Happiness In An Unfair World. Chapter 06 - Kuroyama Group

Diposting oleh Label: di
‘KUROYAMA GROUP’
Tulisan besar terpampang di depan sebuah gedung yang cukup besar menandakan Rikuto dan Akari
sudah sampai di tempat Tujuannya. Tanpa menunggu lama, Rikuto melangkahkan kakinya masuk ke
dalam perusahaan. Tapi, dia dan Akari di tahan oleh se orang yang sepertinya adalah petugas ke
amanan di sana.
“Bisa sebutkan keperluan anda?” tanya Petugas ke amanan.
“Aku ingin bertemu dengan Kuroyama Jun.Dan aku telah memiliki janji dengannya, Dan dia adalah
dari pusat yang juga Punya janji dengannya”
Akari terkejut. Rikuto yang dari tadi terlihat bersikap tak acuh dan tidak menunjukkan ekspresi
menjawab pertanyaan Petugas ke amanan dengan sangat sempurna. Sangat tenang dan terdengar
seperti orang yang memang meyakinkan.
“Mungkinkah anda Kuroyama Rikuto-San?”
“Benar,”
Petugas keamanan Itu menunduk meminta maaf atas kelancangannya dan mempersilahkan Rikuto
dan Akariu ntuk masuk kedalam perusahaan
“Merepotkan,” Gumam Rikuto sambil terus berjalan masuk.
“Kuroyama Rikuto-Sama, Mohon Maaf, Jun-Sama sedang mengadakan Rapat dan akan selesai
setengah jam lagi. Dimohon untuk menunggu di Ruang Tunggu,”
Seorang Resepsionist menyambut Rikuto di pintu masuk dan dengan sopan meminta Rikuto untuk
menunggu di Ruang Tunggu.
“Terima Kasih atas Informasinya. Baiklah, Aku akan menunggu,”
Dan lagi, Rikuto terlihat seperti orang yang sudah sedikit berpengalaman dalam hal yang bersifat
Formal.
“Hirasawa Akari-san, Kita menunggunya di Ruang Tunggu,”
Meski mengatakan hal itu, Rikuto tidak menunggu Akari dan berjalan Sendiri Menuju ruang tunggu
dan duduk di Bangku terdekat dari pintu Masuk.
“Apa kau memang seperti itu?” tanya Akari tiba tiba
“Apanya?” Rikuto balas bertanya
“Berkepribadian ganda?” Akari sendiri tidak yakin dengan yang di katakannya.
“hah?” tanya Rikuto
“Sikapmu saat di Stasiun dan Di depan Petugas sangat berbeda,”
Mendengar perkataan Akari, Rikuto tersenyum. Tentu senyum yang merupakan topeng semata.
“bukannya orang memang akan seperti itu?” Dengan nada yang sama dengan saat bicara dengan
petugas
“Tapi, Tidak ada orang yang bisa merubah sikap seperti itu. Dan pasti terlihat jati diri mereka dari
dari wajahnya meski mereka bersikap sopan,”
“Seperti yang di duga dari seorang Jurnalis sekaligus Informan. Kau benar benar memiliki Wawasan
Luas,”
“Jadi, Orang yang tidak bisa di tipu oleh ku bertambah,”
Setelah memotong perkataannya sendiri, Rikuto merubah bicaranya ke semula. Yang tenang dan
datar.
“jadi begitu, Di antara dua sisi itu, Yang terlihat sama hanyalah ketenangan yang kau miliki,”
“Apapun itu, Bukan Urusanmu kan?”
Rikuto sudah tidak nyaman dengan pembicaraan yang jika di teruskan bisa membuat Akari semakin
menggali tentang Rikuto. Tapi, Reaksi yang di berikan Akari dan Misaki setelah Rikuto mengatakan
‘Bukan urusanmu’ tersebut Bisa di Lihat cukup jelas perbedaannya. Tidak seperti Misaki yang
biasanya langsung terdiam atau berwajah kesal. Akari tidak menunjukkan Perubahan mendadak. Dia
bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari lawan bicaranya
“Kalau begitu, Maaf,” Kata Akari dengan sopan. Rikuto terdiam dan melempar pandangannya ke
arah lain. Rikuto tidak akan menyangka bahwa orang baru di kenalnya beberapa jam lalu bisa di
sebut berbahaya. Dia sudah menyadari bahwa Akari tidak akan bisa terkena sandiwara Emosinya.
Jadi dia harus menunjukkan dirinya yang sebenarnya pada Akari. Seperti yang dia lakukan pada
Misaki. Dan jirou yang terlanjut melihat sifat aslinya dan bahkan membongkar sebagian tentang
dirinya.
“Mengalihkan pandangan secara tiba tiba. Menunjukkan bahwa lawan bicara melakukan atau
membicarakan hal yang tidak di perkirakan,”
Pernyataan Akari seakan Tepat menusuk Rikuto. Semua perkataannya sangat tepat.
“Lalu?”
Balas Rikuto dengan tenang. Sedangkan Akari, mendapati Rikuto tidak ter usik ketenanganya. Dia
tersenyum
“Itu merupakan hal yang Spontan menggantikan Wajah yang membuat ekspresi terkejut. Walau hal
itu sengaja di buang. Tapi, Kau membiasakan diri mengganti Respon spontan dengan hanya melalui
tatapan mata saja. Yang hilang darimu bukanlah Ekspresi tapi__,”
“kau bicara terlalu banyak,”
Merasa semakin ter ancam. Dia memotong perkataan Akari. Tapi, Rikuto telah melakukan sebuah
kesalahan,
“Kau akan selalu mengalihkan topik ketika kau merasa ter ancam. Kau berusaha untuk terus bisa
hidup dalam kebohongan dan sandiwara,”
“Lalu?”
Merasa Sudah di tekan, Rikuto memutuskan untuk mengikuti Alur jalannya permainan Akari.
“Kau mencoba menutupi apa yang sebenarnya sudah kembali dan bersikap seolah kau masih
kehilangannya. Entah untuk tujuan apa. Tapi, yang jelas. Kau ingin Mendapat pandangan berbeda
dari orang di sekitarmu,...,”
“kau salah dalam beberapa hal,”
Sebelum Akari melanjutkan. Rikuto memotong perkataannya hingga membuat Akari diam dan
memperhatikan apa yang akan di katakannya
“Pertama, Apa yang kau maksud hilang itu Tidak kembali padaku. Aku tidak pernah menganggapnya
kembali. Aku juga tidak pernah membuang Ekspresiku. Tapi, itu hilang bersama dengan sesuatu yang
ku buang,...,”
“Lalu, Hal itu perlahan kembali?”
“Tidak, Reaksi dengan mataku adalah sesuatu yang datang dengan sendirinya menggantikan sesuatu
yang hilang. Dan kesalahan kedua merupakan kesalahan terbesarmu. Jika aku menginginkan
pandangan berbenda dari orang di sekitarku, Harusnya aku tidak membuat sikap sopan saat berada
di depan orang perusahaan dan beberapa teman sekelasku,”
“Teman sekelas?”
Akari terdiam dengan kebingungannya. Ini pertama kalinya teorinya di patahkan sebelum dia
melanjutkannya.
“Aku akui kau sangat berwawasan Luas. Dan tinggal beberapa langkah lagi kau bisa membongkar
Seluruh tentang diriku. Tapi, kau terlalu cepat membuat Teori tanpa memikirkan timbal balik yang
akan di katakan oleh lawan bicaramu,”
“Rikuto, Kau sudah bertemu dengannya?” tanya Jun yang sudah keluar Ruang rapat bersamaan
dengan Clientnya.
“Aku bertemu dengannya di Stasiun,” Jawab Rikuto tanpa mengubah Posisi duduknya yang
membelakangi Jun
“Harisawa-San. Tunggu sebentar, Aku ada perlu dengannya,”
“Baik, Kuroyama-San,”
Rikuto dan Jun memasuki Ruang Rapat yang sudah kosong. Ruangan yang cukup besar. Hingga
mungkin bisa di isi oleh 100 orang lebih. Tapi, Ruangan Rapat ini bahkan hanya sebagian kecil dari
seluruh bangunan Perusahaan
“Ada apa?” Tanya Rikuto setelah pintu ruang Rapat di tutup
“Bagaimana pendapatmu menurutnya?” Jun balas bertanya.
“Biasa saja. Hanya, wawasannya mengerikan. Meski begitu, Dia kurang memiliki pengalaman dalam
urusan seperti itu, Tidak terlalu cocok untuk membuat teori karena terlalu cepat memutuskan,”
Setelah mendengar jawaban Rikuto. Jun tertawa seperti sudah menduga apa yang akan di katakan
Rikuto
“Seperti yang ku duga dari pengetahuan orang no 4 di Kelinci Sawah,”
“Jangan sebut nama itu lagi di depanku!”
Rikuto meninggikan sedikit suaranya. Sepertinya dia sangat membenci nama yang di sebut oleh Jun.
“apa yang kau inginkan?” tanya Rikuto
“Akari di tugaskan untuk meliput Proyek Kuroyama Group. Dan Aku ingin kau mendampinginya,”
“Hah?” Ujar Rikuto dengan Spontan. Dia tidak pernah menyangka akan di pekerjakan bersama orang
seperti itu. Bersamanya setengah jam saja sudah sangat tidak merepotkan. Jika di minta
mendampinginya sampai Liputannya selesai maka mungkin Rikuto akan tidak kuat.
“Bukannya Itu pekerjaan Sekretaris?” tanya Rikuto
“Sekretarisku sedang ada urusan di luar. Kau ku tunjuk menjadi penggantinya,”
Perkataan tenang Jun terlihat sangat mengganggu Rikuto. Dan dia berencana menolaknya tapi,
“Hirasawa Akari-san Silahkan Masuk,”
“Hei! Aku belum jawab!”
Tanpa menghiraukan perkataan Rikuto, Jun memanggil Akari. Dengan segera pula Akari masuk ke
ruangan. Merasa kehilangan kesempatan Menolak. Rikuto hanya menghembuskan Nafasnya dengan
pasrah,
“ada apa?” tanya Akari yang baru memasuki Ruangan melihat Rikuto menghembuskan Nafasnya
“Tidak ada, Lanjutkan saja Jun-san,”
--
Penjelasan selesai, tanpa terasa mereka sudah melewati jam Makan siang. Rikuto dengan berat hati
akhirnya menyetujui permintaan dari Jun. Dan Akari, Tidak ada perubahan dari wajahnya. Sepertinya
dia akan menduga bahwa Rikuto akan menjadi pengawas sekaligus yang mendampinginya membuat
Liputan tentang Proyek baru Kuroyama’s Group
“Rikuto, Kau tetap di ruangan. Aku akan membicarakan tentang yang baru ku ketahui,”
Rikuto yang hampir keluar menghentikan langkahnya dan mempersilahkan Akari keluar
“Apa lagi?” tanya Rikuto
“Tentang putriku, Dia tidak tahu tentang Kelinci Sawah,”
“Apa ada orang yang tahu tentang itu? Ku pikir tidak ada,”
Rikuto kali ini meresponnya dengan tenang. Karena dia tidak merasa di usik dengan nama Itu,
“Menurutmu begitu?” tanya Jun.
“Apa seterkenal itu kah?” Rikuto bertanya kembali
“Entahlah. Yang kedua, dia punya Luka 3 Jahitan di pergelangan tangan,”
“Terima kasih, Itu akan sangat membantu,”
Setelah memberi hormat pada Jun, Rikuto meninggalkan Ruangan Rapat. Di Perusahaan, Dia melihat
Akari bersandar di sebuah tiang halte. Tanpa mengHiraukannya, Rikuto meneruskan langkah kainya
tanpa Melihat ke arah Akari
“Tunggu!”
Rikuto berhenti, Dan berharap bahwa Akari hanya akan bertanya dan tidak pulang naik kereta yang
sama lagi
“Kejam sekali mengabaikanku,”
Harapannya hilang, Jika sudah membuka percakapan seperti ini, pasti akan membuatnya naik kereta
yang sama dengan Rikuto
“Apa mau mu?” tanya Rikuto yang sudah lelah
“Mohon kerjasama__”
“Iya iya,” Rikuto memotong ucapannya dan melangkah pergi
“Kita akan mulai bekerja di sekolah. Setelah pelajaran selesai,”
“Hah?”
--
Sore hari. Misaki kembali dari Rumah Jirou, Hal yang biasa di lakukan Misaki di hari Libur adalah
Pergi membantu Ibu Jirou mengurus Anaknya yang Masih kecil. Adik dari Jirou. Itulah yang membuat
Misaki sedikit dekat jengan Jirou.
“Huft., Meskipun melelahkan, Tapi, Aku merasa mengurus seorang anak bukan hal yang buruk,”
Gumam Misaki sambil mengelap keringatnya dengan Sapu tangan.
“Apa dia sudah kembali?” tanya Misaki pada dirinya sendiri. Dia berjalan dari Rumah Jirou menuju
stasiun dengan perlahan, Dia Masih penasaran dengan apa yang terjadi tadi siang, Kemana tujuan
Rikuto pergi kesana.
‘Misaki, Bisa tolong belikan Yakisoba yang ada di dekat stasiun dalam perjalanan Pulang?’
Misaki di kejutkan oleh E-Mail dari ibunya, Tidak biasanya dia meminta membelikan Yakisoba di
dekat stasiun. Karena biasanya dia akan membeli apa yang dia inignkan sendiri.
Setelah membalasnya, Misaki berjalan dengan cepat menuju Stasiun karena dia berencana untuk
berkunjung ke rumah Rikuto untuk menanyakan Tentang tujuannya tadi siang.
“Tolong Yakisobanya Satu”
Saat Misaki meletakkan barang bawaannya, Misaki duduk di bangku yang disediakan oleh warung
yakisoba yang berada tepat di sebelah Stasiun Di saat itu juga
“Kenapa ada di sini juga?”
Misaki terkejut. Dia seperti mendengar suara yang tidak asing ada di belakangnya. Dan juga, Orang
itu seperti bicara padanya karena Laki laki tepat berada di belakang Misaki. Tapi,
“Aku ada urusan di sini. Dan juga, Apa kau sangat terganggu denganku?”
Ada suara perempuan yang membalasnya. Misaki membuang pikiran bahwa Laki laki itu ada di
belakangnya dan tidak bicara padanya. Tapi,
“Aku sangat terganggu denganmu. Jadi,Apa urusanmu?” tanya Lelaki itu dengan malas
“Jadi kau masih kesal dengan pembicaraan tadi?. Ku tahu, kau sangat ingin menghindari ku kan?”
“Kenapa mereka tidak segera pergi? Pembicaraan tepat di belakangku itu mengganggu,'” Gumam
Misaki
“Kau ingin makan Yakisoba? Kuroyama?”
Seperti ada sambaran petir yang sangat kuat. Misaki terkejut hingga tidak sengaja menendang
bangku yang ada di depannya hingga jatuh dan membuat keheningan seketika
“Maaf!’”
Misaki segera meminta maaf dan merapihkan kembali bangku yang di tendangnya.
“Kuroyama-san? Itu dia kan?” Pikir Misaki setelah merapihkan tempat duduk dan kembali duduk di
depannya
“Aku akan pulang. Lagipula, selesaikan urusanmu!”
“Tidak, Aku tidak bisa bekerja jika perutku kosong,”
“Itu bukan Urusanku. Jadi, Aku hanya akan bicara seperti seorang Rekan kerja di sekolah. Tidak akan
ku biarkan kau berbuat se enakmu,”
“Tunggu!”
Tak lama, Yakisoba yang di pesan Misaki sudah selesai di buat dan Rikuto dengan perempuan tadi
juga sudah meninggalkan Toko.
Setelah Misaki membayar, Ia segera berlari keluar untuk melihat dengan siapa Rikuto berbicara.
“Sebenarnya kau ingin pergi kemana?” dengan sedikit kesal, Rikuto bertanya Pada perempuan itu. Di
mata Misaki, perempuan yang bersama Rikuto tidak terlihat sepertinya saat bersama Rikuto. Dia bisa
berkata semaunya pada Rikuto. Meski selalu mendapat Respon tidak menyenangkan dari Rikuto. Dia
selalu bisa membuat topik baru.
“Apa mereka pergi berkencan?”
Pikir Misaki saat melihat perempuan itu bicara dengan akrabnya pada Rikuto,. Karena merasa
penasaran, Misaki memilih untuk mengikuti mereka.
“Hoy. Jawab pertanyaanku,” Ujar Rikuto sambil terus berjalan
“Berisik. Aku sedang mencari apa yang ku butuhkan di sini,”
Sikapnya tiba tiba berubah. Dari mengganggu Rikuto hingga merespon Rikuto seolah dia memang
mengganggu dirinya.
“Kalau begitu,”
Rikuto membalikkan badannya dan berjalan ke arah yang berbeda. Misaki terkejut dan segera
menyembunyikan diri. Tapi,sebelum menyadari Misaki yang terlambat menyembunyikan diri,
Tangannya di tahan oleh perempuan tadi.
“Apa lagi?” tanya Rikuto
“Rumahmu itu kan?”
“Ya,” Jawab Rikuto singkat
“Kalau begitu, Tujuanku sudah selesai,”
“Jangan bilang tujuanmu adalah mengetahui Rumahku?” tanya Rikuto heran
“Itu penting Lho untuk masalah pekerjaan!” Perempuan iu menjulurkan Lidahnya pada Rikuto dan
meninggalkannya
“Sampai Jumpa,” Kata perempuan itu sambil berlalu. Karena yang lewat adalah orang yang tidak di
kenalinya. Misaki memilih untuk berpura pura hanya sebagai orang lewat. Dan mereka berpapasan.
“Aktingmu tidak cukup baik”
Misaki menghentikan langkahnya setelah mendengar Suara dari perempuan tadi, Dia memang tidak
merasa perempuan itu bicara padanya. Tapi, Kata kata yang tidak terlalu terdengar jelas
membuatnya Penasaran,
“Misaki-San?”
Misaki tersadar, Dia terus melamun memikirkan Perkataan yang di ucapkan oleh gadis tadi, Hingga
lupa bahwa dia akan melewati Rumah Rikuto.
“Kuroyama-Kun?”
“-Kun?. Tapi, apa yang membawamu kesini?”
Misaki terkejut. Dia memanggil Rikuto dengan sedikit lebih akrab. Dan kenyataan bahwa Rikuto tidak
mempermasalahkannya lebih membuatnya terkejut lagi.
“Ada yang harus ku beli di Supermarket. Dan kebetulan aku melihatmu lewat tadi,” Jawab Misaki se
tenang mungkin
“Apa kau tahu tentang makanan yang tergantung di pintu rumahku?” tanya Rikuto sambil
mengangkat plastik Makanan tersebut
“Tidak tahu,”
“Kalau begitu kau saja yang mengambilnya,”
“Jangan?!”
“Kenapa?”
Rikuto heran kerena menerima penolakan cukup keras dari Misaki
“Orang yang memberikannya pasti akan sedih jika yang memakannya bukan kau,”
“Tapi, Aku tidak tahu yang memberikannya,”
Mereka berdua terdiam. Misaki tidak tahu harus membalas apa agar makanan yang di berikannya di
makan oleh Rikuto
“Kalau begitu,”
“Mau makan bersamaku?”
Misaki terdiam. Terlihat jelas wajahnya terkejut dengan Rona merah. Seorang Rikuto yang sudah
mendapat pandangan cuek dari Misaki mengajaknya makan bersama.
“Kau yakin, Kuroyama-kun?”
Rikuto membuka kotak makanan yang di berikan oleh Misaki tapi. Reaksi yang di berikan oleh Rikuto
tidak menyenangkan. Dia langsung menutup kotak tersebut dan berkata:.
“Kau saja yang memakannya,”
“heeh? Kenapa?” tanya Misaki heran.
“Aku tidak bisa makan Kue Ikan, dan itu terlalu banyak,”
Misaki sadar, Ini masih sangat awal bagi Rikuto membiasakan diri dengan Makanan jepang.Tapi,
Reaksi Rikuto tadi meski terlihat tidak menyenangkan tapi juga terlihat sangat lucu baginya. Karena
tidak bisa menahannya, Misaki tertawa
“Kalau begitu maaf, Aku akan membawanya pulang,”
“Jangan mengatakan sesuatu saat kau tertawa,”
“Maaf, Kuroyama-kun. Tapi, ini sungguh lucu,”
Rikuto menghela Nafas. Dia terlihat tidak terganggu dengan Misaki yang masih tidak bisa
menghentikan tawanya.
“Aku harus pergi, Sampai jumpa di Sekolah,”
Setelah berhenti tertawa, Misaki pergi menuju Supermarket dan mengambil jalan memutar.
“Aku pasti akan mengetahui tentangmu” Gumam Misaki sambil masih terkikik oleh tawanya
Barusan.
Posting Komentar

Back to Top