Happiness In An Unfair World. Chapter 02 - Flow

Diposting oleh Label: di
“Sesuai dengan Penetapan pekan, Hari ini seluruh siswa harus mengerjakan 40 soal untuk
meneruskan yang di kerjakan di hari pengalihan.!” Seru sino pada seluruh siswa di pelajaran pertama
“dan, Kuroyama-kun Ku harap kau sudah menyelesaikan minimal 60 soal untuk menyicil hari
sebelumnya!” Tambahnya sambil membuka dokumen yang ada di tangannya. Setelah di beri arahan
seperti itu, Seluruh siswa dengan spontan menggerakan tangannya secara sendirinya untuk
mengerjakan soal untuk hari ini.Berbeda dengan di negaranya, Rikuto merasakan perbedaan
suasana kelas yang mencolok di mana rata rata siswa di sini sangat antusias menjawab latihan yang
di berikan. Meski para berkata tidak menyukai pekan pelatihan karena akan  menyita kegiatan klub
mereka.
 “apa Kuroyama-san kesulitan ya?” batin Misaki sambil mengerjakan soal tanpa mengurangi
ketenangannya. Meski begitu, sesekali waktu Misaki menengok ke arah bangku Rikuto untuk
mengecek kondisinya.  Terlihat jelas dia meletakkan pensil dan penghapusnya di atas lembar
jawabannya dan duduk tegap dengan tenangnya
“Apa dia kesulitan?” Tanya Misaki dalam hatinya
“Kuroyama-kun!. Apa kau kesulitan?” Tanya Sino yang dari tadi memperhatikan Rikuto
“Sensei. Apa benar jika aku bisa selesai lebih cepat aku akan di ijinkan untuk menunggu di luar
kelas?” Tanya Rikuto, Sino mengangguk membenarkan. Setelah itu Rikuto berdiri dari bangkunya
dan merapihkan Lembar jawabannya
“Kuroyama-kun, Tidak ada yang di izinkan ke toilet saat mengerjakan soal!”  Seru Sino sedikit tegas
“Bukan begitu. Tapi,aku sudah selesai” 
“!!”
Spontan Seluruh siswa termasuk Misaki dan bahkan Sang guru juga terkejut dengan perkataan
Rikuto
“coba aku lihat jawabanmu, Jika jawabanmu asal, Kau akan ku minta untuk mengerjakan ulang” 
Rikuto membawa jawaban serta alat tulisnya ke meja guru. di ikuti oleh tatapan Terkejut dan heran
dari beberapa siswa yang ada di depanya.
“sudah 80 Soal?!!” Tanya Sino heran
“Kau boleh menunggu di luar” Lanjutnya sambil meletakkan lembar jawaban Rikuto di tumpukan File
nya. 
“Terima Kasih” kata Rikuto sambil meletakkan peralatan tulisnya dan berjalan meninggalkan Kelas
lewat pintu yang berada di depan kelas.
“kalau begitu, Permisi” kata Rikuto sambil menutup pintu kelas. Sesaat setelah Rikuto keluar kelas
suasana kelas jadi sedikit lebih ramai
“Kuroyama-san Mengerjakan 80 soal dalam 20 menit?!” Kata beberapa siswi kepada orang yang ada
di sebelahnya
“apa dia berbuat curang?” Para siswa ada yang ber anggapan Rikuto berbuat curang dalam
pengerjaan soal
“Aku tidak menyangka dia cukup pintar juga” Pikir Misaki sambil terus mengerjakan Latihannya

Di sisi lain, Rikuto berbaring di atap sekolah. Tepatnya di atap bangunan Pintu Masuk ke atap tempat
yang lebih tinggi dari atap sekolah. Sembari menatap Langit yang cerah di penuhi awan yang sangat
putih. Namun, cahaya matahari saat ini tidak terlalu panas. 
“Apa yang harus ku lakukan?” Gumam Rikuto pelan.sambil menyalakan layar ponselnya dan
membuka sebuah catatan yang pernah di tulisnya.
‘Saat aku tersadar. Aku sudah berada di sini, sebuah tempat yang tidak di ketahui. Entah apa yang ku
inginkan dan ku harapkan, Aku tidak punya alasan untuk berada di sini. Tetapi, paksaan dari orang
yang biasa di sebut ayah itu memindahkan ku kesini. Entah untuk apa. Meski begitu, Air akan terus
mengalir.’ Gumam Rikuto membacakan catatan yang sepertinya belum lama di buat olehnya.
 Bel Istirahat telah berbunyi. Seperti tadi, Rikuto sudah terlebih dahulu meninggalkan ruangan cukup
jauh sebelum bel berbunyi. Saat ini, suasana kelas masih membicarakan tentang Rikuto
mengumpulkan Jawabannya dalam waktu yang sangat singkat, Ada yang terkagum kagum dan ada
yang mengatakan bahwa Rikuto itu curang.
“Misaki-chan!,” Panggil seseorang dari luar ruangan kelas. 
“ada apa Nana-chan?” tanya Misaki setelah keluar kelas
“Ku dengar, Di kelasmu ada murid pindahan tidak biasa?” Tanya Nana tiba tiba
“Murid Pindahan tidak biasa?” Misaki balik bertanya dengan wajah bingung
“Saat jam pelajaran tadi, Dia selalu keluar dari kelas Paling lambat setengah jam setelah bel Masuk
berbunyi. Dan juga, kemarin dia menggunakan pakaian yang tidak biasa juga,”
“oh.. dia,”gumam Misaki
“Apa yang terjadi padanya?” tanya Nana
“Dia selalu menyelesaikan tugasnya paling lambat 30 menit setelah pelajaran di mulai,”Jawab Misaki
“Yo. Misaki, Apa tidak sebaiknya kau cari Kuroyama-san. Waktu istirahat sudah akan habis,  aku
masih harus mengumpulkan ini ke ruang guru dan makan,” Takaki tiba tiba menepuk pundak misaki
dan pergi meninggalkannya sambil membawa setumpuk lembaran yang sepertinya merupakan
latihan tadi.
“Kuroyama-san?” tanya Nana dengan wajah heran
“dia anak baru yang tadi, Kalau begitu aku akan mencarinya,” Jawab misaki sambil berjalan dengan
cepat mencari Rikuto. Seakan telah tahu tempat yang di tuju, Misaki terus menaiki tangga menuju ke
atas, hingga menabrak seseorang.
“Maaf, Aku buru buru,” Kata Misaki
“Misaki? Apa yang kau cari?” Tanya orang itu
“Kiromaru-senpai?” kata Misaki terkejut
“aku sedang mencari temanku,” Lanjut Misaki
“Anak Baru?” tanya Jirou. Misaki mengangguk
“Aku tadi melihat  sosok tidak berguna di  atap” Lanjut Jirou
“apa kuroyama-san Melakukan sesuatu?” tanya Misaki
“namanya Kuroyama? Pantas dia tidak berguna” 
Tanpa menjawab, Misaki meninggalkan Kiroshi tanpa berkata apapun. Dengan wajah kesalnya, Jirou
berjalan kembali menaiki tangga ke atap
Sementara di atap, tepatnya di atas atap bangunan untuk pintu masuk. Rikuto tertidur dengan
ponsel yang masih berada di tangannya
“Kuroyama-san!!” 
Misaki menghampiri Rikuto yang tertidur karena tidak ada banyak waktu sampai bel berbunyi. Tapi,
Misaki melihat wajahnya yang pulas dan mengurungkan niatnya untuk membangunkan Rikuto dan
mengambil ponsel yang masih ada di tangannya. Di ponselnya tertulis sebuah pesan
“Sam..pa..i Me..ng..gan..ti.. na..ma? Kuroyama Rikuto. Apa...ha..rimu me..nye..nang kan?” Misaki
mengeja bahasa yang tidak dia ketahui itu
“apa maksudnya?” gumam Misaki bertanya pada dirinya sendiri. Tiba tiba, ada tangan yang merebut
ponsel yang ada di tangan Misaki
“apa yang kau lakukan dengan ponselku?” tanya Rikuto yang sepertinya belum lama terbagun
“Sepertinya aku ketiduran,”Lanjut Rikuto tanpa menunggu jawaban Misaki
“jadi, Apa yang kau ,lakukan di sini?” tanya Rikuto sambil menyalakan ponselnya dan membalas
pesan tersebut
“pesan apa itu?” tanya Misaki
“Hanya pesan tidak penting dari orang yang sudah tidak penting,” Jawab Rikuto
“istirahat makan siang hampir berakhir,” Kata Misaki sambil berdiri
“Kalau begitu aku akan ke kelas,”
“oh ya ,Kuroyama-san apa yang membuatmu bisa menyelesaikan Secepat itu?” tanya Misaki
“aku mengerjakannya di rumah dan sesaat sebelum berangkat sekolah,” Jawab Rikuto “bukannya di Rumah harusnya kau bersantai dan istirahat?” 
“aku tidak suka Bersantai dengan tugas atau sesuatu yang belum ku kerjakan,” Jawab Rikuto dengan
nada jangan bahas ini lebih dalam meski tidak sampai meninggikan suaranya
“ayo ke kelas,” Lanjut Rikuto. Sambil berdiri dan membersihkan seragamnya. Lalu mereka berdua
pergi ke kelas tanpa menyadari ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka
“Apanya yang spesial darimu sialan?! Kenapa kau bisa menarik perhatianya?!!”Kata seseorang yang
bersembunyi sambil mengepalkan tangannya
--
Jam pelajaran telah selesai, Seluruh siswa telah meninggalkan ruang kelas untuk mengikuti kegiatan
klub. Kecuali beberapa siswa yang tidak memiliki kegiatan. Di kelas 1-5, yang tersisa hanya Rikuto,
Misaki, dan Takaki yang sibuk dengan kegiatan mereka masing masing. Tidak ada yang bersuara dan
hanya melakukan kegiatan mereka. Yang terdengar dari mereka adalah suara pensil yang bergesekan
dengan kertas dan suara nuts keyboard di tekan.
“Apa kau tidak ikut kegiatan klub, Kuroyama-san?” tanya Takaki sambil berdiri dari tempat duduknya
dan merapihkan beberapa kertas yang berserakan
“Tidak,”
Rikuto menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari 2 benda yang ada di mejanya, Sebuah
Laptop dan soal latihan Mingguan.
“kenapa? Kupikir dengan mengikuti kegiatan klub Kau akan bisa mengasah bakat yang kau miliki dan
mengenal karakteristik siswa di sini. Apalagi kau adalah seorang siswa pertukaran pelajar dari luar
Negeri,” 
“Terima kasih sarannya. Tapi, Aku tidak tertarik untuk ikut serta dalam perkumpulan itu,”
Rikuto merespon perkataan Takak i tanpa mengalihkan pandangannya dari Laptop dan Lembar
Latihan miliknya
“Jadi begitu.. Baiklah, Aku harus pergi ke ruangan Osis. Sampai bertemu besok, Rikuto-kun. Misaki,”
“Takajiro-san,” Panggil Rikuto menghentikan langkah kaki Takaki
“Aku telah menyalin bukumu. Terima kasih pinjamannya,” Rikuto menyerahkan buku catatan yang di
pinjamnya pada takaki.
“Cepat sekali kau menyalinnya!” kata Takaki terkejut. Rikuto hanya membalasnya dengan anggukan
dan kembali duduk di tempatnya. Setelah Takaki keluar dari kelas, Rikuto melanjutkan kegiatannya
yang sempat tertuda beberapa saat oleh Takaki hingga ia menyadari ada sosok selain dirinya di kelas
yang sepertinya sedang melakukan hal yang sama dengannya. Mengerjakan soal Latihan untuk
besok. Yang tersisa adalah siswi yang duduk di pojok berlawanan dengan Rikuto, Misaki. Ia terlihat
cukup serius mengerjakan latihannya meski di mejanya lebih banyak kertas di banding meja Rikuto
“apa kau tidak punya kegiatan klub?” Rikuto membuka Percakapan
“Tidak, Aku tidak punya kelebihan yang ber arti,” Jawab Misaki
“Tidak ada orang yang terlahir tanpa kelebihan,”
“Jika ada, Aku akan sangat Iri pada mereka,”
Gumam Rikuto sambil terus mengerjakan pekerjaannya. Sementara itu, Misaki yang mendengar
gumamannya Terdiam. Jelas ia terkejut dengan apa yang di katakan Rikuto. Bisa di pastikan, Rikuto
adalah orang pertama yang mengatakan itu se umur hidup Misaki hingga saat ini
“Kau tahu, Di dunia ini, Tidak ada orang yang menginginkan tidak punya bakat,” Misaki berbalik dan
merespon perkataan Rikuto
“kita terlalu kecil untuk Bicara tentang dunia ini”
Lagi lagi, Perkataan Rikuto membuat Misakiterdiam. Tanpa bicara apapun, Misaki memandangi
Rikuto yang sibuk melakukan kegiatannya dengan heran. 
“sudah jam berapa?” tanya Rikuto
“jam 5 sore,” 
Setelah mendapat jawaban, Rikuto mematikan Laptopnya dan memasukkan seluruh benda yang ada
di meja ke dalam tasnya.
“Kau akan Pulang?” tanya Misaki
“Ya. Kau sendiri?” 
“Aku juga akan pulang” 
Misaki merapihkan barang barangnya dan menggunakan kembali mantelnya. Sedangkan Rikuto,
Hanya menggunakan jaket tipis yang biasa ia gunakan.
++Rikuto’s POV++
Setelah keluar dari ruangan kelas, Udara dingin Mulai menyentuh kulit dan menembus ke tulang,
Meski begitu, Rasa dingin Seperti itu idak akan mempengaruhiku
“Kuroyama-san, Jaketmu terlalu tipis” Siswi yang di sampingku mengingatkanku tentang jaketkku. Ia
juga selalu mengatakan hal itu ketika melihatku menggukan jaket tipis ini. Aku tidak menjawabnya
dan terus berjalan ke rak sepatu. Entah bagaimana, sejak kemarin. Aku hanya berbicara cukup
banyak pada 2 orang Rekan kelasku, Takajiro Takaki dan Misaki. 
“Apa kau besok juga akan megumpulkan sebelum bel berbunyi?” tanya Misaki tiba tiba
“Sepertinya begitu,” Jawabku singkat. Sejak awal aku memang tidak berniat untuk berlama lama di
kelas setelah mengerjakan latihan itu. Aku lebih memilih mengerjakan hal yang harus ku kerjakan
dan bersantai kemudian.
“apa tidak bosan terus menunggu jam berakhir di atap?” Tanya nya lagi.
“Entahlah,” Jawabku Sesingkat mungkin, Aku ingin segera mengakhiri tanya jawb sepihak ini.
“Kau sendiri, jika Kau akan bosan menunggu jam pelajaran berakhir di luar kelas, Kenapa kau juga
mengerjakan soal tersebut di kelas setelah pulang?” Aku mencoba bertanya balik padanya untuk
menghindari pertanyaan sepihak ini makin dalam. 
“Aku hanya ingin mencoba mengerjakannya di sekolah, Meskipun aku hanya bisa menjawab sangat
sedikit,” Jawabnya
“padahal kau memiliki waktu di rumah jika tidak punya kegiatan Klub,” Gumamku sambil terus
berjalan. Di perjalanan, seorang siswa dengan sepeda mendahuluiku dan ber henti di depanku
“butuh tumpangan?” tanya orang itu. Nada pertanyaannya seperti bertanya padaku dan Misaki.
Namun, aku tahu ia pasti akan bertanya pada Misaki
“Maaf. Kiromaru-senpai aku...”
“Ikutlah bersamanya,” Aku berusaha menghindari urusan tidak penting dengan pengendara sepeda
yang sudah jelas memandangku dengan ketidaksukaannya
“tapi kau sendiri?”
“Ini sudah malam. Lagipula, Aku tidak butuh penunjuk jalan ke rumah” Jawabku tanpa menoleh.
“Kalau begitu aku duluan!” Kata Misaki yang sudah naik di sepeda itu dan mendahuluiku.
Setelah mereka berdua berlalu, Aku meneruskan perjalananku ke rumah. Mungkin besok aku tidak
akan terlalu banyak bicara pada Misaki, Aku tidak ingin melihat tatapan tidak menyenangkan
darinya. Meski biasanya tidak aku tidak memperdulikannya. Meski begitu aku juga merasa jika dia
memang punya hubungan dengan Misaki harusnya dia mengatakan langsung padaku untuk tidak
mengganggunya.
“biarlah,”
Gumam Ku sambil membaringkan tubuhku di tempat tidurku. Mencoba melepaskan diri dari pikiran
yang menghantuiku. Malam ini seperti biasa, Langit yang berhiasan bintang bersinar masuk ke dalam
ruangan yang belum di nyalakan lampunya. Sangat indah untuk di pandang oleh siapapun yang
merasa dirinya Normal. 
Setelah terdiam selama setengah jam, Aku menyalakan Seluruh lampu ruanganku. Dan mengaktifkan
Laptopku dan beberapa peralatan elektronik MilikKu.
“ada 4 email?” GumamKu sambil membuka email dari LaptopKu. 
‘Bagaimana kabarmu?’ 
Satu E-mal cukup untuk mengetahui Tiga E-Mail lainnya. Ke Empat E-Mail tadi berisikan pesan yang
sama dari pengirim yang sama. Pengirim yang tidak pernah ku nantikan mengirimkan pesan untukku. 
‘Baik. Jangan hubungi jika tidak ada keperluan,’ Balasku dengan cepat dan mematikan Fitur notifikasi
E-Mail masuk di Ponsel dan LaptopKu dan Mengerjakan Latihan untuk di kumpulkan Besok.
++Rikuto’s POV End++
“Seperti yang di harapkan darinya. Balasan singkat ini benar benar menandakan dia masih berada
dalam jati dirinya,” Gumam seseorang dengan senyum kejam di wajahnya
“Aku tahu dia tidak ada di Negeri ini. Dia juga tidak mempublikasikan Lokasinya di E-malinya. Tapi,
Kesalahan terbesarnya adalah tidak mengganti Alamat E-Mailnya. Kau akan segera ku temukan. No.4” Lanjutnya dengan senyum kejamnya
Posting Komentar

Back to Top