Happiness In An Unfair World. Chapter 05 - Journalists Girl

Diposting oleh Label: di
“Apa yang kau dapat tentang anak itu?” Tanya seorang wanita pada Gadis yang masih menggunakan
Seragam sekolahnya. Wanita yang sepertinya seorang ibu sedang makan malam dengan Anak
perempuannya yang masih mengenakan Pakaian sekolahnya
“Sangat sulit mendapatkan informasi darinya Ibu,” Jawab Anak Gadis itu sambil menundukkan
kepalanya dengan ekspresi takut akan kemarahan dari orang yang ada di depannya
“Apa maksudmu Misa?” Tanya Sang ibu sambil menghentikan tangannya yang sedang mengambil
ikan dengan sumpit. Gadis bernama Misa itu terdiam. Memikirkan kata kata yang harus di ucapkan
untuk menjawab pertanyaan dari sang ibu
“Anak itu sangat menutup dirinya. Dia tidak terlihat memiliki emosi seperti Senang, Sedih, Panik,
Marah. Dan wajahnya juga tidak menunjukkan ekspresi yang menggambarkan Emosi. Hanya ada
kesan tenang dalam dirinya. Tapi, Jika aku mengungkit tentang masa lalunya, Dia akan menajamkan
matanya dan berkata dengan dingin,”
Dengan Suara Rendah Misa menjelaskan pada sang ibu
“Lalu?” Tanya sang ibu untuk memperdalam penjelasannya
“Dia selalu berbicara dengan suara yang datar. Mungkin lebih cenderung ke rendah. Selama
beberapa hari aku tidak pernah mendengarkannya mengangkat suaranya,”
“Apa dia tidak berteman dengan orang sekitarnya?” tanya Sang ibu
“Tentu dia bergaul dengan laki laki di sekitarnya. Tapi entah kenapa aku merasa ekspresi yang dia
lemparkan saat bergaul dengan temannya adalah palsu. Dengan tujuan agar temannya tidak
menggali masa lalunya,”
Setelah menjelaskan, Misa terdiam. Dia terlihat jelas sedang memikirkan sesuatu.
“Tapi, Masalahnya adalah kenapa dia tidak menggunakan ekspresi palsu saat bersama ku dan saat
hampir berkelahi dengan Senpai?” tanya Misa dari dalam hatinya
“Sepertinya. Orang yang di lemparkan dengan ekspresi palsunya adalah orang yang menurutnya
hanyalah pelengkap harinya. Sedangkan senpai, dia sudah tahu senpai benci padanya jadi dia tidak
perlu mengeluarkan topengnya. Tapi? Bagaimana denganku?” Pikir Misa hingga terdiam cukup lama
dan membuat penasaran sang Ibu
“Misa? Ada apa?”
Teguran sang Ibu mengagetkan Misa dari pikirannya. 
“tidak ada apapun,” Jawab Misa sambil memakan makanannya kembali
“Aku ingin memastikan satu hal. Kau mendekatinya hanyalah untuk mengetahui dirinya dan untuk
menuntut orang tua itu. Jadi, Jangan sampai suka padanya sebaik apapun dia”
Misa terdiam lagi, Memikirkan apa yang sudah terjadi selama in i dengan anak yang di bicarakan.dan
bertanya untuk menyanggupkan dirinya sendiri. Tak lama setelah terdiam. Akhirnya, dengan berat.
Misa mengangguk
“Baik Ibu,”
--
“Apa kau mau bergabung dengan Kuroyama’s Group?” Tanya Jun di malam yang cukup dingin. Dari
pembicaraan yang singkat berbuah menjadi pembicaraan yang telah menghabiskan waktu lebih dari
setengah jam di depan pintu rumah Rikuto
“Ku tolak,”
Jawaban Rikuto sangat singkat dan spontan. Setelah mendengar jawabannya, Jun tersenyum 
“Aku tahu kau akan mengatakan itu. Tapi, hari senin akan ku kirim anak buahku untuk melihat hasil
laihan mingguanmu,”
“Kumohon jangan lakukan hal yang akan mengganggu pekerjaanku mencari putrimu,”
Rikuto sudah mulai kesal. Tapi, seperti biasa wajahnya tidak menunjukkan apapun
“Aku akan melakukannya tanpa sepengetahuanmu. Ngomong ngomong. Jika kau belum makan, aku
membawa makanan untukmu,"
Jun Menyerahkan sebuah plastik yang berisi Sushi dan Ramen Cup.
“Aku akan ambil Ramen Cupnya saja,”
Rikuto mengambil Ramen Cup dari Jun dan menggantungkannya di pintu. Jun yang nampaknya
sudah mengerti hanya mengangguk dan mengembalikan plastik yang berisi sushi ke dalam tasnya
“Apa kita akhiri disini pembicaraan kita?” tanya Jun sambil tersenyum pada Rikuto
“Hm,” Jawab Rikuto sambil membika pintu Rumahnya dan memindahkan Plasti Ramen Cupnya ke
dalam Rumahnya dan keluar lagi untuk mengakhiri pembicaraan
“Dan juga, Hati hatilah Ku yakin mereka akan mencarimu. Karena kau keluar tanpa alasan yang jelas
kan?” Kata Jun sambil berjalan Kembali ke rumahnya. Rikuto memperhatikan Jun dari rumahnya
hingga dia hilang dari pandangan Rikuto
“Aku harus segera mengganti Email. Akan merepotkan jika mereka sampai kesini” Gumam Rikuto
sambil memasuki Rumahnya.
++Rikuto’s POV++
Setelah berbicara hal merepotkan dengan Jun-san, Aku memasak Air untuk membuat  Ramen Cup.
Sambil menunggu airnya Matang aku putuskan untuk berbaring untuk menghilangkan rasa sakit di
kepalaku dan berfikir sejenak. Siapa orang yang di maksud Jun-san. Jika petunjuknya hanya satu. Aku
pun mungkin bisa memakan waktu hingga beberapa bulan untuk menemukannya. Tapi,Jika dia yang
akan datang padaku, Maka aku hanya perlu menunggu waktunya tiba.
‘Ngiinggg’
Suara Air yang sudah mendidih dalam termos terdengar sangat nyaring. Dengan segera, Aku
mematikan Kompor dan menungkan Air panas pada Ramen Cup Ku dan menunggu hingga siap di
sajikan.
Terbanyang dalam pikiranku. Tanpa pernah ku sadari, Aku telah melewati hari hingga hari ini dan itu
terasa sangat cepat. Terlarut dalam kesendirian, Aku selalu menghindari banyak berinteraksi dengan
sekitar dan selalu menggunakan topeng yang di sebut Wajah bahagia di hadapan mereka. Tapi,
entah kenapa aku merasa tidak bisa berbohong pada beberapa orang. Termasuk pada Misaki, aku
yakin meski aku menunjukkan wajah palsu padanya, dia akan mengetahui yang sebenarnya.
Aku memejamkan mataku, Mengistirahatkan tubuhku yang sepertinya sudah terlalu banyak terkena
udara dingin di malam hari. Dan mengistirahatkan otakku dari pikiran pikiran yang selalu
mengganggu ku
++Rikuto’s POV End++
Mentari pagi menyinari kota Tokyo, Pagi hari pada akhir pekan yang sangat di nanti oleh pelajar
maupun pekerja untuk beristirahat dari penatnya kegiatan yang mereka lakukan.  Begitu pula
dengan Misaki, Ia sudah bangun dari sebelum jam enam dan membaca beberapa Buku hingga tanpa
disadari, Ia telah membanca hingga jam 8 pagi. Misaki merenggangkan tubuhnya dan masuk ke
kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
“Misaki!! Apa kau bisa membawa Pesanan ini ke rumah Jirou-kun?” 
“Baik,”
Setelah mencuci wajahnya, Misaki pergi ke ruang makan untuk sarapan dan mengambil plastik yang
di telah di siapkan oleh Ibunya
“Kiromaru-senpai Pesan 2 Kotak?” Tanya Misaki memastikan
“Satu lagi untukmu, Kau harus pergi ke rumah temanmu atau berjalan jalan, Karena kau terlalu
sering membaca buku di rumah,” Jawan Ibu Misaki
“Bagaimana Bisa aku memiliki teman?” Tanya Misaki dengan suara kecil seperti bergumam
“Kau bilang apa?” Tanya Sang ibu yang tidak mendengar perkataan Misaki. Misaki hanya
mengangguk dan menggunakan Jaketnya.
“Aku berangkat”
--
‘Selamat!. Pendaftaran Alamat Email Anda Berhasil’
Rikuto menghembuskan nafasnya. Setelah pendaftaran yang membuatnya berfikir untuk tidak
menunjukkan diri. Hingga akhirnya berfikir untuk mengelabui seluruh siswa saat dia di minta untuk menceritakan tentangnya selama beberapa menit. Rikuto akhirnya berhasil membuat alamat Email
baru agar tidak di lacak oleh orang yang sangat tidak ingin ia temui.
“Semakin cepat, Semakin baik,”
Rikuto membaringkan dirinya di atas tempat tidurnya karena tidak memiliki kegiatan Lain. Sejak
dulu, yang di lakukan di hari libur hanya di depan layar monitor atau ponselnya dan sangat jarang
pergi ke luar rumah, Karena itu, Belum ada yang kenal dekat dengan Rikuto meski itu adalah
tetangganya sendiri.
Karena merasa bosan, Rikuto membolak balik halaman Buku yang baru ia pinjam dari perpustakaan,
Buku tentang pengetahuan Komputer yang menarik perhatian saat di perpustakaan sekolah. Tapi,
Baru beberapa detik, Rikuto menutup kembali Buku tersebut dan mengambil Ponselnya. Pada saat
bersamaan saat di ambil Rikuto, Ponselnya berdering tanda ada telpon masuk. 
“Dengan Kuroyama Rikuto,”
Karena Nomor yang menelponnya tidakdi ketahui, dan tidak tertulis panggilan internasional. Rikuto
berfikir pasti itu dari pihak sekolah atau dari orang pemerintah yang masih bersangkutan dengannya
“Ini aku,”
“Jun-san? Darimana kau tahu Nomor teleponku?” 
Tanpa pernah di duga, yang menelpon adalah orang yang semalam menemui Rikuto di depan
rumahnya, Jun. Yang merupakan orang yang berbaik hati membantu Rikuto dalam hal arsip bahkan
Memberi namanya saat Rikuto berkeinginan untuk merubah namanya.
“Aku menanyakannya pada sekolah,” Jawab Jun sederhana
“Jadi ada perlu apa?” Tanya Rikuto untuk mempercepat pembicaraan
“Bisa kau datang ke kuroyama’s Group?” 
Rikuto terdiam beberapa saat. Sebenarnya ia sangat enggan pergi ke sana. Tapi, orang yang
menelponnya adalah orang yang sudah ber baik hati padanya sehingga dia urungkan Niatnya
“Ini sangat Merepotkan, Apa yang kau inginkan hingga aku harus kesana?”
“Pembicaraan tentang putriku. Dan juga ada hal yang ingin ku tunjukan padamu. Oh, aku ada Rapat.
Kita sudahi dulu pembicaraan kita, ku tunggu kau jam 2 siang. Alamatnya akan ku kirimkan lewat
Surel,”
Tanpa menunggu jawaban dari Rikuto, Jun menutup telponnya. Rikuto menghembuskan nafas berat
dan melemparkan Ponselnya ke atas tempat tidur yang belum sempat di Rapihkan dan melihat ke
arah jam
“Masih jam 10” Gumam Rikuto sambil meregangkan badannya dan pergi ke kamar mandi untuk
membersihkan dirinya.
--
“Kalau begitu, Permisi,” 
Misaki keluar dari pintu rumah dengan membawa sebuah amplop berisi uang untuk satu kotak kue
yang di jual Oleh ibunya.
“Sekarang aku harus kemana?” Gumam Misaki. 
“apa ke Rumah Kuroyama-san?” Pikirnya, 
Misaki memang pernah melihat Rikuto masuk ke rumahnya ketika pulang dari supermarket. Jadi
misaki tahu alamat Rumah Rikuto. Yang jadi masalah hanyalah apa Rikuto akan menyambutnya atau
menganggapnnya mengganggu. Setalah lama berfikir, Misaki memutuskan untuk ke sana. Jika dia
mengganggu, dia akan memberikan kotak yang satu lagi kemudian kembali ke rumah.
Di tengah perjalanan. Tepat di dekat stasiun. Seseorang menabrak Misaki secara tidak sengaja dan
membuat barang bawaanya terlepas tapi. Dengan sigap, Orang itu menangkap Kantung yang jatuh
dan menyerahkannya pada Misaki tanpa menoleh
“Maaf, Aku terburu buru,”
Setelah mendengar suara orang yang menabraknya. Misaki terdiam. Dia merasa sangat tidak asing
dengan suara orang yang tidak sempat dia lihat wajahnya. Karena penasaran dia menoleh ke
belakang Seorang Pemuda yang seumuran dengan Misaki sedang berjalan terburu buru dengan menggunakan
jaket hitam yang tipis . Dari belakang, itu mengingatkan Misaki pada sosok seseorang
“Aku pasti mengenalnya,” Gumam Misaki sambil melipat tangannya di dada
“Itu kuroyama-san!!”
Misaki mengikuti orang yang menabraknya –Rikuto. Untuk mencari tahu kemana dia akan pergi.
Tapi, Misaki terlalu lambat menyadarinya. Rikuto sudah melakukan Scanning pada ticketnya. Misaki
hanya bisa melihat dari jarak yang cukup jauh. Hingga sebuah kereta yang di gerbongnya tertulis
sesuatu dan Rikuto menaikinya.
“Untuk apa dia kesana? Di tempat itu kan ada?” 
Kereta pun berjalan kembali. Misaki terus menatap Ke dalam Stasiun hingga Gerbong terakhir kereta
sudah tidak bisa terlihat. Meski sudah tidak terlihat apapun, Misaki terdiam dengan wajah yang
pucat. Satu satunya tempat yang penting di sana adalah kawasan industri dan Shooping Area.Tapi
Rikuto bukanlah tipe Orang yang suka Pergi jauh hanya untuk belanja. Dan Misaki mengetahui hal itu
Dengan langkah yang Pelan dan tidak bersemangat, Misaki memutuskan kembali untuk pulang.
“Jika aku membawa pulang kotak ini. Pasti ibu akan marah. Kalau begitu, aku antar saja ke
rumahnya,” Gumam Misaki sambil mengubah arahnya ke Tempat lain
++Rikuto’s POV++
Akhirnya aku memenuhi panggilannya ke Kuroyama’s Group. Sikapnya yang seperti itu akan terus
menggangguku hingga aku memenuhi keinginannya. Meski begitu, Aku bisa menganggap ini sebagai
Rasa terima kasihku atas Bantuannya.
Suasana kereta berbeda dari yang ku kenal di Indonesia. Pada akhir pekan tidak terlalu padat bahkan
cenderung kosong. Tapi, Aku tidak akan merasa nyaman jika duduk di kereta jika ada orang yang
lebih pantas duduk sampai harus berdiri. Jadi, aku memilih unuk bersandar di sisi pintu kereta dan
membaca buku. Sialnya, Aku malah membawa buku yang sudah ku selesaikan. Aku menghembuskan
nafasku, Permintaan yang sangat tiba tiba membuatku harus pergi tanpa persiapan apapun. Dari
membawa buku yang sudah selesai di baca Hingga Lupa nge Charge baterai ponsel. Pilihan terakhir
yang ada hanyalah memutar lagu melalui earphone.
Pandangan beberapa penumpang mulai ter arah ke sini. Entah apa yang membuat mereka melihat
ke arahku. Tapi, hal itu bukanlah hal yang harus di pusingkan. Tapi, semakin lama semakin banyak
yang melihat ke arahku. Bukan, yang mereka lihat bukan aku sendiri. Aku baru menyadarinya saat
melihat sekitar. Tapi, tepat di depanku ada seorang gadis yang menggunakan Mantel serta penutup
kepala.  Entah sejak kapan., Aku tidak menyadari keberadaannya di depanku.
Apa dia tipe orang yang berpikiran tidak suka duduk jika Masih ada yang lebih berhak duduk di
kereta ini. Rasa penasaran membuatku melihat ke arahnya. Pandangan matanya yang cukup tajam
menatap serius ke arah buku yang sedang ia bolak balik lembarannya. 
“Apa yang kau Lihat?” Tanya gadis itu
“Tidak ada,” Jawabku. Tidak lama, Petugas kereta memberi pengumuman bahwa kereta sudah
sampai di tempat yang ku tuju. Setelah pintu terbuka, Aku segera keluar dari kereta menuju tempat
pertama yang harus di kunjungi sebelum pergi ke Kuroyama’S Group. Yaitu mesin penjual minuman
otomatis terdekat sekitar Stasiun.
Aku menyandarkan tubuhku di dinding dan menenggak kopi yang hangat. Pemandangan stasiun
yang indah, dengan bunga sakura yang bermekaran. Udara yang sangat menyegarkan untuk di hirup
terasa sangat menyejukkan kepala yang terisi oleh ribuan pikiran ini.
“Hei,”
Aku menoleh ke sekitar untuk menemukan orang yang mencoba bicara padaku
“Aku di sini,”
Kali ini, Orang menyentuh mesin penjual otomatis hingga menimbulkan suara. Saat aku menoleh,
Aku terkejut oleh sosok yang tadi berada di depanku saat di kereta. Kali ini dia tidak menggunakan
penutup kepalanya.
“kau bisa bahasa jepang?” tanya gadis itu
“Ada apa?” Tanyaku. Mendengarku bisa bahasa jepang, Gadis itu mengangguk “Tidak, Aku hanya berfikir kau tersesat karena wajahmu bukan seperti orang lokal,”
“Memang benar,”
Aku berdiri dan membuang kaleng kopi ke dalam tempat sampah. Dan meninggalkan gadis itu untuk
pergi ke Kuroyama’s Group 
“Apa kau akan ke kawasan industri?”
++Rikuto’s POV End++
Rikuto terdiam. Tebakan gadis itu seratus persen tepat. 
“Begitulah,” Jawab Rikuto
“Kau tahu Kuroyama’s Group di mana?” 
Baru beberapa langkah, Rikuto harus berhenti lagi karena pertanyaan yang di ajukan oleh gadis itu
“Aku akan Ke sana,”
Kali ini Gadis itu yang terkejut. Sepertinya dia tidak menyangka orang yang ada di depannya saat di
kereta dan orang yang di kira seorang turis yang tersesat ternyata mengarah ke arah yang sama
dengannya. Tapi, di sisi lain ia terganggu dengan sikap Rikuto yang meninggalkan lawan bicaranya
sebelum pembicaraan berakhir
“Kau tahu, Tidak sopan meninggalkan Lawan bicaramu,” Ingin membuang prasangkanya. Gadis itu
merubah topik dengan mengomentari sikap Rikuto
“Aku hanya berfikir untuk segera menyelesaikan urusanku di sana dan pulang. Lagipula di awal kau
tidak punya sesuatu yang penting untuk di bicarakan,” 
“Urusan? Apa kau Kuroyama Rikuto?” Tanya Gadis itu
“Hm,” 
Gadis itu terkejut untuk kedua kalinya. 
“Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Murid pindahan di tempat seperti ini,”
“Kau sekolah di sana juga?” Tanya Rikuto
“Aku Hirasawa Akari, kelas 1-3,” Gadis bernama akari itu memperkenalkan diri. Tapi, Rikuto tidak
memperdulikannya dan terus berjalan
“Bicaranya di jalan saja, hanya buang waktu jika terus bicara di sini,” 
.
“Apa yang kau inginkan di sana?” tanya Rikuto  di perjalanan
“Aku adalah seorang  Jurnalis sekaligus informan dari pusat , atasan memerintahkanku meliput
proyek yang sedang di kerjakan Oleh Kuroyama’s Group”
Rikuto terdiam, Tidak menyangka sosok Gadis di depannya merupakan se orang  . Memang,
penampilannya tidak seperti gadis SMA yang sangat senang merias diri. Dia hanya menggunakan
Sebuah Mantel Dengan penutup kepala dan dan membiarkan Rambut panjangnya ter urai dengan
Rapih.
“Begitu ya,” 
Rikuto tidak memperdulikan penjelasan dari Gadis di sebelahnya. Karena apa yang ingin dia ketahui
hanyalah apa urusannya di perusahaan Jun.
“Kau sendiri. Apa yang menyebabkanmu datang kesana?”
“Jun- San memanggilku,”
Langkah kaki Rikuto semakin cepat seakan tidak memperdulikan apa yang ada di sekitarnya dan ingin
segera menyelesaikan Urusannya di sana dan kembali pulang ke rumahnya untuk beristirahat di
akhir pekannya.
Posting Komentar

Back to Top