pada hiru jika aku membeli rumahnya
“aku tidak setuju” gumamku
“ciel? Kenapa?” tanya orang itu
“aku tahu apa yang di rasakan oleh tetangga sebelah, bukan, maksudku hiru, Temanku jika kita membeli
rumah itu!” tegasku
“kita kan membeli, dia bisa tinggal di tempat lain” kata orang itu
“Aku yakin kau membelinya dengan harga yang tidak membuat mereka bisa membeli rumah yang serupa” kataku mulai kesal
“ciel, turuti kata ibumu, ayah juga setuju” kata ayahku yang baru selesai mandi
“aku akan keluar!!” kataku kesal sambil keluar rumah, saat aku sedang berlari aku menabrak seseorang
“ciel, kau kenapa?” tanya hiru yang sepertinya baru pulang sekolah
“hiru, ikut aku” kataku sambil menarik tangannya
“kita mau kemana?” tanya hiru
“ke taman yang dulu kita bermain” jawabku sambil terus berjalan ke taman.
“kau kenapa sih?” tanya hiru bingung
“hiru, ada yang ingin aku katakan” kataku
“apa? katakanlah” ucap hiru tersenyum
“orang itu,. aku sangat tidak menyukai kehadirannya di sini!!”
“orang itu? ibu baru mu?” tanya hiru
“aku tidak menganggap seperti itu,” kataku kesal
“kau kenapa? Justru ibumu yang sudah meninggal pasti akan senang jika kau memiliki ibu baru yang akan
menjagamu” kata hiru
“tapi,, Kehadirannya adalah Bencana bagimu!!!” tegasku membuat hiru terkejut
“maksudmu?” tanya hiru bingung
“dia... dia akan membeli rumahmu untuk renovasi rumahku” ucapanku memelan, tapi aku melihat hiru
meletakkan tangannya di mulutnya tanda tidak percaya
“kau serius?” tanya hiru
“ya. aku sudah menolaknya, tapi dia ayah malah membelanya dan kau tahu, Dia membelinya dengan harga yang murah. aku sudah melihat ceknya.” kataku pelan. Dan menangis, mungkin ini
adalah tangisan pertamaku di usia Remaja ku, aku sangat sakit saat mendengar orang itu berkata se
enaknya untuk membli rumah hiru dan menjadikannya untuk perluasan rumahku karena aku sudah cukup dengan rumah yang seperti awalnya
“jangan menangis, ku yakin ini yang terbaik” kata hiru menenangkanku
“ku tahu itu sangat berat bagiku dan bagimu, tapi aku tak akan melupakanmu” lanjut hiru
“hiru, kau sudah memiliki ponsel?” tanyaku
“sudah. Baru saja beli beberapa minggu yang lalu” katanya
“boleh aku meminta nomer kontak mu, agar aku bisa menanyakan keadaanmu nanti” kataku, hiru
mengangguk dan menyebutkan nomer ponselnya satu persatu, dan aku menyimpannya, saat aku akan
pulang dengan hiru, sebuah mobil yang sangat ku kenal berhenti di depanku.
“ciel, ayo ikut, rumah sudah di bongkar” kata ayah dari kaca yang membuatku dan hiru kaget
“hiru, maaf ya, tapi ibumu sudah menunggu di depan rumahmu dengan mobilmu” kata ayah lagi, hiru
menggangguk pertanda mengerti
“ciel, kita akan bertemu lagi, aku akan merindukanmu” kata hiru sambil menepuk pundakku dan pergi ke
rumahnya untuk terakhir kalinya. Aku memasuki mobil ayahku dan duduk di belakang
“kita akan kemana?” tanyaku tanpa semangat
“kita akan keluar negeri, ibumu sudah menunggu kita untuk naik pesawat” kata ayah sambil tetap
menyetir
“kenapa kalian selalu mengambil keputusan sepihak?! Kenapa kalian tidak pernah mengganggap
pendapatku?! Orang itu selalu memandang segalanya dengan uang!! Dan aku tahu, dia yang membuang
seluruh kaset game di kamarku!! Sejak awal, dan ayah juga selalu membelanya!!. aku seperti tidak di
anggap!!” kataku dengan air mata sudah mengucur deras di mataku aku berada di titik terlemahku, Hingga tidak mampu menahan emosiku lagi
“Kau tidak mengerti apapun!!!!!!” bentak ayahku membuatku terdiam
“ayah, aku bersumpah tidak akan mau sekolah di luar negeri!!!” tegasku. Ayah hanya terdiam dan terus
menyetir mobilnya hingga kami sampai di bandara
“darish, ciel, ayo kesini” kata orang itu sambil menggandeng ayah dan memegang tanganku, dengan
segera ku tepis tangannya dengan kasar dan membuatnya kesal, karna kami di perhatikan oleh orang yang
sepertinya bawahan wanita itu, wanita itu menarikku ke dekat kamar mandi
“kenapa kau bersikap seperti itu di depan karyawan ibu?!!” tanyanya, mendengar perkataannya
membuatku tertawa
“hahahahah”
“apa yang lucu?!” tanyanya kesal
“ibuku yang malang, aku baru tahu ternyata orang hebat dan kaya hanya memikirkan tentang harga
dirinya di depan karyawannya, dan juga ternyata orang kaya itu lebih ren”
*PLAAKKKK
Wanita itu menamparku untuk pertama kalinya, jika aku mengatakan pertama kalinya, artinya aku sudah
sering di tampar olehnya setelah hari ini
“aku sudah bersumpah tidak akan sekolah di luar negeri!!, dan aku bersumpah tidak akan menganggap
mu ibu meski aku memanggilmu ibu, kau juga menjatuhkan harga diriku depan karyawanmu dan
tentunya menjatuhkan harga dirimu sendiri depan karyawanmu karna kau menampar anak sendiri hanya
karna harga diri!! Sungguh menyedihkan” Kataku santai. sejak ayahku menikah dengannya sepertnya aku sudah belajar untuk merendahkan seseorang.
“Ciel KESINI KAU!!!” bentaknya, tanpa menghiraukannya aku terus berjalan ke arah ayahku dengan
pipiku masih berwarna merah, hanya menutupinya dengan jaketku
“ciel, apa yang terjadi dengan pipimu?” tanya ayahku
“tanya saja pada isterimu yang kau banggakan itu” kataku sambil naik ke pesawat yanga akan berangkat,
selama 8 bulan aku tinggal di luar negeri karna rumahku sedang di renovasi oleh wanita konyol itu,
selama di sana, aku tidak lepas dari tidur dan bermain game, tak jarang juga aku terkena tamparan karna
mengabaikan perintahnya untuk berhenti bermain game. Karna hal itu juga aku sudah sangat kuat bila di
tampar dan gilanya aku menghitung jumlah tamparan yang ku terima sampai saat ini, sekitar 23 kali
sampai aku akan kuliah sekarang, dan 1 kali saat tamparan itu mengenai hiru, setelah 8 bulan di sana, aku
memutuskan untuk kembali ke tokyo
“aku akan berangkat” kataku pada ayah saat sudah di bandara
“ayah akan menyiapkan uang bulanan untukmu.” Kata ayahku sambil mengambil amplop dan
memberikannya padaku
“yang ini kuterima, tapi saat ayah mengirim uang, hanya akan ku simpan, aku akan berusaha mandiri
dengan berjualan atau usaha apapun” kataku tersenyum
“anakku memang sudah dewasa, tapi, ku ingatkan jangan kau lalaikan sekolahmu, dan juga jangan sampai
ibumu tahu kalau kau berjualan atau bekerja sebelum kau lulus”
“baiklah, dan sampaikan pada ibu bahwa aku merindukan tamparan darinya!” kataku tersenyum dan naik
ke pesawat. Meski aku memanggilnya ibu, tapi aku tetap menganggapnya mimpi buruk bagiku, di
perjalanan aku hanya memikirkan agar cepat sampai di sana dan menjalankan rencanaku yang ku
rencanakan selama beberapa bulan
“halo” kataku saat menghubungi sebuah nomer saat telah turun pesawat
“ini siapa?” tanya orang dalam telpon
“lama tak berjumpa hiru” kataku
“jangan jangan kau?!” tanya hiru kaget
“ciel lonlion” jawabku
“ciel ini kau?!” tanya nya tidak percaya,
“aku akan sekolah di sini, aku tidak berniat sekolah di luar negeri” jawabku
“bagaimana kabarmu?” tanyaku
“aku baik, bagaimana denganmu?” tanya hiru
“sangat baik” jawabku
“hiru, aku mengundangmu dan ibumu untuk ke rumahku malam ini” kataku
“baiklah, kebetulan ibu ingin bertemu denganmu” katanya sambil mematikan telpon,
“bagaimana kabarmu bu?” tanyaku pada ibu hiru
“baik nak, ada apa mengundangku kesini?” tanya nya
“aku ingin meminta maaf tentang apa yang di lakukan oleh orang tuaku” kataku,
“jangan di pikirkan, kata ibu hiru, kemudian hiru masuk ke rumahku dengan membawa koper dan
memandangku, Aku tertegun melihatnya menjadi seorang gadis yang sangat feminim. di sisi lain aku juga merasa heran karena aku belum mengatakan bahwa aku ingin mengajak hiru tinggal bersamaku
“bu, karna aku tinggal sendiri, aku akan mengajakmu dan hiru tinggal bersamaku” kataku pada ibu hiru
“ibu juga ingin hiru tinggal bersama mu karna dia masih sekolah di sini, tapi ibu harus kembali ke luar
kota, karna ibu sudah ada pekerjaan di sana” kata ibu hiru sambil berdiri
“ibu harus pergi sekarang, hiru, jangan membuat masalah ya. ciel, jika dia membuat masalah, tidak
masalah jika kau memarahinya” kata ibu hiru sambil masuk ke mobilnya dan pergi.
“selamat datang, karna rumah ini awalnya rumahmu, jadi aku akan membiarkanmu menempati kamar di
ujung yang cukup besar, aku cukup di kamar yang pernah menjadi kamarku” kataku sambil menunjuk
kamar hiru dan kamarku yang jaraknya tidak terlalu jauh
“b.. baik” kata hiru. Selama beberapa bulan tinggal, kami hanya saling diam, tapi setelah beberapa saat
kami kembali akrab dan aku menganggap hiru sebagai adik yang akan ku jaga, beberapa saat kemudian,
aku dan hiru mendaftar sekolah, karna aku sudah terlalu pintar untuk tes masuk kelas satu, sekolah
langsung menaikkanku ke kelas dua dan membuat hiru tetap di kelas satu. Dan kami mulai menjalankan
sebuah toko online di rumahku yang mencapai hasil saat aku naik ke kelas tiga, aku bisa membeli motor
yang selama ini selalu ku gunakan untuk pergi kemanapun.
>Flashback Off<
“kau serius sampai saat ini sudah di tampar 23 kali?!!” tanya ayahku kaget “hahaa, ya” kataku
“huh” kata ayah
“ayah harus pergi sekarang, maaf jika ayah tidak memiliki banyak waktu untukmu” lanjut ayah sambil
pergi dengan mobilnya, aku menatap jendela dan mengingat kembali beberapa kenangan yang telah kami
lalui,
“kak, aku akan pindah ke osaka beberapa minggu yang akan datang, aku akan menunggumu menemuiku
di saat terakhir ku di tokyo, dan ku harap kau bisa membantu orang yang ku kenal di game untuk
menyelesaikan masalah di sana, aku tidak nyaman bermain di sana karna adanya orang itu, karna aku juga
memainkan game itu” hiru mengirim pesan padaku
“aku akan menyelesaikan semua masalah di game itu dan menemuimu untuk mencegahmu pergi ke
osaka, Karena aku sudah memikirkan untuk tinggal di Tokyo saat kuliah,” kataku membalas
pesan hiru