kerumunan orang yang
memperhatikan mereka.
“ada apa dengan mereka berdua? Berisik tahu,” gumam Misaki kesal saat melihat Akari tiba tiba
menutup Mulut Rikuto dengan tangannya. Tapi, sepertinya. Yang membuat Misaki kesal bukan
karena masalah mereka yang belum selesai hingga beberapa hari ini.
“Apa apaan sih?” tanya Rikuto sambil memegangi mulutnya.
“Kau bego ya?” Akari balas bertanya
“Apanya?”
“Di sekolah ini, Ga ada yang tau kalo aku itu Informan atau jurnalis, Soal pekerjaan kita aku hanya
menjelaskan kalau itu sekedar pekerjaan sampingan,” Jelas Akari.
“Hm, kalau begitu aku kembali ke kelas,”
Karena merasa hal yang perlu di bicarakan telah selesai, Rikuto meninggalkan akari untuk pergi ke
kelas tapi,
“Kau yakin akan menerima tawaran dari klub aikido?” tanya Akari sambil menahan tangan Rikuto
“Mungkin. Lagipula, mungkin dengan ini bisa mempermudahku melupakan Masalah dengan Misaki,”
“Tapi, Kenapa kau minta bayaran?” tanya Akari.
“Aku tidak bisa bekerja tanpa di beri imbalan walau sedikit. Kecuali itu merupakan kemauanku
sendiri,” jawab Rikuto sambil bersandar di dinding
“Benar benar seperti dirimu ya?” gumam Akari
“Jadi, Apa yang akan kau lakukan?” lanjutnya
“Entahlah. Mungkin yang bisa ku lakukan hanya memenangkannya. Tapi, aku tidak suka cara
mereka”
“Ada apa dengan cara mereka?”
“Memang benar,Menyudutkan atau Melakukan sesuatu yang bisa menurunkan semangat itu bisa di
anggap strategi. Tapi, Mereka melaukan hal itu hingga orang yang akan menjadi lawannya itu
terluka. Bahkan sampai punya trauma itu merupakan tindakan yang tidak sportif dalam sebuah
kompetisi,”
“Jadi?”
“Aku mungkin akan membuat orang yang melukai orang yang akan menjadi lawannya memperoleh
luka yang sama,”
Mendengar jawaban Rikuto, Akari menepukkan tangannya seolah dia sedang mendengarkan orasi
dari pejabat.
“Apa sih?”
“Padahal sekedar mengalahkannya sudah cukup?” tanya Akari setelah menghentikan tepukan
tangannya
“Aku adalah orang yang percaya dengan pertukaran setara. apa yang di lakukan akan mendapat
balasan yang setimpal walau tidak sama. Tapi, sebuah kejahatan harus di balas dengan hal yang
sama,”
“Itu seperti perkataan dari si N___”
“Bel sudah berbunyi, Aku pergi ke kelas,”
Tanpa menunggu jawaban Akari, Rikuto pergi ke kelas.
“Aku tahu kok. Siapa kau sebelum jadi Rikuto,”
Rikuto tidak menghiraukan perkataan Akari dan terus pergi berjalan ke kelasnya. Di kelas, seluruh
siswa sedang berbincang dengan teman temannya. Dan seperti biasa, Misaki menjadi satu satunya
orang yang sendirian di tempat duduk paling depan.
“Yo. Riku,” Sapa Takaki yang sedang membaca buku
“Yo, Takaki,” Balas Rikuto sambil duduk di tempatnya dan membuka sebuah buku yang baru dia
pinjam dari perpustakaan. Beberapa waktu ini, Rikuto belum melihat Misaki dari dekat, Karena, dia
Memilih masuk kelas lewat pintu belakang dan keluar kelas juga lewat pintu belakang. Dan mereka
juga belum bicara sepatah katapun hari ini. Selain karena Rikuto yang malas membuka topik
pembicaraan, Juga Misaki yang sepertinya memang tidak ingin bicara dengan Rikuto
“Baik, Anak Anak, Duduklah!”
Seorang sensei Masuk ke kelas untuk memulai pelajaran setelah jam Istirahat. Beberapa murid yang
awalnya terlihat Lesu sebelum istirahat makan siang. Kini mereka terlihat lebih bersemangat karena
sudah mengisi tenanga Mereka
“Ujian Akan di adakan beberapa Minggu lagi. Jadi, bersiaplah. Karena yang tidak lulus akan
mengikuti kelas Musim panas sampai Mereka bisa mendapat nilai yang melebihi batas Minimal,”
“Tidak mungkin!” Seru seluruh siswa, Ujian akhir memang sesuatu yang di takutkan para Siswa
karena jika mereka gagal, Konsekuensinya mereka tidak akan bisa Libur karena harus mengikuti
remedial tapi, Jika mereka menginginkan libur, mereka juga harus mengikuti ujian tersebut dengan serius.
“Riku, Kau bisa bahasa inggriskan?” tanya seorang dari sebelah tempat duduk Takaki, Takeshi
“Sedikit,” Jawab Rikuto singkat
“Bisa kau ajari Aku?”
“tentu.” Jawab Rikuto dengan Ramah. Di sisi berbeda, Misaki sedang memandang ke arah Rikuto
yang berbincang dengan teman temannya dengan tatapan sinis. Seakan dia membenci keadaan itu.
Rikuto yang menyadari tatapan Misaki tampaknya tidak memperdulikannya. Wajah palsu yang di
buat Rikuto saat ini sudah benar benar terlihat nyata. Jika mereka di tanya tentang Rikuto jawaban
mereka akan sama yaitu Rikuto ramah dan Mudah bergaul. Dan juga pendiam. Karena Rikuto
memang tidak pernah banyak bicara ketika berkumpul dengan mereka.
---
Jam pelajaran telah usai, Para siswa mulai meninggalkan kelas dan pergi ke Ruangan Klub masing
masing. Bahkan Rikuto segera meninggalkan kelas saat bel berbunyi. Sehingga yang berada di kelas
hanya Misaki seorang.
“hari ku kembali seperti semula kan?” gumam Misaki sambil membuka buku bacaannya
Di lorong menuju Ruang Klub Aikido, Rikuto berjalan dengan sedikit lebih cepat. Namun, dia belum
menetapkan pilihan di hatinya apakah dia akan ikut membantu atau menolaknya. Meski begitu,
Rikuto tidak bisa membiarkan ada tindakan sebelum kompetisi yang melukai peserta yang di lakukan
oleh peserta lain.
“Permisi,”
Karena terlanjur ada di depan Ruangan klub, Rikuto akhirnya memilih untuk menyetujuinya dan
mencoba membuat kesibukan yang akan datang sebagai cara untuk melupakan Masalah yang terjadi
antara dia dan Misaki
“Kau datang, Kuroyama-kun,”
“Senpai, formulirnya sudah ku lengkapi,” Rikuto memberi selembar kertas formulir yang di berikan
tadi pagi.
“Kalau begitu. Kita akan melewati tes,”
“Tes?” tanya Rikuto heran
“Ya, Meskipun aku memintamu, Aku tetap harus melakukan tes agar bisa mengukur kemampuanmu
dan menentukan kedepannya,”
Seorang menggunakan seragam memasuki Ruang klub, dengan tubuh yang lebih tinggi dari Rikuto
dan badan yang sedikit lebih besar dari rikuto
“Dia adalah Murasaki Aoi, anak kelas 3-1 yang memenangkan kompetisi tahun lalu. Tapi, tahun ini,
yang harus mengikuti turnamen hanya siswa dari kelas 1 atau 2,” jelas Ushio, Rikuto mengangguk
tanda mengerti.
“Apa yang harus ku lakukan?” tanya Rikuto
“Aku akan melatih tandingmu, Jika kau bisa menahanku 30 detik. Kau akan ku anggap sangat layak
untuk ikut turnamen menggantikannya.” Kata Aoi yang sudah mengganti pakaiannya dengan
seragam olahraga
“Orang yang sebelum aku bagaimana?” tanya Rikuto
“dia bisa menahanku selama 25 detik,” jawab Aoi sambil mengangkat sebuah matras
“Aku tidak perlu matras,”
“Kenapa?” tanya Ushio
“Matras di perlukan agar kau tidak sakit saat terbanting,” lanjutnya.
“justru menggunakan matras hanya akan merepotkan,”
“Baiklah, jangan salahkan aku atas apa yang terjadi ya!” Aoi sepertinya kesal mendengar Rikuto
mengatakan kalau matras hanya akan merepotkannya.
“Bisa di mulai?” tanya Ushio
“Sebentar,” Rikuto mengangkat tangan
“ada apa kuroyama-kun?”
“Murasaki-senpai, Kau tadi bilang menahan seranganmu dalam 30 detik. Tapi, jika aku bisa
menghentikan gerakanmu, bagaimana?” tanya Rikuto
“Sepertinya kau sombong sekali ya?”
“tidak juga, Aku hanya ingin membuatmu mempertimbangkan skenario terburuknya,” jawab Rikuto
sambl melepas blazernya
“Aku sudah siap,” kata Rikuto setelah melepas blazernya, saat ini. Dia masih menggunakan celana
sekolah dan baju kemeja yang di masukkan kedalam celana panjangnya. Tentunya itu membuat
Ushio dan Aoi terdiam
“Pakai baju olahraga saja,” kata Ushio menyarankan,
“Mulai saja. Merepotkan jika harus mengganti baju olahraga. Dan juga, Murasaki-senpai, Aku tidak
akan menyerang duluan, Jadi kau boleh menyerangku,”
“Jangan Sombong junior!”
Aoi yang sepertinya termakan emosi berlari ke arah Rikuto. Seperti yang di harapkan dari juara
tahun lalu, Kecepatan larinya sangat cepat. Tapi,
“Tidak mungkin kan?” gumam Aoi saat menyadari Rikuto bisa menahan serangan cepatnya. Tapi
bukannya mengambil kesempatan untuk menyerang balik, Rikuto malah melompat ke belakang
untuk memperlebar jarak. Karena merasa tidak terancam. Aoi menyerang Rikuto kemanapun arah
Rikuto menghindar
“seperti yang tadi? Ini sudah 30 detik,” gumamUshio. Sepertinya, Rikuto memang tidak berniat
untuk menyerang dan hanya menghindar sambil menghitung waktu. Karena merasa waktu sudah
melebihi 30 detik, Rikuto menahan pukulan Aoi dengan kedua tangannya hingga dia terseret ke
belakang beberapa sentimeter.
“Sudah 30 menit senpai,” ucap Ushio setelah mereka berdua berhenti.
“Cih,”
“Kalau begitu, Boleh aku pulang?” tanya Rikuto
“Kita lanjutkan yang tadi, Kau boleh pulang saat kau bisa menghentikan gerakanku. Ini latihan
pertamamu!” jawab Aoi mencegah Rikuto mengambil blazernya.
“huh. Cepatlah,”
Mendegar reaksi malas Rikuto, Aoi langsung berlari untuk menyerang Rikuto.
“Merepotkan. Inilah kenapa aku harus mempersiapkan skenario terburuknya,” gumam Rikuto sambil
melihat Aoi yang berlari ke arahnya. Dan mempersiapkan dirinya
“Apa?!”
Tanpa membuat banyak pergerakan, Rikuto menangkap pukulan Aoi sambil membalik badannya dan
menendang ke belakang untuk membanting Aoi. Setelah Aoi jatuh, Rikuto menggunakan kakinya
untuk menahan agar Aoi tidak bangun lagi
“Aku kalah sekali serang?” tanya Aoi tidak percaya. Setelah Aoi ,Menyerah, Rikuto melepaskan Aoi
dan pergi begitu saja.
“Siapa dia sebenarnya?” tanya Aoi heran
“Sebenarnya, Orang yang meminta kuroyama-kun untuk ikut menggantikan perwakilan yang
kemarin adalah lawan dari salah satu sekolah lain,” Jawab Ushio jujur
“Apa? Permintaan lawan?!” kata Aoi heran. Dalam dunia kompetisi para peserta yang memilihkan
perwakilan untuk lawannya sangat jarang. Karena. Rata rata. Mereka berharap lawannya
mengirimkan orang yang lemah agar bisa menang. Tapi, ada juga yang hanya berniat untuk
bersenang senang dengan lawan yang kuat
---
“Ini Air,”
Saat keluar ruangan Klub, Rikuto di kagetkan oleh Akari yang sudah berada di depan Ruang klub
dengan membawa 1 botol Air mineral dan melemparkannya ke arah Rikuto.
“Ada apa?” tanya Rikuto
“Apa salah melihat Rekan kerjaku dalam kegiatan klub?” tanya Akarisambil memperhatikan Rikuto
yang sedang membuka botol air mineral yang telah dia minum sedikit.
“jadi kau mengintip?” tanya Rikuto sambil menenggak Air mineral yang diberikan padanya
“Itu sudah ku minum sedikit,”
“Hm,”
“Kau tidak bergeming?” tanya Akariterkejut. Reaksi Rikuto yang tetap tenang walau di beri tahu
bahwa air itu sudah di minumnya sedikit
“Memang kenapa?” tanya Rikuto sambil memakai jaketnya
“Lupakan, Oh ya, Apa kau baik baik saja dengan jaket itu?” tanya Akari
“Karena aku tahu aku akan kedinginan makanya aku akan pulang sebelum hari semakin gelap,”
Karena merasa udara semakin dingin. Rikuto meninggalkan Akari yang masih sibuk dengan
ponselnya.
“Rikuto, Kenapa kau tidak beli mantel yang sedikit lebih tebal? Aku yakin kau memiliki uang?” tanya
Akari
“Aku tidak biasa pergi ke toko untuk membeli baju, Jaket ini saja aku beli saat Rekan sekelasku saat
SMP mengadakan event pembuatan Jaket untuk kelulusan,”
“Kau bahkan mengatakannya Rekan? Hahahaha,”
“Kenapa tertawa?” tanya Rikuto
“Orang normal akan menyebut penghuni kelas adalah Teman. Sedangkan kau menyebutnya Rekan.
Tapi, meski kau berkata begitu kau tetap membaurkan dirimu kan?”
“Itu bukan urusanmu kan? Dan juga, Arah pulang kita berbeda,”
Rikuto berjalan sedikit lebih cepat saat sudah sampai pintu gerbang sekolah dan meninggalkan Akari
yang memang berbeda arah saat pulang dengannya.
“Kupikir dengan kegiatan Klub, Aku akan bisa melupakan soal Masalah itu,” gumam Rikuto sambil
mengambil sebuah buku dari tasnya dan mulai membaca dengan tenang. Seperti itulah kehidupan
sekolah yang di inginkan Rikuto. Hidup tenang tanpa di ganggu oleh masalah apapun dan membaur
dengan orang lain ketika memang dia harus melakukan sesuatu bersama orang lain. Dengan
kegiatan singkat dalam klub tadi, sudah sangat membantu Rikuto melupakan Masalahnya sejenak.
Tapi,
“Aku lupa?”
Rikuto menghentikan langkahnya dan memikirkan sesuatu. Sepertinya dia melupakan sebuah hal
penting. Melanjutkan permintaan Jun. Karena, jika permintaannya belum bisa di selesaikan, Dia akan
terus Membebankan tugas sekretaris pengganti pada Rikuto.
“Tapi, Tugas sebagai Sekretaris pengganti juga tidak buruk,”
Setelah memikirkan beberapa hal, Rikuto kembali berjalan pulang. Di belakangnya, Seorang gadis
sedang berjalan mengikutinya. Bukan, tapi bisa di bilang arah pulang mereka sama. Dia adalah
Misaki, orang yang sudah di kabarkan di tolak oleh Rikuto. Saat ini terpaksa berjalan di belakangnya.
“Kenapa nasibku harus seperti ini?” gumam Misaki.
Misaki menjaga jarak dengan Rikuto beberapa meter agar kehadirannya tidak di sadari. Tapi,
perasaannya yang tidak tenang malah membuatnya seperti sedang bersiap untuk menyerang Rikuto
dari belakang. Rikuto yang berjalan 2 meter di depanya dengan mudah menyadari kehadiran orang
di belakangnya yang sedang mengikuti. Karena Reflek, Rikuto dengan cepat membalikkan badannya
seolah dia sedang menghadapi stalker atau yang semacamnya.
“Siapa!?”
Posting Komentar

Back to Top