“Hasil Latihan Mingguan Kuroyama-san mengejutkan ya!”
“Tidak di sangka dia bisa hampir menyusul Anggota Takaki-kun,”
“Tapi, Apa dia tidak melakukan kecurangan?”
“Kalau masalah Peringkat 4. Apa kau tahu legenda di internet. Sang No.4?”
“Jika di ingat, Harusnya sang No.4 sudah berada di umur seperti kita kan?”
Belum ada beberapa hari, Kabar sudah menyebar. Berbagai rumor tentang Rikuto yang baru masuk
tiba tiba meraih nilai tinggi. Tapi, peringkat Rikuto membuat legenda tentang No.4 lahir kembali, Itu
adalah legenda tentang seorang anak yang masih sangat muda yang terkenal karena fotonya saat
sedang memukul petugas keamanan di unggah ke internet. Beserta video tentang keributan yang
disebabkannya. Tapi, Saat dirinya sedang dalam kondisi terkenal, No.4 mengundurkan diri dari
organisasi yang di ikutinya. Dan dia sedang di cari cari oleh anggota lainnya. Sementara tidak ada
kabar tentang kepergiannya.
DI hari Rabu, Rikuto yang sudah terbiasa berangkat bersamaan dengan para siswa lain berangkat
dari rumahnya. Tanpa menaruh beban apapun di punggungnya, Ia berjalan dengan sangat tenang.
“Selamat pagi,”
“Pagi,”
Seperti Biasa, Dia selalu membalas siapapun yang memberinya Sapaan di pagi hari. Walaupun dia
tidak kenal dengan orang tersebut. Tapi, Walau berjalan bersamaan dengan para siswa Lain, Rikuto
berjalan dengan kecepatan langkah kakinya sendiri, Tanpa ada yang menahan langkah kakinya.
“Selamat Pagi, Rikuto,”
“Pagi..., Akari?”
Rikuto terheran. Harusnya Akari tidak melewati Rute ini ketika dia pergi ke sekolah karena ada jalan
pintas dari Stasiun ke Sekolah.
“Apa kau sangat terkejut?”
“Tidak juga,”
“Setelah pulang sekolah, Kita akan melanjutkan pekerjaan dari Perusahaan. Kau bawa Laptop kan?”
tanya Akari memastikan. Sejak kemarin, Rikuto sudah mulai mengerjakan pekerjaan yang di berikan
oleh Jun. Meskipun itu karena paksaan dari Akari
“Tenang aja,” Jawab Rikuto yang menginginkan Akari segera meninggalkannya
Di belakang Rikuto, Seorang diri, Misaki berjalan dengan memperhatikan Mereka berdua, Mereka
terlihat dekat. Meski begitu, Rikuto juga tidak memainkan Sandiwara Senyum palsu pada Akari.
“Hey hey, Sejak kapan anak itu berangkat sekolah dengan tenang seperti itu?”
“apa kau ingat saat ibunya datang ke sekolah karena Ada klub yang tidak menerimanya Masuk.
Menjijikan,”
Meski ini pagi yang damai. Tapi, bagi Misaki ini tidak lebih dari Neraka. Tidak ada habisnya dia di
bicarakan seperti itu. Diberi pandangan menjijikan tentang kejadian 1 bulan sebelum Rikuto datang
sebagai siswa baru.
“Aku harus kuat. Aku sudah memutuskan untuk berubah,” Gumam Misaki sambil terus berjalan di
belakang Rikuto dan Akari.
“Selamat Pagi, Misaki,”
“Pagi, Takaki-Kun,”
Orang yang pertama menyapa Misaki pagi ini adalah Takaki, Bukan karena apa apa. Tapi, Karena dia
adalah ketua kelas dan juga anggota Osis. Jadi, dia harus selalu Netral dalam apapun. Dan Misaki
tidak pernah menganggap itu spesial. Tapi, Karena membalas Sapaan Takaki, Beberapa siswa yang
sepertinya merupakan penggemar Takaki memandang tidak suka pada Misaki
Beberapa Hari ini, Rikuto hanya bicara seperlunya pada Misaki. Entah karena dia sudah mendapat
pekerjaan sambilan Ataupun karena dia menghindarinya. Misaki masih belum mengetahuinya. Tapi,
Dia berusaha menjalani harinya seperti biasa
.
Setelah menahan diri karena mendengar Ejekan dari Siswi Lain, Akhirnya Misaki sampai di sekolah.
Setidaknya dia bisa bertemu dengan teman terbaiknya. Nana.
“Pagi, Misaki-san,”
Misaki terdiam. Tidak diduga, Rikuto memberi sapaan selamat pagi pada Misaki, Meskipun tanpa
senyum ataupun dengan nada yang datar. Misaki lebih senang daripada mendapaat sapaan dengan
wajah yang dibuatnya.
“Pagi, Rikuto-Kun”
Setelah memastikan Rikuto sudah pergi ke kelas lebih dahulu. Misaki mengumpulkan keberanian
untuk membuka Lokernya.
‘MATILAH’
‘JANGAN DEKATI ANAK BARU’
Seperti biasanya. Ada banyak surat ancaman. Atau lebih tepatnya, Kutukan di Loker Misaki. Tapi,
Karena sudah biasa, Misaki hanya membuangnya di tempat sampah dan pergi ke kelas.
Keadaan kelas saat Rikuto masuk sangat sepi. Padahal, Waktu masuk hanya sekitar 15 Menit lagi,
tapi, para siswa tidak terlihat ada di kelas. Tanpa memusingkan keadaan kelas, Rikuto duduk di
tempatnya. Dan meletakkan kepalanya di atas tas yang di buat seperti bantalnya.
*Klikk
Menyadari ada bunyi seperti benda plastik pecah. Rikuto kembali menegakkan duduknya dan
membuka tasnya. Dia mendapati tutup tempat baterai Laptopnya pecah. Karena terlalu asik
menyandarkan kepalanya pada tasnya. Dia lupa bahwa dirinya sedang membawa Laptop.
“sepertinya aku harus mengerjakannya di kelas. Jika seperti ini Laptopku hanya berfungsi saat
sedang di Charge. Terlebih, tidak ada yang menjual komponennya di tempat ini,” Gumam Rikuto
sambil menghembuskan nafas berat.
*DUGG
--
Setelah menmperhatikan keadaan dan memastikan tidak ada yang melihat. Misaki membuang surat
Kutukan itu ke tempat sampah dan berniat pergi ke kelas sebelum bertemu dengan orang lain. Tapi,
Dia tidak tahu apa yang di rencanakan oleh Senpai yang sangat membencinya. Saat dia sedang
berjalan ke kelas, Seseorang menendang bola ke kakinya dan membuatnya jatuh hingga
menimbulkan suara yang cukup keras.
“aduh..”
Saat Misaki sedang merintih kesakitan, Anak anak yang bersembunyi di ruang kelas terdekat dari
tempat Misaki terjatuh keluar dengan tawanya. Beberapa orang juga ada yang hanya melihat Misaki
yang terjatuh.
Saat Misaki akan bangun, Sebuah bola di lemparkan ke arah punggungnya dan mengenainya
sehingga dia terjatuh kembali.Saat itulah beberapa senpai dari kelas 3 mendatanginya. Sebuah
pembullyan yang biasanya tertutup sekarang menjadi terang terangan.
“Bagaimana? Sudah tahu akibat dari kesombonganmu?” tanya Salah satu senpai sambil tertawa. Dan
beberapa siswa juga menertawakannya. Misaki saat ini hanya bisa diam dan menunduk seolah sudah
biasa mengalami hal seperti ini.
Misaki memperhatikan seluruh siswa yang menontonnya. Dan berharap dia bisa ke kelas sebelum
Rikuto melihatnya seperti ini. Tapi, Harapanya hilang saat melihat Rikuto bersandar di dinding dan
hanya melirik ke arahnya.
“benar juga ya. Dia sudah membuang emosinya. Jadi, dia hanya akan melihatnya saja.” Batin Misaki
sambil merapihkan bajunya yang kotor dengan tangannya
“Apa kau akan meminta maaf atas perlakuan ibumu pada temanku?” tanya Senpai yang sepertinya
pemimpin dari orang yang membully Misaki. Misaki hanya diam. Dia memperhatikan Reaksi Rikuto
yang berubah saat senpai membicarakan masalah ibu Misaki. Dari bersandar jadi berdiri tegak dan
mengangkat Ponselnya
“Jawab!”
“Dia menghubungi siapa?” Batin Misaki tanpa memperdulikan perkataan dari Senpainya. Karena
kesal. Senpai itu menarik Rambut Misaki dengan kasar. Terlihat Takaki yang sudah mulai merasa
perlakuan mereka keterlaluan berniat menghentikan hal itu dengan menggunakan Nama Osis. Tapi,
tangannya di tahan oleh Rikuto yang sedang mengetik sesuatu dari ponselnya
“Kenapa dia mencegah Takaki?” Batin Misaki sambil menahan sakit. Setelah Takaki tenang, Rikuto
memandang ke arah Misaki, Bukan. Senpai yang memegang Rambut Misaki dan Tersenyum. Misaki
terkejut melihat senyum Rikuto. Senyum yang berbeda dari biasanya yang hanya berperan seperti
topeng. Senyuman ini terlihat sangat kejam. Seperti saat seseorang sudah pasti merasa menang dari
lawannya 100%.
“Apa yang membuatnya tersenyum seperti itu?” Gumam Misaki.
“Sudah kubilang Jawab Aku kan!!” Senpai yang kehilangan kehilangan kesabaran menggerakkan
tangannya hendak menampar Misaki tapi.
“Cukup!!”
Seluruh Murid terkejut. Melihat seseorang dengan kacamata dan memakai Seragam sekolah seperti
murid biasa Ternyata seorang Guru olahraga yang sangat terkenal dengan kekejamannya
menghadapi pelanggaran apapun dari muridnya.
Bahkan Misaki sendiri terkejut dengan datangnya guru yang tidak di sangka akan berpakaian seperti
murid untuk menangani Masalah ini. Postur tubuhnya yang tidak lebih tinggi dari Rikuto memang
terlihat seperti murid. Terlebih di umurnya yang masih 20 tahunan. Tapi, dia merupakan
Pembimbing Klub Aikido di sekolah.
“Itou. Harap ikut ke ruang Pembinaan. Beserta 2 orang temanmu,”
Setelah menyampaikan itu, Guru olahraga pergi dari kerumunan itu. Sekarang Misaki mengerti
kenapa Rikuto tersenyum. Dia tidak berniat menolong karena itu bukan urusannya. Tapi, melakukan
sesuatu dengan ponselnya untuk memberitahu pada Guru.
“aku akan berterimakasih pada Kuroyama-kun” Batin Misaki sambil berjalan ke kelas. Saat di depan
Pintu kelas, Misaki melihat Rikuto sedang duduk di bangkunya. Dengan semangat dia melangkah
masuk ke kelas. Tapi,
“Kau memberitahukanna pada Sensei?”
Tepat di sebelah Rikuto, Akari sedang duduk di meja Rikuto. Misaki yang mendapati mereka sedang
berbincang hanya bisa memperhatikan hingga saat yang tepat.
“Aku hanya mengecek Jam di ponselku. Aku yakin suara jatuh yang cukup keras akan membutuhkan
sekitar 20 menit untuk di datangi sensei. Terlebih, para siswa tidak ada di kelas membuat
perhitunganku semakin tepat,”
“Dia tidak menghubungi guru?” Batin Misaki yang sedang mendengarkan pembicaraan Mereka
“Lalu, Kenapa kau tidak menghentikannya? Kemungkinan itu kan belum tentu,”
“Itu bukan urusanku. Meski begitu, Saat mereka membicarakan tentang orang tua. Aku akui aku
cukup kesal,”
“Hmm. Kalau begitu, Kenapa kau tahu Kanase-Sensei Akan datang dengan seragam siswa?”
“Aku tidak tahu, Makanya aku merasa mereka bertiga pasti tertangkap dan bisa merasa lega,”
Misaki terdiam. Ternyata Rikuto tidak melakukan apapun. Tapi, dia harus berterimakasih karena
sudah berharap ada sensei yang menolongnya. Karena, selama beberapa bulan, Orang orang yang
membully Misaki tidak pernah tertangkap oleh guru.
Beberapa menit setelah Akari selesai berbicara dengan Rikuto, Shino-sensei Masuk kedalam kelas
dan memulai pelajaran. Shino-sensei Merasa kecewa dengan Murid yang terprovokasi oleh apa yang
di lakukan anak kelas 3. Dan memarahi beberapa orang yang terlibat secara Langsung dan meminta
seluruh siswa membuat Surat perjanjian agar tidak melakukan Pembullyan Sebenci apapun
Kebenciannya.
--
Sekolah berakhir dengan cukup tegang. Kejadian pagi hari yang menyebabkan Terlambatnya Jam
pertama membuat 3 orang Senpai harus di skors selama 2 Minggu karena merencanakan
Pembullyan pada Misaki
Sejak jam Istirahat. Misaki terus mencari Rikuto. Tapi, dia selalu mendapati Rikuto bersama Akari
dengan Laptopnya. Misaki tahu jika Rikuto di tugaskan bersama Akari dalam Kerja sambilannya. Tapi,
entah kenapa dia merasa sakit ketika melihat Rikuto yang terganggu saat Akari berbuat Konyol. Saat
ini, Misaki memilih membaca Buku agar pulang sedikit lebih sore. Dan mencoba melupakan apa yang
terjadi padanya di pagi hari. Saat ini, Rikuto tidak berada di atap maupun Ruang kelas 1-5. Tapi, dia
berada di ruang kelas Akari karena Baterai laptopnya Rusak akibat kecerobohannya sendiri.
“Kuro__”
Misaki melihat Rikuto melewati kelas. Dan hendak memanggilnya. Tapi, di belakangnya ada Akari
yang membaca selembaran yang sepertinya hasil kerja mereka berdua. Saat Rikuto melewati kaca
tepat di samping Misaki. Dia menoleh. Melihat ke arah Misaki. Tatapan tenang yang tidak mungkin di
lupakan Misaki. Dan kali ini, entah karena apa. Rikuto menoleh ke arah Misaki yang ada di balik kaca.
Meski hanya sebentar. Tapi, Misaki tidak menyangka Rikuto yang biasanya bersikap tak perduli
dengan sekitarnya menoleh seakan merasakan kehadiran Misaki di kelas itu.
--
Beberapa hari terlewati. Sekolah yang berjalan tenang membuat Rikuto tidak merasa jika hari in
sudah hari Jumat. Hari terakhir sekolah di pekan ini. Seperti biasa, Dia membaca beberapa buku
sebelum berangkat sekolah. Rikuto sudah mulai terbiasa dengan Ramainya jalan menuju sekolah.
Meski begitu, bukan berarti dia harus menunda waktu berangkatnya.
“Aku berangkat,”
Setelah bersiap. Tanpa menunggu apapun Rikuto segera berangkat menuju sekolah. Masih seperti
biasanya, dia selalu berpamitan saat berangkat maupun pulang. Berharap ada sesorang yang akan
membalasnya walau itu hanya hayalannya. Perjalanan yang tenang dengan sebuah buku kecil di
tangannya. Rikuto terlihat seperti siswa pada umumnya.
“Selamat pagi,”
“Pagi,”
Di sisi lain. Misaki berjalan ke sekolah dengan langkah cepat. Berharap dapat bertemu dengan Rikuto
di jalan dan mengucapkan apa yang belum sempat dia ucapkan. Karena Rikuto saat Misaki hendak
mengucapkannya. Rikuto selalu terlihat bersama beberapa siswa ataupun Akari,Sekalipun ada
kesempatan saat Rikuto menyendiri di atap atau di manapun, Pasti mulut Misaki tidak bisa
menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan.
“!!?”
Saat sedang terlarut dalam Lamunannya. Tanpa di sadari, Misaki menabrak Rikuto dari belakang
sehingga mereka berdua terjatuh. Setelah Rikuto merasa beban di atasnya sudah bediri, Dia segera
berdiri dan merapihkan pakaiannya.
“Ano.. Maaf, Aku sedang melamun,”
Misaki menundukkan badannya meminta maaf. Sebenarnya, dia hanya ingin menutupi wajahnya
yang di penuhi Rasa Malu.
“Jangan di pikirkan,” Balas Rikuto Sambil berjalan kembali ke Sekolah. Itulah Hal yang terjadi
sekalinya Misaki memiliki kesempatan bertemu Rikuto saat sedang sendirian. Dia selalu tidak bisa
bicara dan berakhir di tinggalkan oleh Rikuto yang menjawab se adanya. Akhirnya, Dengan kecewa
karena melewatkan kesempatannya lagi, Misaki berjalan ke sekolah dengan lambat.
Di sekolah, Karena Senpai yang memprovokasi para murid itu di skors. Hari berjalan seperti biasa.
Meski begitu, Di Loker Misaki masih terdapat surat Ancaman dari beberapa orang yang hanya berani
di belakang layar. Dan seperti biasa, itu tidak di perdulikan Oleh Misaki
---
Setelah beberapa pelajaran terlewati, Tibalah jam istirahat Makan siang. Dan para siswa pergi ke
kantin untuk makan, karena saat istirahat. Kelas harus di kosongkan agar jika terjadi hal yang tidak di
inginkan, tidak ada yang menjadi tersangka karena berada di dalam kelas.
Rikuto pun yang sudah mengerti akan hal ini, Dia keluar kelas bersama beberapa Siswa yang sedang
berbicara padanya. Saat bersama beberapa siswa. Rikuto terlihat sangat ramah dan mudah bergaul.
Dalam 2 minggu dia sudah bisa membuat 6 orang Siswa yang duduk di sekitarnya menjadi dekat
dengannya dan terkadang Rikuto juga bergabung dengan candaan mereka. Tapi, Dari Sudut pandang
Misaki, sifat Ramah Rikuto saat bersama mereka adalah sebuah topeng yang menyelimuti wajahnya
secara otomatis saat dia di ajak bebicara. Dan itulah yang membuatnya mudah bergaul dengan
sekitarnya
Karena, Meski mereka keluar dari kelas bersama, Rikuto tetap memisahkan diri dengan alasan yang
di buat agar terdengar sangat masuk akal, dan pergi menuju atap sekolah. Tujuannya hanya satu,
Untuk menyendiri hingga jam Masuk kelas berikutnya.
Sedangkan Misaki, dia adalah orang yang bisa mengajak bicara orang lain. Tapi, sifatnya yang terlalu
baik. Terlebih, ibunya juga merupakan orang yang sangat Protektif, Jadi, dia cukup sering hanya di
peralat. Hingga dia bisa menjadi orang yang bisa membaca kebohongan Rikuto di awal
pertemuannya dengan Rikuto.
Setelah memakan Makanannya di kelas, Misaki pergi ke atap untuk mencari Rikuto. Tapi, saat dia
menemukan Rikuto sedang bersandar pada penyangga, Misaki memutuskan untuk tidak
mengganggunya. Rikuto saat ini sedang bersandar di atap sambil memutar lagu dari ponselnya. Dan
memandangi Ponselnya. Mata Rikuto terlihat seperti terbawa oleh alunan sebuah lagu yang
menceritakan tentang keluarga. Mata yang biasa terlihat tenang, Kini di penuhi oleh kesedihan.
Meski begitu, Ekspresinya tidak menunjukkan apapun.
Bel Masuk berbunyi. Kelas selanjutnya adalah olahraga, Sebelum di ketahui oleh Rikuto, Misaki
segera pergi ke kelas dengan kekecewaannya telah melewati kesempatan untuk ke sekian kalinya.
entah sejak kapan, saat Misaki berada di depan Rikuto, dia mulai sulit untuk mengungkapkan
sesuatu padanya.
.
“Cepatnya!”
Seru beberapa Murid. Pelajaran olah raga kali ini, Meminta para siswa untuk Lari jarak menengah
dan beberapa bidang lainnya. Pelajaran yang awalnya seperti biasa, Kali ini, Mata tertuju pada
Rikuto yang berlari dengan cepat. Dia memendekkat tingginya untuk menjadikan jangkauan kakinya
semakin lebar. Misaki yang sudah pernah melihatnya tidak terlihat terkejut dan hanya
memperhatikan. Tapi, Kecepatan itu hanya di awal, Ketika sudah melewati jarak lari jarak dekat,
Rikuto melambat dan Takaki yang dibelakangnya mulai mempersempit jarak. Pemandangan ini
membuat beberapa Siswi bersemangat. Takaki yang selalu sempurna dalam olahraga, dan Rikuto
yang mendadak ada di peringkat 4 berlari seperti sedang bersaing. Bahkan ketika Takaki semakin
mempersempit jarak, Ada beberapa yang berteriak memberi semangat. Dan lari jarak menengah ini
di akhiri dengan Takaki yang berhasil mendahului Rikuto di beberapa meter terakhir. Dan jarak
waktu mereka tidak mencapai satu menit.
Misaki akhirnya menyadari, Kecepatan Lari Rikuto hanya bertahan untuk lari jarak menengah.
Karena sulit untuk mengatur tinggi badan saat sedang berlari dengan cepat.
“Kau hebat, Riku,” Kata Takaki tersenyum dengan handuk ada di lehernya
“Hm, Pada akhirnya aku juga di dahului olehmu,” Jawab Rikuto sambil menyeka keringatnya.
“tapi, terimakasih. Karena kecepatanmu, Aku bisa berlari dengan sekuat tenaga lagi,” Saat Takaki
dan Rikuto sedang berbincang. Mereka di kagetkan oleh tepukan guru olahraga
“Untuk anak Laki laki, Setelah ini, Kalian akan di tes untuk bidang olahraga selanjutnya!,”