Virtual Reality – It’s Not Only About Game .Chapter 27 - Truth

Diposting oleh Label: di
Pagi ini, cuacanya sangat gelap. Lebih gelap dari hari termendung di kyoto, entah apa yang akan
terjadi hari ini, koneksi internet pun menghilang sehingga aku tidak bisa masuk ke dalam game ku. 
“aku tidak bisa keluar” batinku saat melihat cuaca yang sangat mendung itu. walaupun hari ini
adalah hari dimana ayah akan pergi ke rumahku, aku tidak bisa menyediakan apa apa untuknya
karna cuaca yang buruk 
“ciel, cuaca mendung, ayah sudah tahu lokasi tempatmu, dan ayah baru akan berangkan beberapa
saat lagi dari tokyo” ayahku memberikanku pesan, aku menghela nafas panjang karna merasa sangat
terbebani saat ini, terlebih freya tidak pernah memberikanku kabar dan mendadak menyudahi
hubunganku. Hubungan yang sangat singkat antara aku dan freya belum bisa menumbuhkan benih
cinta yang besar dalam diriku, tetapi, pertemuanku yang sangat singkat pada flaricia membuatku
merasa seperti di dekat hiru dulu. Aku memakai pakaian hangat dan pergi ke luar rumah untuk
membeli  sesuatu, meski sudah mendung aku memaksakan membeli makanan karna aku sangat
lapar pagi ini. tiba tiba telponku berdering 
“halo?” kataku 
“ya, ini ayah?” jawabnya 
“ada apa?” tanyaku 
“aku sudah hampir sampai, dan aku sedang membelikanmu makanan, jadi kau tidak perlu
membelikan apa apa” 
“baiklah” kataku sambil menutup telpon, aku kembali berjalan ke rumah dengan perlahan 
“sudah sampai ya?” tanyaku saat sudah di depan rumahku 
“aku pulang” kataku 
“kau dari mana?” tanya ayah 
“aku tadi keluar untuk membeli minuman, tapi katamu tidak perlu. Jadi aku kembali” jawabku 
“begitu ya?, makanlah” kata ayah memberikanku makanan 
“terimakasih” kataku singkat 
“ya, ciel, ayah senang kau memilih untuk kuliah, ku yakin ibu juga senang” katanya saat kami sedang 
makan 
“ya, tapi ibu hanya ingin aku kuliah di luar negeri” kataku 
“hiru juga senang kau memilih kuliah” kata ayahku sambil menepuk pundakku 
“apa.. maksudmu??” tanyaku terkejut 
“hiru bilang, dia senang kau memilih untuk kuliah, dan dia bilang akan belajar lebih giat lagi untukmu 
dan ibunya” jawab ayah 
“begitu ya” kataku tenang 
“kau harus belajar giat, ayah juga berharap padamu.” Lanjut ayah 
“aku akan berusaha sebisaku saja” 
“sebenarnya, ayah juga sepertimu, tidak suka belajar dan sangat senang bermain game,” kata ayah 
“jadi?” tanyaku 
“aku meninggalkannya karna ibumu yang sekarang ini, dia tidak suka pria yang suka bercanda, jadi,
aku memilih untuk bekerja dengan serius” jawabnya 
“aku tidak suka dengannya. Aku tidak pernah bisa mengganggapnya pengganti ibuku bagaimamapun
ia berusaha untuk meyakinkan bahwa aku adalah anaknya” kataku kesal 
“ya, aku tahu, kita sama sama tidak bisa melewatkan kenangan tentang ibu, saat bersama ibu
kandungmu,  ayah selalu ada di rumah dan tidak pernah lembur, tapi sekarang, jika ayah ada di
rumah setelah kerja  ayah tidak mendapati siapapun dirumah, jadi kupikir untuk selalu lembur” jelas
ayah 
“ciel, hiru itu mengingatkanku pada ibu kandungmu” lanjut ayah 
“apa maksudmu?” tanyaku 
“dia terlihat sangat sopan dan ramah padaku dan dia pintar” jawabnya, aku hanya diam, ku tahu
yang dikatakan ayah benar 
“dan freya, ia mengingatkanku pada istriku yang sekarang” lanjutnya 
“yah,” gumamku, dia hanya menengok padaku  “Hubunganku degannya sudah berakhir” kataku 
“aku tahu kabar kalau kau sudah mengakhiri hubunganmu dengan freya, dan ibumu marah karna
kau  melakukan itu” katanya  
“marah?” tanyaku 
“hmm, mungkin kau bisa membaca sesuatu yang ada di kalungmu,” jawab ayah membuatku teringat
akan  perkataan freya bahwa bila kami berpisah bacalah tulisan pada  kalung itu untuk mengetahui
pesan  terakhir darinya 
‘ciel, aku sudah bisa mencintaimu saat ini, tapi, aku sebenarnya hanya ingin kau berhenti bermain
game  dan kuliah dengan serius, aku sudah membicarakan semuanya pada ibumu. Ku tahu akan sakit
jika kau  membaca ini, tapi, aku melakukan semuanya agar kau dan ibumu bahagia’ begitu membaca
tulisan ini,  aku merasa nafasku sesak dan detak jantungku terasa memelan, aku terdiam du sudut
kamarku sendiri, tanpa peduli apa yang dilakukan ayah di luar kamarku,  
“kenapa ini harus terjadi?!! Jadi ini yang kau lakukan untuk menyerang kelemahanku!?” kataku
kesal. Aku memukul tembok hingga tanganku memerah, aku sangat  merasa di manfaatkan olehnya
dan orang itu., meski begitu, aku sudah sangat menganggapnya yang terbaik, tapi dia  melakukan
semua ini padaku? Terlebih itu seolah sudah di rencanakan tentang membuat karakternya se baik
saat itu. 
“ciel, ayah sudah pernah bilang padamu, untuk selalu menganggap hiru, tapi kau telah membuatnya 
kecewa.” Kata ayah yang baru datang 
“kau tidak tahu apapun tentang yang ku lalui!!” bentakku,  
“aku tahu semuanya!!” katanya tegas, aku terdiam mendengar perkataannya 
“aku penah muda. Dan aku pernah merasakan rasanya di manfaatkan, dan itulah yang membuatku 
dewasa” lanjutnya 
“tapi, ku dengar kau yang mengakhiri hubungan dengan freya, bisa kau jelaskan yang terjadi?” tanya 
ayah 
“ceritanya panjang” kataku 
“ceritalah, waktuku juga panjang” kata ayah 
“baiklah” 
+++++++ 
“jadi begitu ceritanya..” kata ayah 
“ya” kataku singkat 
“kalau begitu, kau selesaikan urusanmu degan orang yang mengancam para player dalam game”  
“aku sedang berusaha menyelesaikannya” kataku 
“Bolehkah aku mengungkit cerita lama?” Tanya ayahku tiba tiba, Aku hanya meresponnya dengan
anggukan
“Cerita lama tentang keluarga kecil bahagia dengan 3 orang di dalamnya” Lanjutnya
“Maksudmu membahas masa lalu kan? Lakukanlah,” 
 >>Flashback ON<< 
“darish, ini bekalmu untuk kerja” kata seorang wanita yang sedang menyiapkan makanan untuk
ayahku,  ya. darish lonlion adalah nama ayahku 
“baiklah, miharu, aku akan berangkat dulu” ucap darish sambil mengambil kotak makanannya dari
ibuku,  miharu 
“ciel, ayah berangkat dulu ya” sahut ayah padaku 
“ayah, belikan aku game baru” kataku yang saat itu masih kecil dan sangat polos, ayah hanya
mengacak  rambutku dan pergi ke mobilnya 
“miharu, aku akan pulang secepatnya” darish tersenyum pada isterinya, miharu.  
“ya. aku akan menunggumu” jawab miharu senang. Tak lama ayah pergi untuk berangkat kerja,  
“ibu, ayah kerja apa?” tanyaku  
“dia itu orang yang mengurus keamanan dlam game, dan dia yang membuatmu dapat bermain game
game itu” jawab ibuku 
“ooohhh” aku hanya mengangguk seakan akan mengerti akan perkataan ibu,   “ciel!!, aku hiru, ayo bermain” hiru memanggilku dari luar rumahku 
“ibu,,” kataku  
“pergilah, bermain diluar juga asik” kata ibuku sambil membukakan pintu pada hiru 
“halo ciel!!” sapa hiru yang saat itu juga masih kanak kanak, usia kami saat itu adalah 13 tahun dan
hiru 
12 tahun 
“iya” kataku malas 
“hei miharu, apa kabarmu” sahut wanita yang datang setelah hiru 
“hei stella. Aku baik baik saja, bagaimana denganmu?” tanya ibuku 
“baik. Anakmu sudah besar ya” 
“ciel..” panggil hiru 
“hmm” jawabku singkat 
“apa kau tidak berniat bermain denganku?” tanyanya 
“aku sedang bermain game” jawabku 
“kau ini, apa nilaimu bagus?!” tanyanya mulai kesal 
“kalau buruk juga bukan urusanmu” jawabku singkat 
“huft, baterainya habis” keluhku  
“nah, ayo kita main ke taman,” kata hiru  
“baiklah” kataku mengiyakan ajakkannya, kamipun berjalan bersama ke taman dan duduk di bangku  
“apa kau tidak ingin main sesuatu?” tanyanya 
“aku cukup disini” jawabku singkat 
“hiru.. dia siapa?” kata anak lelaki yang datang  
“dia ciel, tetanggaku” jawabnya 
“oh, sepertinya aku jarang melihatnya” katanya 
“aku ciel lonlion, aku jarang keluar rumah karna sering bermain game” kataku memperkenalkan diri 
“jadi begitu, bagaimana kalau kita bermain lempar bola?” tanya anak itu sambil memanggil teman 
temannya 
“kawan, ini ciel lonlion teman baru kita!” kata anak itu,mereka semua ngelilingiku dan bertanya
tanya  tentang diriku, tak lama kami bermain lempar bola, rasanya bermain bersama teman teman
lebih  menyenangkan dari bermain game sendirian di rumah. Aku merasa banyak yang
memperhatikanku saat  itu, meski aku selalu kalah dan di tertawakan saat bermain, aku tidak pernah
merasa kalau aku sedang di ejek, bahkan rasanya sangat menyenangkan bermain bersama mereka
hingga aku tidak merasa bahwa hari sudah sore dan langit mulai gelap 
“menyenangkan kan main di luar?” tanya hiru saat kami duduk di bangku berdua dan anak anak lain 
mulai pulang 
“ya, namun rasanya badanku sangat pegal” kataku 
“hahahah aku juga merasakan hal yang sama” katanya tertawa 
“huh,” gumamku 
“ciel , apa kau punya adik?” tanya hiru 
“tidak” jawabku singkat 
“hmm, ku pikir akan menyenangkan jika aku menjadi adikmu” kata hiru tersenyum 
“mungkin, tapi kita bukan keluarga” kataku  
“benar juga ya, hehehe” hiru tertawa kecil 
“ayo kita pulang, hari sudah semakin malam” kataku 
“baiklah” kami sama sama berjalan pulang ke rumah kami yang persis bersebelahan saat itu, aku
sangat  menghargai hari menyenangkan ini dan tidak pernah melupakannya sampai kapanpun 
“dari mana kau ciel?” kata ayah saat aku sampai rumah 
“main diluar” jawabku sambil melepas sandalku 
“mandilah, lalu makan” kata ayahku, aku mengangguk dan pergi ke kamar mandi, dan setelahnya
makan  bersama ayah dan ibu, hari yang ku lalui selama ini sangat indah dan terus berjalan menjadi hari
yang  indah, aku selalu bermain bersama anak anak di luar rumahku. hingga ibu kandungku saat aku
berusia 14 tahun. Dan menjalani hidupku selama 6 bulan hanya bersama ayahku hingga.
“perkenalkan ini sina. Isteriku yang akan menjadi ibumu ciel” kata ayah ramah 
“hmm?” gumamku bingung. Saat ayah baru menikah dangan ibuku yang sekarang, aku sudah hampir
menginjak 15 tahun. aku tidak bisa menerima ayah menikah dengan orang yang kelihatannya sama
sekali tidak ramah.  Saat itu aku jarang berbicara dengan sina dan juga dia jarang berbicara padaku 
selama beberapa hari  hingga 
“darish, bagaimana jika kita beli rumah di sebelah kita, jadi rumah kita bisa sedikit lebih besar” usul
sina
Posting Komentar

Back to Top