kembali
[steathslash]
Sialnya hp boss itu memiliki 3 indikator, dan aku hanya mengurangi sangat sedikit dari hp nya. Aku
mencoba menyerang lagi. Tapi seranganku tidak memberi demage sama sekali terhadap boss monster
tersebut.
[sharpjump]
Boss itu melompat. Aku hanya mempersiapkan diri dan tidak bergerak, ternyata boss monster itu
muncul dari atas kepalaku dan membuatku terbanting cukup jauh
“ugh. Sial” kataku. Hp ku berurang hingga tiga per empat. Aku bangkit kebali untung menyerangnya, tapi
tamengnya selalu bisa melindungi dirinya. Aku terus mencoba membobol pertahanan tameng itu.
hingga aku berhasl mengurangi hp boss itu hingga menjadi dua idikator hp lagi.
[steathslash]
Dia berhasil menghindari seranganku dan secara tiba tiba menusuk punggungku. Rasanya sangat perih,
karna pedangnya masih di tangannya. Hingga ku rasakan semua gelap, aku telah ke habisan hp.
Pandanganku kabur. Tubuhku terasa seperti berubah menjadi pecahan berkeping keping. Apa akan
berakhir di sini.?
Saat aku sadar aku ada di ruangan yang sama seperti saat sedang membuat karakter. Ada layar yang
memberikan pilihan padaku. Yaitu bangkit di tempat boss, tapi. Ress scrollku akan di kurangi lima,
bangkit di desa terakhir akan berkurang satu. Aku memilih yang kedua. Aku langsung ter teleport ke
desa yang tadi akan ku kunjungi. Karna aku masih shock aku memilih log out. Walaupun aku lihat ada
player yang melambaikan tangannya padaku.
>><<
“ciel?” kata hiru. Saat aku membuka mataku, aku dalam keadaan sangat berkeringat dan sarafku tegang. Mungkin karna aku panik saat melawan boss, maka aku jadi seperti ini. aku mengabaikan hiru dan malah
membuka alat itu dan menutup mataku dan wajahku dengan bantal yang ada di sampingku
“kak.. ada apa denganmu??” kata hiru panik. Tapi aku tidak menjawab dan terus menutup wajahku. Aku
masih depresi karna ternyata game ini memang membutuhkan kemampuan asli, bukan hanya tekad.
Pekerjaan ini sangat berat. Rasanya, besok aku ingin bertemu alex dan membatalkan semuanya. Aku
berusaha untuk tidur dan mengabaikan hiru. Tapi, tiba tiba aku merasa hiru memelukku dan aku bisa
merasakan bahwa dia menangis karna bajuku yang terkena wajahnya juga basah karna air matanya.
Akhirnya aku membuka wajahku dan duduk.
“kenapa hiru?” tanyaku masih dengan wajah depresi
“kau yang kenapa kak.. kau bilang akan kembali jam dua. Sekarang sudah jam empat. Dan tadi, saat aku
masuk ke kamarmu aku melihat bajumu penuh keringat dan wajahmu pucat. Aku khawatir padamu kak”
kata hiru sambil terisak
“aku tidak apa apa” kataku tanpa merubah expresiku
“Kau memasang wajah yang menakutkan kak. Aku tahu ada sesuatu dalam game itu, kenapa kau
menerima pekerjaan seperti ini kak?” kata hiru
“aku tidak ingin bicarakan ini” kataku sambil kembali berbaring
“aku akan membiarkanmu beristirahat kak. Jika sudah bangun, aku menunggumu di ruang tv” kata hiru
sambil pergi dari kamarku dan menutupnya. Aku memang lemah, jika melawan boss di dungeon seperti
itu saja sudah gagal, apa akan ada kesempatan untuk memenangkan dungeon selanjutnya, aku tidak
pantas di game itu. karna di hari ke dua bermain, aku sudah mati. Aku tidak bisa menimbang resiko yang
akan ku dapatkan. Aku memang bodoh. Menerima pekerjaan tanpa memikirkan resiko dan apa yang
akan ku tanggung. Tapi, di dalam hariku, aku tidak ingin menyerah. Aku ingin bisa mengalahkan boss itu
sendiri. Aku akan menyelesaikan game itu.
“hiru..” panggilku saat keluar dari kamarku. Kali ini aku sudah bisa bernafas segar setelah tertidur satu
jam. Karna aku juga telah membuat hiru menangis, aku akan membuat adikku bahagia.. karna aku yang
harusnya menjaganya.
“ya kak?” tanyanya yang baru keluar dari kamarnya
“kau sedang tidur?” tanyaku
“tidak. Aku hanya berbaring di tempat tidurku” jawabnya
“kau bilang ingin menunggu di ruang tv” kataku
“aku baru saja masuk, karna aku lelah menonton tv dengan siaran yang tidak seru.” Jawabnya santai
“oh ya. aku pernah bilang padamu kalau ada yang ingin ku bicarakan ya?”
“ya.” jawabnya singkat
“masuklah” kataku sambil masuk ke kamarku. Dan menontaktifkan handphone dan internet
“ada apa kak? Kenapa sampai mematikan handphone?”tanya hiru
“tidak. Karna aku tidak ingin ada yang menggangguku saat berbicara denganmu” jawabku singkat
“bicaralah” kata hiru
“hiru.. kau tau game jenis apa yang aku mainkan di alat itu?” tanyaku
“tidak.”
“itu adalah game bernama souls in relief online. Di game itu, bila aku mati lebih dari jumlah item
pembangkit, maka aku akan lenyap dari dunia ini” kataku. Dia terlihat sangat kaget
“aku di perintahkan oleh alex masuk ke game itu untuk menyelesaikannya agar tidak semakin banyak
korban jiwa” lanjutku
“kenapa kau?”tanyanya.
“maksudmu?” tanyaku balik
“kenapa harus kakak jiwa yang di korbankan untuk mencegah korban jiwa?!” katanya yang sudah mulai
terisak
“hiru. Aku memang boleh di korbankan, aku memang pantas untuk dikorbankan. Karna, aku rasa bila
aku bisa menyelamatkan nyawa seseorang dengan diriku sendiri, aku sudah bisa di katakan sebagai
orang baik yang sesungguhnya” kataku.
“dan. Bila aku tidak akan kembali lagi ke dunia ini setelah masuk ke dunia game, ku harap kau bisa kuat.
Karna, resikonya sangat besar. Dan aku akan menanggung resiko dari semua yang akan ku lakukan. Aku
akan menyelesaikan game itu, dengan semua resiko dan kemungkinan yang akan ku hadapi. Hiru, aku
sudah banyak bermain game online. Dan, aku dapat pelajaran berharga dari sana, yaitu agar menjadi
hebat, aku harus melewati banyak resiko dan kemungkinan. Jadi aku akan menyelesaikan tugas ini”
lanjutku sambil tersenyum. Hiru tak bisa menahan lagi, dia memelukku, tangisnya pecah
“aku mohon, jangan masuk ke sana lagi” kata hiru
“aku tidak bisa bila harus ke hilangan orang yang ku anggap kakakku sendiri” lanjutnya. aku hanya
mengelus rambutnya. Aku mengambil fotoku dan hiru saat masih berumur 15 tahun, di mana kami
masih belum akur.
“sudahlah. Kau ingin aku selamat?” tanyaku pelan
“ya.. aku tidak ingin kau masuk ke game itu lagi” kata hiru yang masih menangis.
“jika kau memang ingin aku selamat. Aku butuh dirimu” kataku
“aku?” tanya hiru saat sudah melepas pelukannya
“ya. jika mengakui, jika kau tidak menyemangatiku untuk hal apapun dan aku tidak mengingat bahwa
kau menginginkan ku bisa melakukan sesuatu, aku tidak akan bisa melakukannya” kataku sambil
membersihkan air mata adikku ini.
“jika kau menginginkanku selamat, aku akan bermain sebaik mungkin untuk dirimu” kataku lagi. Wajah
hiru memerah karna ucapanku
“kau kenapa?” tanyaku sambil tersenyum padanya
“tidak” katanya sambil membuang muka.
“apa kau menganggapku kakak?” tanyaku tiba tiba
“ya.pasti lh” jawabnya dengan cepat
“apa kau yakin?” tanyaku
“ya.. kakak ini kenapa sih?”
“atau.. kau menganggapku lebih dari kakak?” tanyaku sambil memandang matanya. Dia terkejut dengan
perkataanku. Dia hendak meninggalkanku dan keluar dari kamarku, tapi aku menahan tangannya. “jawab aku hiru” kataku serius
“aku tidak bisa kak” katanya sambil menunduk. Aku berdiri di depannya dengan lututku. Aku menatap
matanya yang berusaha tidak melihatku
“kak. Jangan menatapku seperti itu” kata hiru dengan wajah yang memerah
“jujur. Aku menganggapmu lebih.” Kataku santai. Dia semakin kaget dan wajahnya semakin memerah.
Aku masih menahannya agar tidak keluar.
“kau sudah masak?” tanyaku. dia hanya menggeleng
“aku akan meneraktirmu makan di luar hari ini” kataku sambil menggunakan jaketku. Dia masih terdiam
di kamarku. Mengambilkan jaketnya di ruang tv dan ku letakkan di punggungnya
“sudah hampir malam, pasti dingin” kataku. Dia hanya mengikutiku berjalan dan dia bingung saat aku
tidak menyalakan motorku
“tidak naik motor kak?” tanyanya
“aku ingin berjalan kaki denganmu” kataku sambil terus berjalan. Dia hanya berjalan di belakangku. Aku
memang sudah menganggapnya lebih dari adik. Karna dia sudah ku anggap sebagai saudara kandung
yang akan selalu ku jaga.
“ku harap kau menjawabnya hiru”kataku sambil berhenti menunggunya. Dia hanya diam dan
mempercepat langkahnya mendekatiku. Aku terus berjalan hingga sampai ke sebuah rumah makan. Aku
dan hiru masuk ke dalam dan duduk. Ku lihat hiru membuka dompetnya.
“aku akan meneraktirmu makan adikku” kataku sambil mencegahnya mengeluarkan uang. Aku berjalan
ke kasir. Saat mengantri ku lihat dia duduk sambil menunduk. Aku tidak tahu ada apa dengannya, apa
aku salah bilang padanya?
“hmm. Ingin pesan apa?” kata pelayan saat meilhatku hanya diam. Aku memesan beberapa makanan
dan kembali ke tempat aku dan hiru duduk. Aku memegang tanganya dan terasa dingin.
“hiru? Kau sakit?” kataku. Dia hanya menggeleng
“apa aku yang menyakitimu?” tanyaku lagi. Dia masih menggeleng.
“tanganmu sangat dingin. Aku tidak ingin kau sakit saat sedang liburan.”kataku. dua masih saja diam.
Hingga saat kami sudah selesai makan, aku dan hiru berjalan pulang. Kali ini suasana di perjalanan
sangat hening. Ku lihat wajah hiru pucat. Aku segera melepas jaketku dan memakaikannya ke hiru. Dia
hanya kaget melihat yang ku lakukan
“sudahlah, ku tidak ingin kau sakit hiru” kataku
“kalau begitu kau akan sakit?” kata hiru masih menunduk
“aku tidak apa apa. dan, aku ingin kau besok ceria seperti biasanya hiru.. aku tidak ingin saat berjalan
seperti ini di penuhi dengan keheningan”