Happiness In An Unfair World. Chapter 03 - Different

Diposting oleh Label: di
“Senpai, Kenapa kau menawarkan pulang bersama? Rumahmu kan berbeda arah denganku,” Tanya
Misaki yang duduk di belakang jirou
“Kau juga tidak biasanya pulang Berjalan kaki,”
“Aku sudah sering jalan kaki minggu ini,” Kata Misaki
“Beigtukah? Atau semenjak Si Kuroyama datang?” tanya Jirou. Suasa di sepeda pun berbeda.menjadi
suasana serius.
“entahlah,” Jawab Misaki. Jirou tidak menanggapinya lagi dan mengayuh sepedanya dengan cepat
“apa kau terganggu dengan kedatangannya?” tanya Misaki memecah keheningan 
“Tidak juga,” Jawab Jirou singkat
“Cara bicaramu menjelaskan semuanya,”
“Jika aku tidak suka kenapa?”  dengan Emosi. Jirou mempercepat laju sepedanya.
“Hey. Bisa sedikit lebih pelan!?” kata Misaki memperingati dengan panik. Setelah beberapa lama,
Jirou memperlambat sepedanya.
“Kau tidak suka dengannya atau tidak suka dengan namanya?” tanya Misaki
“Aku mulai tidak menyukainya saat melihatnya berbaring di Atap sebelum pelajaran berakhir. Dan
aku semakin tidak menyukainya setelah tahu namanya,”
“Jika karena nama, Mungkin dia berasal dari keluarga yang berbeda dengan nama yang sama,” Kata
Misaki menenangkan
“Tapi, Apa apaan cara memandangnya itu?!” emosi Jirou kembali meninggi
“cara memandangnya?”
“Cara memandangnya Seperti ia sudah punya segalanya dan tidak tertarik pada apapun. Dan tadi,
Perkataan sombongnya di iringi tatapan mata yang tidak menunjukkan adanya emosi benar benar
membuatku kesal,” 
“Dia sudah seperti itu sejak awal masuk ke kelas. Tatapan matanya juga sudah se dingin itu sejak
masuk ke kelas untuk pertama kali. Tapi, senyumnya saat di ruang guru dan saat memperenalkan diri
terasa seperti senyum tanpa perasaan,” Jelas Misaki sambil bergumam sendiri
“Perlu ku antar sampai rumahmu?” tanya jirou
“Tidak perlu, Sampai sini saja,” Jawab Misaki sambil turun dari sepeda Jirou. 
Setelah Jirou menghilang jari pandangannya. Misaki berjalan menuju Rumahnya. Masih di iringi
perasaan ingin tahu tentang murid yang baru pindah beberapa hari yang lalu dan terlelap dalam
pikirannya hingga dia sampai di depan Rumahnya.
“Aku Pulang,” Kata Misaki sambil membuka Pintu rumah
--
“apa ada di antara kalian yang melihat Kuroyama-kun?” Tanya sino pada seluruh penghuni kelas . 
“aku belum melihatnya beberapa hari ini. Tapi, di mejanya sudah ada Jawaban yang ter isi penuh’”
Jawab Takaki tanpa mengalihkan pandangannya dari lembar latihanya. Sudah 4 hari sejak  Rikuto 
pulang bersama Misaki. Sejak itu, Rikuto hampir tidak pernah menghadiri kelas. Meski begitu,
lembar jawaban latihannya sudah ter isi penuh.
“Sepertinya Aku harus bicara padanya. Memang dia sudah menyelesaikannya. Tapi, tidak menghadiri
kelas juga bukan pilihan yang baik,” Kata Sino sambil mengambil lembar jawaban Rikuto dan
meletakkannya di meja guru
“Dia itu, Ada apa dengannya?” gumam Misaki tidak tenang dan mengisi lembar jawabannya dengan
cepat
“Aku selesai,” Misaki berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kelas
“sepertinya Tuan putri khawatir,” Kata beberapa siswa mengolok Misaki yang baru saja keluar dari
ruang kelas
“Benar juga ya,” Balas siswa lainnya dengan tawa kecil mereka
“Harap Tenang!!”
Di pinggir atap, Rikuto berdiri menyender ke dinding yang setinggi pinggangnya sambil melihat
keluar. Tidak jelas apa yang ada di pikirannya. Karena tidak ada ekspresi yang menjelaskan apa yang
di rasakan olehnya. Suasana di sekitarnya terasa sangat tenang. 
Langit cerah dan pancaran sinar matahari yang tidak terlalu panas menyentuh kulitnya. Di iringi
dengan hembusan angin yang bisa menyejukkan siapapun 
“Apa yang ku inginkan? Apa yang ku impikan?” Gumam Rikuto dalam hatinya. Wajahnya tidak
menunjukkan apa yang ia gumamkan beberapa saat lalu. Dengan tenang, Rikuto duduk dan
mengambil ponselnya dari dalam sakunya.
‘Kejamnya. Aku hanya ingin mengetahui kabar mantan anggota terpenting’ 
Pesan dari pengirim yang sama dengan malam itu. Rikuto menutup ponselnya tanpa membalas
pesan tersebut.
“sepertinya aku harus ganti alamat e-mail,” Gumam Rikuto sambil menghapus pesan tadi.
“Kuroyama-san!” panggil seseorang Sambil membuka Pintu atap
“Ada apa?” panya Rikuto sambil memasukkan ponselnya ke dalam sakumya
“Kenapa kau tidak menghadiri kelas beberapa hari ini?” tanya Misaki
“Aku sudah menyelesaikannya. Kau sendiri yang mengatakan jika sudah selesai maka bisa menunggu
di luar kan?”
“Tapi, tidak perlu sampai tidak menghadiri kelas”
“Misaki-san Sendiri, kenapa ada di sini? Bukannya kau akan bosan jika harus mengunggu di luar
seperti ini?” tanya Rikuto. Pertanyaannya seperti pertanyaan untuk memastikan biasa. Tapi, suara
yang keluar dari mulutnya sangat terdengar dingin meski dia mengatakan tanpa meninggikan
suaranya.
“Sina-Sensei mencarimu pagi tadi,” Kata Misaki tanpa menjawab pertanyaan Rikuto. Tanpa
meresponnya, Rikuto berdiri dan menatap Langit
“ada apa?” tanya Misaki
“Tidak,” Jawab Rikuto tanpa mengalihkan pandangannya.
“kuroyama-san?”
“ada apa?”
“Kau tidak lapar? Ini sudah masuk jam Istirahat makan siang lho?” kata Misaki sambil membuka
kotak makan siangnya
“Aku tidak biasa makan di siang hari,”
“hah?”
Misaki Keheranan mendengar perkataan Rikuto. Karena, normalnya, Tidak ada orang yang tidak
makan saat siang se keras apapun orangnya.
“Jam makanku jam 2 siang,” Lanjut Rikuto sambil berbalik dan menghadap Misaki. Raut wajah Misaki
masih tidak berubah, Memandang Rikuto dengan penuh heran.
“Apa di negaramu Istirahat makan itu jam 2 siang?” 
Dengan Ragu, Misaki bertanya pada Rikuto. Dengan menutup matanya Rikuto menjawab dengan
tenang
“Itu tidak mungkin kan?”
“Istirahat makan Siang tetap sama seperti disini. Tapi, aku selalu makan siang jam 2,” Lanjutnya
sambil mengaktifkan Ponselnya dan memutar sebuah lagu. Iringan lagu dari Ponsel Rikuto
menambah tenang suasana. Tanpa sadar, Rikuto memperhatikan Misaki yang sedang makan, Lebih
tepatnya Makanan yang di makan Misaki. Dan setelah beberapa lama, Misakipun menyadarinya dan
bertanya
“kau mulai lapar?”
Tanpa bicara, Rikuto menggelengkan kepalanya dan menghadap ke sisi lain. 
“Kuroyama-san?”
Seperti terbawa suasana oleh lagu yang di putar Rikuto, Misaki memanggil Rikuto dengan suara yang
rendah seperti bergumam. Tapi, masih cukup jelas untuk di dengar Rikuto
“ada apa?”
“Ceritakanlah sedikit tentang dirimu saat di negaramu. Dan, juga tentang nama keluargamu,” Kata
Misaki dengan suara yang pelan Rikuto yang mendengar permintaan spontan dari Misaki terdiam. Permintaan yang di ajukan Misaki sepertinya cukup berat untuknya. Dan entah Misaki mengatakannya dengan sadar atau terbawa suasana oleh lantunan lagu yang diputar Rikuto
“Aku sudah pernah mengatakan. Aku adalah siswa biasa yang kebetulan mendapat Beasiswa
Pertukaran pelajar ke sini. Dan memiliki Masalalu seperti halnya siswa Pada umumnya,”
Meski terdengar panik. Rikuto benar benar memiliki kontrol yang baik, Nada suaranya tidak berubah
seperti orang panik pada umumnya. Bahkan ekspresinya tidak menunjukkan bahwa dia sudah panik.
“Tapi, Kau benar benar terlihat berbeda dari yang lain. Ekspresi yang kau tunjukkan juga tidak seperti
siswa yang punya Masalalu pada umumnya. Terlebih saat perkenalan, dan di ruang guru. senyum
yang kau tunjukkan itu tidak terlihat seperti kau ingin tersenyum. Lalu__”
“Apapun tentang masa lalu dan diriku itu bukan urusanmu kan?”
Seperti sudah lelah dengan perkataan Misaki, Rikuto memotongnya dengan pertanyaan yang sudah
di pastikan Misaki tidak bisa menjawabnya. Dan lagu yang di putar Rikuto pun telah berhenti.
“Maaf, Aku harus mengantarkan lembar jawaban sebelum siswa yang lain kembali ke kelas,”
Rikuto berdiri dan mengambil kertas dari Tas yang ada di sebelahnya. Tapi, sebelum dia beranjak ke
kelas, Dia di hentikan oleh Misaki
“Kenapa?”
“Aku saja yang mengantarnya. Maaf ya sudah membanjirimu dengan pertanyaan seperti itu,”
Tanpa menunggu jawaban Rikuto, Misaki mengambil kertas dari tangan Rikuto dan membawanya
“Dan juga, Lagu tadi sangat bagus. Meski kau bukan orang jepang, ternyata kau juga mendengar
Lagu jepang,”
Kata Misaki sambil menutup Pintu atap dan pergi menuju kelas. Misaki terus berlari mendekap
lembar jawaban Rikuto dan tanpa sadar bergumam sendiri
“Tidak ku sadari, dia bisa jadi seperti itu,”
“Meski tidak mengangkat suaranya. Atau merubah ekspresinya. Tatapan matanya menjelaskan
segalanya,”
“Aku hanya ingin mengetahuinya, apa sebaiknya aku tidak penasaran lagi?”
Tenggelam dalam gumamnya sendiri. Tanpa sadar, Misaki telah sampai depan Ruang kelas 1-5.
Misaki segera masuk dan meletakkan Jawaban Rikuto di mejanya,
“Syukurlah. Mereka belum tiba,”
Setelah mengatakan itu, Misaki mendengar langkah kaki menuju kelasnya. Dengan cepat. Ia menuju
mejanya dan duduk di sana.
“Loh? Meja Kuroyama-kun sudah ada lembar jawabannya?”
“Bukannya ia tidak Masuk?”
Para siswi yang lebih dulu masuk ke kelas terlihat cukup terkejut dengan 3 Lembar kertas di meja
Rikuto. Misaki yang mendengarnya hanya tersenyum ringan. Tak lama, Bel berbunyi. Seluruh siswa
dengan spontan langsung duduk di tempatnya masing masing. Dan Jam pelajaran Berikutnya pun
dimulai.
++Rikuto’s POV++
Siang yang sejuk. Aku bersandar di dinding atap dan memejamkan mataku, Menikmati udara yang
menyejukkan dan tenangnya situasi ini. Situasi yang selalu aku inginkan. Meski ada beberapa hal
yang sudah mengganggku. Aku juga sedikit merasa bersalah mengatakan seperti itu pada Misaki.
Tapi, Aku lebih tidak suka membicarakan masa laluku pada orang yang tidak ada hubungannya
dengan diriku. Tak lama terlelap, Pintu atap terbuka, Aku melihat sosok orang yang pernah
memandang penuh emosi padaku. Dan karena kedatangannya di hadapanku aku jadi sadar kalau aku
lupa menanyakan tentang orang ini pada Misaki. Tapi, itu bukan urusanku juga. Jadi, Aku tidak akan
ikut campur.
“Bolos seperti biasa ya? Murid pindahan?” orang itu membuka pembicaraan
“kiroyama Jirou-Senpai. Apa yang membuatmu repot mengunjungi Juniormu?” tanyaku Dengan
tenang
“Aku harap kau tidak bersikap sombong. Karna kau pemalas jadi sifat itu tidak pantas untukmu!” 
“Jika aku pemalas, Apa yang kau lakukan di tempat pemalas?” aku bertanya padanya tanpa
melemparkan pandanganku padanya. 
“Untuk menegaskan sesuatu padamu”
Mendengar perkataannya. Aku berdiri dan menatap lurus ke arahnya, tampaknya dia akan
menegaskanku tentang Misaki,
“Jangan permainkan Misaki!!”
Dugaanku benar, Ia akan berkata tentang Misaki. Tapi, aku sama sekali tidak mengerti tentang apa
yang ia bicarakan, jelas aku tidak mempermainkan apapun.
“Apa maksudmu? “ tanyaku untuk memperjelas ucapannya
“Dengan sikapmu. Kau permainkan dia dengan Sikapmu!. Bersikap sok tenang tapi tidak ingin orang
lain mencari tahu tentang dirmu,” 
“Aku memang tenang. Dan juga, aku sudah bersikap seperti ini sejak awal,” Kataku tanpa
mengalihkan pandanganku darinya
“Sikap tenangmu itu menarik rasa penasaran darinya Bodoh!!,” 
Tampaknya dia telah mulai Kehilangan kesabaran, Tangannya sudah mengepal dan suaranya sudah
bergetar saat menegaskan padaku.
“bukan urusanku kan?. Aku tidak suka membicarakan Masa laluku pada orang yang tidak
berkepentingan.,” Kataku tanpa mengalihkan pandanganku, Dia sepertinya tidak bisa menjawab lagi.
Tatapan sinis dan tanganya yang mengepal siap memberiku jawaban tanpa berbicara.
“Kau mengganggu, Perglah ke kelasmu. Dan juga, Masalah rasa penasaran Misaki itu bukan Uru__”
“Bukan apa? Urusanmu?!! Hah!!!” Dia tiba tiba mencengkram lengan bajuku dengan keras. Dengan
tangan yang siap memukul wajahku.  Tanpa bergerak. Aku menghela nafas.
“Bukankah kau tau senpai, Berkelahi di manapun, Jika menggunakan seragam sekolah atau dengan
Siswa satu sekolah akan menyebabkan dirimu di keluarkan,” 
“Aku tahu itu!. Tapi, Jika menyangkut Misaki, Aku tidak bisa__”
“Hey. Kau sangat berisik. Katakan jika kau suka pada Misaki, Aku akan berusaha untuk tidak
mengganggu waktunya denganmu. Jika Seperti ini, Kau sangat mengganggu waktuku,”
Mendengar perkataanku, Dia tertawa ringan dan tersenyum
“aku penasaran. Pemalas sepertimu akan jadi apa di papan nilai Latihan minguan,” Katanya di sertai
dengan tawanya yang menggelikan
“Kau mencoba melarikan diri dari pembicaraan,”
 Dengan tenang aku melepaskan tangannya yang mencengkram bajuku. Tapi, dia malah memperkuat
cengkramanya dan mengangkatku.
“Sialan!!, Aku tidak ingin mendengarnya darimu yang selalu melarikan diri jika di minta untuk
menceritakan tentang Masa lalu!. Apa seburuk itu Masa Lalumu?!” Sekarang dia membentakku.
Bahkan aku sudah terkena pukulan di pipi kananku
“Huh, Benar, Aku melarikan diri. Jika kau ingin memukulku lagi, aku tidak akan membalas. Aku tidak
tertarik dengan perkelahian yang tidak ada hubungannya denganmu.” Kataku setelah menerima
pukulan darinya
“Kau!! Dari mana datangnya Rasa tenang itu! Apa kau tidak Merasa kesal jika di bentak seperti itu?!”
Tanyanya. Aku menghembuskan nafas dan menjawab
“Emosi pada diri seseorang itu mengganggu. Aku tidak ingin membawa sesuatu yang mengganggu.
Jadi Sebagian besar  Emosiku sudah ku buang 2 tahun yang lalu. Dan aku sekarang hanya akan hidup
dengan tenang” Jelasku.
“Bajingan!!” Dia melayangkan pukulan ke arahku lagi. Aku berniat menghindarinya. Tapi pukulannya
berhenti tepat di depan Mataku.
“Misaki?”  Saat aku menoleh, Misaki terdiam dengan tangan yang masih memegang gagang pintu yang
sepertinya baru di bukanya. Dia tampaknya sangat terkejut dan panik sehingga langsung
melepaskanku.
++Rikuto’s POV End++
Misaki masih terdiam, Wajahnya menatap Rikuto dan Jirou dengan sangat terkejut.Setelah
cengkraman pada Kerah bajunya di lepaskan, Rikuto merapihkan seragamnya dengan tenang.
Sementara itu, Jirou tampak sangat panik dan takut tentang apa yang akan terjadi
“Apa yang kalian berdua Lakukan?!” tanya Misaki dengan Keras. Misaki kehilangan kesabarannya.
“kenapa kau ada di sini Misaki? Jam pelajaran belum Usai?”  Tanya Jirou dengan kepanikan yang
terlihat jelas.
“Aku sudah menyelesaikan Latihanku,” Jawab Misaki singkat dan menatap Rikuto yang tidak panik
sedikitpun. Jirou mengumpulkan keberanian untuk bicara dan mempersiapkan diri untuk kemarahan
Misaki dan Hukuman dari sekolah
“Aku__”
“Aku yang memancing emosinya. Kupikir dia tidak bersalah”
Rikuto memotong perkataan Jirou sambil merapihkan dasinya yang sudah lepas oleh Jirou
“kuroyama-san?” 
“tapi, Kiromaru-Senpai. Apa yang kau lakukan di sini?! “ Dengan tatapan sinis, Misaki menatap Jirou
“sebenarnya, Aku bolos pelajaran untuk memperingatinya agar tidak bolos dalam pelajaran. Karena
aku tahu dia ada di sini setiap waktu,” Jelas Jirou
“kau pikir Kuroyama-san Bolos?” tanya Misaki. Jirou hanya terdiam dan tidak bicara apapun
“Dia itu sudah menyelesaikan Latihannya”
Mendengar jawaban Misaki atas pertanyaannya sendiri., Dengan terkejut. Jirou menatap Rikuto 
“Kau serius?” Pertanyaan Spontan Terlepas dari mulut Jirou
“Ya.” jawab Rikuto Singkat
“Aku akan pergi ke ruangan Konseling,” karena merasa jadi pusat perhatian, Rikuto mengalihkan
pembicaraan dan berjalan menuruni tangga. 
“kali ini aku tidak akan melaporkan kalian. tapi, Ku harap kalian tidak mengulanginya lagi.”
Misaki memegang tangan Rikuto dan menghentikan langkahnya.  
“Baiklah. Tapi, Misaki. Sampai kapan kau akan memegang tangan orang itu?” tanya Jirou sambil
menuruni tangga dan meninggalkan mereka berdua. Dengan Reflek, Misaki melepaskan tangan
Rikuto
“Maaf, Kuroyama-san”
“Hm.”
Karena malu, Misaki mengambil buku yang ada di sakunya dan membacanya sambil bersandar di
tembok. Rikuto yang tidak memperdulikan Misaki berjalan menuju Dinding setinggi pinggangnya
yang berada di sisi Atap sekolah. Dan berdiam diri sambil menatap Langit
“kuroyama-san. Ada selembaran dari Sena-sensei” 
Rikuto mengambil selembaran yang di berikan Misaki dan membacanya. Tertulis di sana. Rikuto
harus menceritakan selama 15 menit tentang Dirinya. Sebagai tugas untuk  2 minggu yang akan
datang
“Apa ini?” Tanya Rikuto
“Itu adalah program Sena-Sensei seluruh murid akan bergiliran untuk bercerita,”
“aku akan tidak masuk,” 
Dengan spontan, Sebuah kalimat keluar dari mulut Rikuto.  Meski tidak sampai merubah Ekspresi
dan Nada suaranya. Misaki yang mendengarnya terkejut dan tertawa cukup keras.
“Dia juga bilang ada hukuman berat untuk Kuroyama-kun Jika tidak masuk,” Kata Misaki masih
dengan tawanya
“huh. Jika sudah di rencanakan.  Aku akan menggunakan senjata terakhir” Gumam Rikuto sangat
pelan, Namun tidak cukup pelan untuk mengelabui pendengaran Misaki “apa Maksudmu?”  Tanya Misaki 
“Tidak,” Jawab Rikuto santai
“Apa yang akan Kau lakukan Ri-Kun!” Gumam Misaki dengan tawanya. Rikuto yang mendengarnya
secara Reflek menoleh ke arah Misaki
“Kau bilang apa?”
Posting Komentar

Back to Top