Happiness In An Unfair World. Chapter 07 - Avaliable Evidence

Diposting oleh Label: di
++Rikuto’s POV++

Pagi ini, Hari senin. Entah kenapa aku terlambat bangun untuk pergi ke sekolah. Tidak seperti
biasanya, aku baru terbangun jam 6 dan bisa melakukan aktifitas pukul setengah 7. Karena suhu di
pagi hari yang terlalu dingin membuatku memakan waktu 30 menit untuk menghangatkan badanku
sebelum mandi di pagi hari.
Tidak seperti biasanya, Jalan di kota cukup Ramai oleh para siswa. Terlebih rumahku berada tidak
jauh dari stasiun. Suara langkah kaki dari sepatu para pelajar bisa terdengar ke kamarku. Setelah
sarapan dan mempersiapkan diri, Aku berangkat menuju sekolah
“Aku berangkat,”
Meski tidak ada siapapun di Rumah, Aku selalu mengucapkan itu saat pergi ke manapun. Karna aku
berharap mendapatkan balasan ‘Selamat Jalan’ dan ‘Selamat datang’. Dan aku tahu hal itu tidak
akan terjadi lagi.
Seperti biasa, Dengan jaket tipis aku menembus jalanan Kota dengan langkah cepat, Karena
udaranya yang cukup dingin dan aku belum mendapatkan Mantel yang sesuai dengan Keuanganku
yang belum membaik
“Selamat Pagi,”
Seperti orang pada umumnya, Aku mendapat ucapan selamat pagi beberapa orang siswa, Mungkin
mereka mengenalku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat bahwa aku mengenalnya saat ini.
“Pagi,” Balasku singkat.
“Selamat pagi Kuroyama-Kun!”
Aku mendapaat sapaan penuh semangat dari orang yang sangat bersemangat. Misaki, jika di
bandingkan, Dia dan aku adalah perbedaan Hitam dan Putih.
“Pagi,” Balasku singkat
“Apa kau kurang sehat?” tanya Misaki
“Tidak juga,”
“Lalu, kenapa kau tidak terlihat bersemangat?”
“Aku memang seperti ini,”
Aku menjawabnya Jujur, Sudah sangat lama sejak aku menjadi seorang yang penuh semangat.
Mungkin sekarang aku sudah lupa Rasanya bersemangat dan Tertarik akan satu hal.
“Tapi, Kau sering datang di pagi hari?” tanya Misaki memecah keheningan
“Aku tidak suka berjalan di tengah keramaian para siswa seperti ini,”
Kali ini, Aku juga jujur. Aku tidak pernah merasa nyaman dengan keramaian. Bagiku, keramaian itu
terlalu mengganggu ketenangan hidupku dan aku selalu menghindarinya.
“Yo. Riku,”
Ke 2 kalinya. Sapaan penuh semangat ini berasal dari Takaki, Entah sejak kapan dia memanggilku
dengan nama itu
“Yo. Takaki,” Balasku tersenyum. Memainkan peranku, beberapa hari di minggu pertamaku, Aku
telah menjadi akrab dengan beberapa orang di kelas. Itupun di awali dengan Takaki yang selalu
menyapaku. Seperti yang di harapkan dari seorang anggota Osis dan juga ketua kelas.
Setelah Takaki berlalu, Aku menyadari bahwa Misaki sedang berjalan di sampingku. Dan dia pasti
melihat aku memainkan peranku dengan sempurna. Dan beberapa saat lagi, Pertanyaan yang sangat
ku hindari akan datang dengan sendirinya. Tapi, Di luar dugaanku, Misaki tidak bergeming.
“Selamat pagi, Kuroyama-kun”
Di depan sekolah, beberapa siswi memberikanku sapaan. Tapi, aku hanya membalasnya dengan
anggukan dan terus berjalan menuju Loker Sepatu
“ada surat?” tanya Misaki. Aku yang merupakan pemilik Loker nomer 135 tentunya menatap surat
itu dengan heran. Akhirnya, Aku mengambilnya dan memasukkannya kedalam Kantong celanaku,
Yang sering ku baca di Novel maupun Manga, Itu bisa di bilang surat cinta. Namun kenyataan selalu
berbanding terbalik dengan cerita yang ada di buku itu. Sehingga aku tidak menaruh apapun pada
sepotong kertas itu.
“Selamat pagi,” Ujarku saat masuk kelas dan duduk di tempatku. Tak lama, Misaki datang dan duduk
di tempatnya di dekat Pintu masuk.
‘Rikuto, Kau bisa mulai pencarian sekarang’
Email cukup singkat dari Jun-san. Sepertinya aku akan memulai dari papan pengumuman Nilai
Latihan Mingguan yang hanya akan di pajang selama 1 hari, Hari ini saja
“Kuroyama-Kun,”
Tanpa sadar, Di sampingku ada seorang siswi yang tidak ku kenali. Mungkin aku duduk di tempat
yang salah.
“Apa kau tidak enak badan?, Kau tidak masuk selama 4 hari di pekan lalu”
Pertanyaan yang ku dapatkan hanyalah pertanyaan konyol. Yang bahkan bukan merupakan
urusannya. Tapi, Aku akan tetap menjaga sikapku.
“Tidak Juga,” Jawabku singkat
“Jadi begitu,”
Setelah mendapat jawaban, Dia meninggalkan tempat dudukku. Tapi, baru beberapa langkah dia
kembali,
“Aku Ootonashi Mashiro, Mungkin kau belum mengenal seluruh orang,”
Setelah memperkenalkan Dirinya, Dia kembali duduk di depan tempat duduk Takaki. Perempuan
Aneh.
“Selamat Pagi. Anak anak”
Shino sensei yang tiba tiba masuk kelas membuat beberapa Murid yang ada di sekitar segera menuju
tempatnya Masing masing. Setelah penghormatan yang di pimpin Oleh takaki, Shina sensei
mengeluarkan secarik kertas yang terlihat seperti absensi
“Kuroyama-Kun Hadir?” tanya Shino. Aku mengangkat tanganku
“Baiklah,”
Kurasa Sensei merasa aku tidak hadir seperti saat pekan Latihan. beberapa siswi Melihat ke arahku,
dan beberapa siswa melihat ku dengan ketidaksukaan mereka. itu hal yang tidak ku sukai dari di
panggil oleh guru saat kondisi kelas sedang sunyi.
Selama pelajaran sejarah. Aku menyempatkan waktuku untuk memperhatikan sekitarku, mencari
tentang anak yang di bicarakan Oleh Jun-san. Namun, Mereka semua terlihat Normal. Dan tidak
berbeda dari siswi pada umumnya.
Ada yang aneh? Apa dia selalu seperti itu? Aku merasa selama beberapa menit memperhatikan ke
arah kelas. Tidak ada yang bicara pada Misaki, Suasana di sekitar tempat duduknya selalu sepi dan
tidak ada yang menghadap ke arahnya kecuali yang duduk di belakangnya.
“Kuroyama-Kun. Bisa kau baca halaman selanjutnya?.”
Karena terlihat tidak serius saat mendengarkan penjelasan. Sensei memintaku untuk membaca apa
yang sedang dia baca. Dan aku membacanya dengan lancar.
“Kuroyama-kun. Walaupun kau bisa mendengarkan penjelasanku tanpa fokus ke Penjelasanku, Tapi,
ku harap saat belajar kau bisa memfokuskan diri pada apa yang di jelaskan oleh Sensei. Sekarang kau
boleh duduk,”
“Baik. Sensei,”
--
Beberapa Mata pelajaran telah terlewati. Dan istirahat makan siang telah tiba, Sebelum ada yang
datang ke tempatku, Aku memilih meninggalkan kelas untuk pegi ke ataap ataupun makan di kantin.
Aku berjalan menuju atap dengan langkah yang cukup cepat untuk orang yang berjalan. Karena aku
ingin sampai di atap tanpa melewati kumpulan orang orang. Aku tidak akan merasa nyaman berjalan
melewati sekumpulan orang. Tapi, sebuah Majalah dinding terpajang besar di depanku. Sepertinya
ini adalah hasil dari latihan mingguan. Jadi ku putuskan untuk melihatnya untuk mengumpulkan
Informasi
‘Peringkat
1. Misaki (1-5)
2. Takajiro Takaki(1-5)’
Seperti yang di harapkan dari kedua orang itu. Sepertinya mereka selalu ada di tempat yang sama
setiap Pekan. Bahkan mungkin pada ujian akhir juga akan begitu.

3. Hirasawa Akari(1-3)
4. Kuroyama Rikuto(1-5)
5. Tadashi Nana(1-1)’
Setelah menghabiskan beberapa waktu untuk melihat daftar peringkat. Aku terdiam, tidak
mendapati satu orangpun dengan Nama Shiroyama. Aku yakin informasi yang di berikan oleh Junsan
sangat tepat.
‘Aku tidak mendapati orang bernama Shiroyama di daftar peringkat, apa putrimu cukup bodoh
sampai tidak masuk kedalam 100 besar?’
Setelah aku mengirim pesan beserta gambar papan Daftar peringkat kelas 1, Aku beranjak untuk
kembali ke kelas. Karena aku sudah tidak bisa lagi ke atap. Aku sudah banyak menghabiskan waktuku
di sini.
‘Aku yakin putriku bisa masuk 100 besar. Tapi, ini benar benar aneh’
Balasan yang ku terima dari Jun-san sangat tidak meyakinkan. Akhirnya aku memutuskan untuk ke
kelas. Karena diam di sinipun tidak ada gunanya.
Selain itu, Aku tidak pernah menyangka orang menyebalkan seperti Akari bisa masuk peringkat 3.
Dan juga aku tidak suka dengan peringkat 4. Karena itu sangat mengingatkanku pada sesuatu yang
ingin ku lupakan. Mungkin aku akan menurunkan kemampuanku pekan depan.
Di depan kelas, Aku mendengar suara berisik dari dalam. Harusnya keadaan kelas kosong selama
istirahat, Karena Itulah yang biasanya terjadi. Tapi, kali ini terdengar Suara cukup besar dari Ruang
kelas
“Misaki, Apa kau sengaja meraih peringkat satu untuk menarik perhatian anak baru?”
Sepertinya terjadi sesuatu dengan Misaki, Walaupun aku berniat tidak ikut campur. Tapi, Hal sekecil
ini jika di olah mungkin akan menjadi informasi cukup berharga untuk pencarian ini. Aku mengangkat
sebelah kakiku dan ku sandarkan di tembok. Dan memainkan Ponsel agar tidak terlihat mencolok
“Jawab Misaki!”
Salah satu anak perempuan mulai membentak Misaki, Dan aku tidak mendengar balasan dari Misaki
“Sebelumnya kau itu bahkan tidak bisa masuk 20 besar, Apa kau berbuat curang?”
“Tunggu, Jika kita tuduh Misaki berbuat curang. Bagaimana dengan Anak baru yang bisa mendapat
peringkat 4 di pekan pertama?”
“Mungkin dia memang cukup pintar. Tapi, Lihat Misaki, Biasanya dia sama sekali tidak ada rajin
rajinnya,”
“Benar juga ya, Dia tidak ikut Klub apapun. Tapi, dia selalu pulang berbarengan dengan berakhirnya
klub,”
“Ku dengar. Itu agar ibunya tidak marah karena anaknya tidak punya Klub,”
Setelah ,Mereka, para siswi yang sedang mengejek Misaki membuka hampir seluruh Aibnya, Mereka
tertawa. Serius deh, itu bukan hal yang harus di tertawakan.
“Tapi, Jika dia daftar ikut klub, Dengan sifat ibunya. Pasti dia akan di tolak di manapun, Berteman
saja tidak ada yang mau,”
Apa ibunya seburuk itu? Meski begitu Aku tidak bisa memaafkan perkataan mereka. Jika yang di hina
hanya Misaki, Aku masih bisa membiarkannya. Tapi , Yang mereka hina sekarang adalah seorang ibu.
Tapi,Sebelum aku masuk ke kelas, Bel Masuk berbunyi, Agar tidak terlihat seperti orang yang sedang
menguping, Aku mengambil langkah seolah sedang berjalan seperti biasa.
Saat Aku masuk kelas, Misaki terlihat sedang terdiam dengan buku yang di bacanya. Walau sikapnya
menunjukkan bahwa tidak ada yang terjadi, Wajahnya sangat jelas menunjukkan adanya kesedihan
oleh perkataan Siswi itu. Tanpa sadar, aku terus melihat ke arahnya hingga tidak mengetahui
beberapa orang telah masuk ke kelas.
“Riku, Kenapa kau Memperhatikan Sh , Misaki? Apa kau tertarik padanya?”
Seluruh siswa yang ada di sekitar ku memandangku, Sialan. Takaki, Walau dia pintar, dia tidak
pernah memikirkan apa yang akan dia katakan. Dan lagi dia mengatakannya dengan sangat jelas.
“Diamlah,” Jawabku
“Apa aku salah?”
“tapi, kau memang sedang memperhatikannya kan?”
Takaki benar benar akan memojokkanku jika jawabannya hanya sepert itu, Untuk memberi jawaban
yang membuatnya diam. Aku tersenyum.
“Kalaupun Iya, Apa yang bisa kau lakukan?”
Sesuai dugaanku, Takaki langsung terdiam mendengar jawabanku yang sangat sederhana
“Mungkin aku bisa__”
“Cukup! Gurunya sudah datang,”
Sebelum dia melanjutkan perkataannya, Aku mendorongnya menuju bangkunya dengan alasan Guru
sudah datang. Ini sangat memalukan. Terlebih Misaki juga ada di sana. Dia pasti mendengar
perkataan konyol dari Takaki
--
Seluruh pelajaran telah Usai, Seluruh Murid telah pergi ke ruangan Klub masing masing. Ada juga
yang langsung pulang karena tidak ada kegiatan. Seperti yang aku rencanakan. Tapi, Saat
merapihkan Barang bawaanku, Mendapati surat yang tadi pagi. Kuharap isinya bukan sesuatu yang
merepotkan
‘Datanglah ke atap setelah pulang sekolah. Atau, Aku bisa melakukan sesuatu.’
Isinya tidak sebagus amplopnya. Setelah membacanya, memerasnya dan membuangnya. Lalu aku
mengambil Tasku
“Aku duluan Misaki-san”
Tanpa menunggu Balasan Misaki, Aku meninggalkannya dan keluar dari ruangan kelas. Sepertinya
aku harus pergi ke atap untuk bertemu dengan orang yang sudah repot repot mencari Lokerku yang
belum ku letakkan papan nama di atasnya.
Saat aku membuka Pintu atap, Aku tidak menemukan siapapun, Sehingga aku memilih untuk
menunngu. Tapi, jika dia tidak datang dalam 15 menit aku akan pulang.
“Sudah datang ya?”
Tidak seperti yang ku bayangkan, Surat tadi bukan dari Siswa yang tidak suka terhadapku, Ternyata
yang datang adalah seorang siswi. Meski begitu, Aku benar benar berharap tidak bertemu
dengannya
“Apa yang kau inginkan?”
Aku sudah malas, Ingin segera mengakhiri pertemuan dengan orang yang sangat merepotkan.
Hirasawa Akari, Orang bisa memanipulasi kemampuan bicaranya dan sifatnya. Sedikit seperti diriku.
Dan juga, wawasanya sebagai informan sangat berbahanya
“Lihat ini,”
Hirasawa Akari menunjukkan padaku Ponselnya yang sedang menampilkan sebuah gambar. gambar
seorang pemuda dengan tongkat besi sedang memukul orang lain. Tapi, lokasi tempat di mana foto
ini beredar sangat ku kenal. Tempat dimana pemuda dengan Rambut yang menutupi sebelah
matanya itu Memukul orang lain.
“Menurutmu, apa yang sedang di lakukan orang di foto dengan tongkat itu?”
“Menurutku, Dia sedang terkejar oleh beberapa petugas keamanan karena masuk ke suatu daerah
secara menghendap hendap. Tapi, petugas keamanan lebih kuat darinya. Jadi, dia menggunakan
tongkat untuk berjaga. Tapi, teman satu orang organisasi ada yang membencinya sehingga dia
mengambil foto wajahnya saat sedang memukul petugas keamanan,”
“singkatnya dia itu bertahan?” Tanyanya. Aku mengangguk
“Kenapa kau yakin? Tongkat rata rata di gunakan unuk menyerang. Apa jangan jangan kau
berhubungan dengan orang itu?”
Aku tidak bisa berkata kata. Aku terlanjur menjelaskan seolah memang aku adalah orang yang ada di
kamera itu. Tapi, tidak mengubah keadaan bahwa aku mengenal dengan baik tempat kejadiannya.
“Apa kau tahu siapa orang ini?” tanya Akari. Aku tidak menjawab
“Dia adalah No.4 dari sebuah kelompok yang bernama__”
“Aku tidak ingin tahu tentang itu,” Aku mencegahnya melanjutkan perkataanya. Karena aku sudah
mengetahui apa kelanjutan dari pembicaraannya.
“Kenapa? Apa kau merasa terancam?”
“Diamlah. Hirasawa Akari!”
“Kenapa kau memanggilku dengan nama lengkapku?”
“Karena. Aku tidak akan sesopan itu padamu hingga memanggil nama keluarga. Dan aku tidak akan
sedekat itu hingga memanggil namamu,” Jawabku
“Panggil saja aku Akari, jadi aku akan memanggilmu RIkuto”
“Ku tolak,” Jawabku spontan. Akari yang mendengar sebuah jawaban yang cepat dariku tersenyum.
Aku sangat tidak menyukai senyumannya.
“Kau saja memanggil anak kelasmu itu dengan namanya,”
“Itu karena dia yang meminta. Dan dia bukanlah seorang yang berbahaya dan menyebalkan,”
“Jadi aku menyebalkan? Padahal kau sendiri selalu tampil dengan sandiwara,”
Dia benar benar pintar bermain dengan kata kata.
“Lakukan semaumu,”
Daripada aku harus berdebat hingga malam, Aku memilih untuk mengalah dengan kemauan
perempuan bodoh ini.
“Aku tidak pernah menyangka Orang sepertimu ada di Peringkat 3,” Ujarku untuk mengubah
pembicaraan
“Itu tempatku dari dulu. Tapi, aku tdak pernah menyangka pada peringkat 1.,”
“Misaki? Ada apa dengannya?” tanyaku
“Ini pertama kalinya dia masuk peringkat 1. Apa kau tahu sebabnya?” tanya Akari. Aku
menggelengkan kepalaku
“Dia bilang ingin mencapai orang yang sudah merebut kebahagiaan ibunya,”
Aku terdiam. Misaki bukan orang yang seperti itu, tapi. Karena aku baru mengenalnya satu pekan ini
jadi, aku tidak bisa mengetahui apa perkataan akari itu benar atau tidak
“Ngomong ngomong,Rikuto. Aku cukup terkejut melihatmu ada di peringkat 4,” Ujarnya,
“Itu hanya kebetulan,”
“Tapi, berkat namamu ada di peringkat 4, Aku jadi teringat No.4 . dan ingin menceritakannya
padamu,”
“Apa kau mengira aku adalah kenalan atau sesuatunya No.4? Aku tidak mungkin seterkenal itu,”
“Tapi. Kau tahu, No.4 menguasai pertahanan dengan Aikido, Dan aku merasa ada seseorang yang
sangat mirip dengannya, “
Merasa Akari mulai membicarakan tentang No.4, Aku mengambil tasku dan berniat pulang. Tapi, aku
melihat ada yang aneh dengan Pintu atap yang tertutup. Aku meletakkan tanganku di mulutku
meminta Akari untuk tenang,
“Siapa itu?!”
Bayangan di belakang pintu itu berlari turun, Terdengar dari langkah kakinya. Itu adalah perempuan.
Jika aku sempat melihat wajahnya. Mungkin aku bisa mendapat sebuah petunjuk tentang putri Jun-san
Posting Komentar

Back to Top